kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asal kreatif, bisnis rok tutu masih mengembang


Sabtu, 17 Oktober 2015 / 10:50 WIB
Asal kreatif, bisnis rok tutu masih mengembang


Reporter: J. Ani Kristanti, Marantina | Editor: Tri Adi

Usaha di bidang kreatif tak pernah mati selama aktif berkreasi. Meski ada yang bersifat tren, bila pelaku usahanya mampu mengolah kreativitas, permintaan tetap mengalir lancar.

Tantangan untuk terus berkreasi inilah yang dihadapi oleh Bima Kuntoaji Adhitya, produsen rok tutu di Yogyakarta. Dia setia menjalani usaha yang telah dilakoninya sejak 2010 ini lantaran ada proses kreatif di dalamnya. “Inilah uniknya bisnis kreatif, kami bisa membuat permintaan terus mengalir,” kata pria yang juga berprofesi sebagai fotografer ini.

Tiga tahun lalu, tren fashion rok tutu melanda banyak anak perempuan. Ini adalah sejenis rok yang kerap dipakai oleh balerina saat manggung.
Bentuknya yang mini tapi mengembang menambah kesan girly saat dipakai. Tak heran, anak-anak kecil begitu mengidamkannya.

Bahkan, belakangan, ibu-ibu juga tertular dengan membuat busana serupa biar bisa tampil seragam dengan buah hatinya. Biasanya, mereka tampil kompak untuk event khusus, seperti perayaan ulang tahun, hari besar keagamaan, dan lainnya.

Rok tutu biasanya terbuat dari kain tile atau brokat. Rok itu disusun hingga beberapa lapis. Bagian dalamnya dilapis kain yang kaku supaya rok ini mengembang.

Jauh sebelum rok tutu jadi tren di dalam negeri, Tengku Fiola sudah merintis usaha Mexx Girl by Rumah Tutu pada 2009. Fiola mengatakan, sampai tahun lalu, penjualan rok tutu masih terbilang bagus. Akan tetapi, sudah enam bulan, ia tak lagi berproduksi.

Namun bukan berarti ia menghentikan usaha pembuatan rok tutu, lo. “Produksi sudah berhenti enam bulan lalu karena saya masih banyak stok,” tutur dia.

Menurut Fiola, proses pembuatan rok tutu cenderung mudah. Makanya, proses pengerjaannya pun cepat. Dalam sehari, tiap penjahit yang dipekerjakan Fiola bisa membuat setidaknya lima potong rok tutu. Dus, saat ini Fiola punya pasokan tutu yang sangat banyak, mencapai 1.500 potong rok. “Semua saya simpan di tiga gudang dan dipisah berdasarkan ukuran S, M, dan L,” jelas Fiola.

Adapun harga mengalami kenaikan yang tak terlalu signifikan. Fiola bilang, dalam enam tahun, ia hanya sekali menaikkan harga produknya dari
Rp 150.000 per potong jadi Rp 180.000 per potong. Kenaikan itu dikarenakan kurs dollar terhadap rupiah yang terus menguat. “Bahan tulle saya impor dari China, jadi nilai tukar mata uang sangat mempengaruhi,” katanya.


Model baru
Fiola tak menampik bahwa tren rok tutu memang tak seheboh dua tahun lalu. Kalau dulu, saban bulan ia bisa menjual 300 potong rok tutu per minggu, sekarang penjualan Mexx Girl by Rumah Tutu merosot jadi 200 potong per bulan.

Padahal, saat ini produk rok tutu dari Tiongkok tak lagi menarik di mata masyarakat. “Yang pesan memang tak sebanyak dulu, tapi pasarnya akan selalu ada karena tiap anak perempuan rasa-rasanya harus punya setidaknya satu koleksi rok tutu,” ucap dia.

Hal yang sama juga dihadapi oleh Bima. Order rok tutu yang mampir ke Ninboshop susut sekitar 10%–20%. Namun, dia menganggap penurunan itu merupakan imbas dari kondisi ekonomi yang setahun terakhir kurang bersahabat. “Itu normal, tapi kami masih tetap berproduksi. Repeat order juga selalu ada,” tandasnya. Kondisi ekonomi pula yang membuat Bima tak menaikkan harga produknya. Kisaran harga rok tutu di Ninboshop antara Rp 150.000-Rp 200.000 per helai.

Saat ini, order rok tutu yang menghampiri gerai Ninboshop berkisar satu hingga dua lusin per hari. Bima pun tak menilai tren rok tutu meredup. Bahkan, untuk model-model lama atau klasik masih banyak agen dan reseller-nya yang memesan kembali (repeated order). “Permintaan model lama masih banyak datang dari kota-kota di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Bagi konsumen di sana, rok-rok yang diproduksi di Jawa ini masih dianggap tren baru, jadi mereka masih tetap pakai,” urai Bima.

Meski begitu, Ninboshop tetap rajin untuk meluncurkan produk baru. Setiap tiga hingga enam bulan sekali, Bima yang membuka usaha produksi rok tutu ini bersama istrinya, Kurnia Sekarsari, selalu rutin menambah koleksi baru.

Yang terbaru, dia mengembangkan bahan rajut yang dikombinasikan dengan rok tutu. “Modelnya seperti kemben, tapi dari rajutan,” ujar Bima. Rencana pengembangan produk baru ini sudah dimulainya sejak dua bulan silam.

Bima masih mempertahankan sistem penjualan melalui agen dan reseller. Saat ini, ada sekitar 20 agen dan 30 reseller yang aktif memesan rok tutu di Ninboshop.

Sementara, Fiola mengatakan, ia hanya memproduksi rok tutu klasik. Dus, rok tutu tidak dikombinasikan dengan baju atau dipadukan dengan bahan lain, seperti batik, yang dilakukan produsen lain. Menurut Fiola, model klasik lebih disukai dan tahan lama alias tidak sekadar tren. “Justru yang klasik yang dicari orang, apalagi yang anaknya ikut les balet, pasti butuh rok tutu,” ucap dia.

Makanya, Fiola bilang, tak banyak kreasi yang bisa dihasilkan dari rok tutu klasik. Selain warna, ia hanya bisa berinovasi dari segi jumlah rimpel atau lipatan pada rok. “Itu pun, anak-anak paling suka warna pink, walaupun sudah punya pasti mengincar warna itu-itu lagi,” imbuhnya.

Untuk mengimbangi permintaan rok tutu yang turun, Fiola menambah lini bisnis produksi baju untuk perempuan dewasa, terutama kaftan, dengan merek Tusha. Dengan demikian, penjahit Rumah Tutu tak berhenti bekerja, hanya beralih dari rok anak jadi pakaian dewasa.

Fiola menambahkan, produksi rok tutu baru akan dimulai lagi tahun depan setelah stok habis. Kalau ia menambah varian baru, Fiola memprediksi stok lama akan semakin susah laku. Dus, ia baru akan produksi lagi kalau stok yang ada laku terjual.

Di sisi lain, sistem penjualan yang dilakukan Fiola masih sama dengan sebelumnya, yakni dengan jalur reseller. Saat ini, setidaknya ada 30 orang reseller yang aktif memasarkan produk Mexx Girl by Rumah Tutu. Fiola bilang, jumlah ini berkurang sedikit karena ada yang bosan dan merasakan penjualan tak sebagus dulu.


Promosi dan berkreasi
Selain meluncurkan produk baru, Bima juga mulai melakukan promosi berupa harga spesial. Promosi ini dilakukan seminggu sekali, yakni tiap hari Sabtu karena biasanya pembelian di hari itu sepi. “Jadi, kami melabeli beberapa produk dengan harga diskon, tapi jumlahnya terbatas. Kalau habis, ya sudah, habis,” terang pria 30 tahun ini. Program promosi yang telah berjalan hingga minggu ke-4 ini pun terbukti mengangkat penjualan Ninboshop khusus untuk  hari Sabtu.

Supaya tetap bertahan, pelaku usaha kudu kreatif mengemas berbagai program promosi. Selain promosi di tiap Sabtu, Bima pun menggunakan sejumlah media sosial untuk beriklan. Kuncinya, Anda harus cermat menentukan bidikan pasar supaya promosi di media sosial ini efektif atau tak menelan biaya besar.

Bima pun melihat peluang berbisnis rok tutu masih terbuka bagi pemain baru. Maklum, pertumbuhan penduduk masih baik di Indonesia. Apalagi, setiap anak biasanya tak hanya punya satu warna rok tutu. “Warna-warna merah, hitam dan pink menjadi warna abadi,” kata Bima.

Salah satu kunci bagi pemain baru adalah harus kreatif. Mereka harus terus melakukan up date model dan pantang untuk menyerah. “Jangan lantas berganti usaha bila penjualan berkurang,” pesan Bima. Dia pun menyarankan, jika ingin bertahan lama, pemain baru harus fokus menggarap bisnisnya.  Dengan fokus, pemain bisa terus menggali model yang sesuai untuk rok tutu. Produsen rok tutu sebaiknya aktif mengembangkan modelnya setiap 3-6 bulan sekali. “Tidak boleh sama, kalau sama, Anda bisa jadi seperti produsen yang kuno atau out of date,” jelas Bima.

Selama ini, untuk mengembangkan ide-idenya, Bima selalu aktif melihat majalah dan browsing di internet dengan melihat situs-situs penjualan, seperti Ebay dan Amazon. “Ada hari-hari khusus yang saya lakukan untuk fokus di desain dan melupakan soal penjualan,” cetusnya.

Tertarik bikin rok tutu?    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×