kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Asep lebih suka memberdayakan kelompok plasma inti (3)


Senin, 04 Oktober 2010 / 11:28 WIB
Asep lebih suka memberdayakan kelompok plasma inti (3)


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi

Meski mampu mendirikan usaha konveksi dengan kapasitas produksi lebih besar, Asep Suparno lebih suka memberdayakan kelompok plasma inti. Kelompok ini terdiri dari ibu rumahtangga hingga tukang becak. Berkat kepeduliannya itu, pada tahun 1991, Asep pernah mendapat penghargaan Upakarti dari presiden.

Dalam memproduksi seragam merek Purnama, Asep Suparno tak mengerjakan semua seragam itu di konveksi miliknya. Dari total produksi 100.000 potong seragam tiap tahun, dia hanya memproduksi sekitar 10%. Pengerjaan sisanya diserahkan kepada ibu-ibu rumah tangga dan tukang becak yang tergabung dalam sejumlah kelompok kerja plasma inti di sekitar lingkungan usahanya.

Saat ini, ada sekitar 30 plasma inti yang turut membantu produksi seragam Purnama. Setiap satu plasma inti terdiri dari 15 orang. Artinya, ada sekitar 450 ibu rumahtangga, tukang becak, dan pengangguran yang turut menjahit seragam.

Namun, sebelumnya Asep membekali mereka dengan keterampilan menjahit. Ia juga menetapkan standardisasi jahitan untuk produk seragamnya tersebut.

Sejatinya, Asep bisa saja mendirikan konveksi dengan kapasitas produksi lebih besar. Namun, dia lebih memilih order seragam yang banyak itu dibagi dengan kelompok-kelompok plasma inti yang ada di lingkungan sekitarnya. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pendapatan penduduk di tempatnya tinggal.

Asep bilang, pendistribusian pesanan seragam ke sejumlah plasma tadi juga bagus untuk keseimbangan produksi. Sebab, jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan di tempatnya, seperti demonstrasi atau mogok kerja, kegiatan produksi seragam tetap bisa berjalan. "Kalau yang satu sedang ada masalah, yang lain tetap bisa memproduksi," katanya.

Keputusannya itu mendapat penghargaan. Pada tahun 1991, Presiden Soeharto memberikan penghargaan Upakarti kepadanya. Sebab, usaha yang dijalankan Asep bersama keluarganya itu turut membantu peningkatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat di daerahnya.

Upakarti merupakan penghargaan yang diberikan pemerintah kepada orang-orang yang telah berjasa dalam membina dan mengembangkan industri kecil dan menengah. Para perintis pengembangan teknologi industri yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar khususnya dan bagi negara secara umum, juga berhak menerima anugerah itu. "Kami memulai usaha dengan bantuan plasma, maka kami besar bersama mereka," kata Asep.

Ke depan, dia berencana memperluas pasar seragam sekolah ke sejumlah kota lain. Selain itu, dia berniat menambah jumlah penjahit plasma hingga mencapai 50 unit plasma inti. Dengan jumlah penjahit sebanyak itu, dia optimistis bisa memproduksi 130.000 seragam sekolah pada tahun depan.

Selain untuk dipasarkan di dalam negeri, rencananya sebagian dari seragam itu bakal diekspor ke luar negeri. "Kami baru saja mendapat pesanan sekitar 50.000 potong seragam untuk salah satu sekolah negeri di Malaysia," katanya.

Bukan pertama kali ini Asep memperoleh order ekspor seragam ke negara tetangga. Beberapa tahun lalu dia juga sempat mengekspor seragam sekolah ke sejumlah negara jiran, mulai dari Malaysia hingga Brunei Darussalam.

Seragam sekolah yang dipesan kedua negara itu khusus seragam kepanduan, semacam Pramuka di Indonesia. "Warna seragam kepanduan di negara mana pun sama yaitu cokelat. Jadi, kami bisa mengekspor ke sana," tutur Asep yang kini tengah menyelesaikan pendidikan sarjana hukum di salah satu universitas di Surabaya.

Setiap bulan Asep mengaku bisa mengirim hingga ribuan potong seragam ke kedua negara tersebut. Namun, lanjut dia, kegiatan ekspor seragam kepanduan tersebut mulai meredup dalam beberapa tahun terakhir. "Tidak tahu kenapa, mereka sudah jarang pesan saja," imbuhnya.

Asep mengaku tidak kecewa dengan kondisi tersebut lantaran potensi permintaan dari dalam negeri masih besar. Dia juga mulai giat mempererat hubungan bisnisnya dengan para pelanggan yag terdapat di kedua negara itu. "Sekarang kami berupaya mendapatkan bantuan modal dari perbankan untuk terus mengembangkan usaha, baik di pasar lokal maupun pasar luar," katanya. Siapa yang ingin membantu pendanaannya?

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×