Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Tri Adi
Berkat layanan antar-jemput, usaha Asiwa makin membesar. Kini, ia sudah punya tiga toko dan armada khusus untuk antar jemput pelanggan. Selain antar jemput untuk pejabat pemerintah dan wisatawan yang menjadi pelanggan Jaya Abadi, Asiwa juga menyediakan antar jemput untuk pedagang batik dari luar Cirebon.
Ide Asiwa, pemilik toko batik Jaya Abadi di Cirebon, untuk menyediakan layanan antar jemput buat pelanggan ternyata tak sia-sia. Berkat layanan itulah ia bisa menggaet pelanggan dari Jakarta dan sekitarnya dan dari berbagai provinsi.
Segmen pelanggan Asiwa juga beragam, mulai wisatawan, pejabat pemerintahan pusat hingga daerah, termasuk juga pedagang yang kulakan batik di Jaya Abadi. "Istri pejabat juga sering belanja ke tempat saya," terang Asiwa.
Kebanyakan pelanggan yang menggunakan jasa antar jemput itu adalah pelanggan dari Jabodetabek dan Jawa Barat. Sebab ada perjalanan kereta api tujuh kali sehari dari arah Jakarta menuju Cirebon dan sebaliknya.
Karena mudahnya transportasi itulah konsumen dari Jakarta senang belanja batik ke Cirebon. “Pengunjung dari Jakarta bisa datang belanja hanya cukup dalam sehari saja,” tutur Asiwa.
Hampir sama dengan toko batik lainnya, toko Asiwa pun ramai pengunjung di saat liburan. Sebaliknya, di saat Ramadan pengunjung sepi. Dan baru ramai lagi saat libur Lebaran.
Meski di saat Ramadan sepi pengunjung, tapi jangan dikira omzet Asiwa ikut melorot. Justru di saat sepi inilah order atau pesanan batik malah ramai datang dari luar Cirebon. "Bulan Puasa jumlah pengunjung sepi, tapi pesanan banyak," terangnya.
Biasanya pelanggan Asiwa yang rutin memesan batik itu berasal dari Bali, Medan, Palembang, Yogyakarta, dan beberapa kota di Jawa. Kalau ingin pesan, pelanggan cukup memencet nomor telepon untuk memesan batik yang diinginkan.
Selain memberi layanan antar jemput, sikap Asiwa yang baik terhadap pelanggan juga menghasilkan "keuntungan" yang lain. Seorang pelanggan Asiwa dengan suka rela mempromosikan Jaya Abadi di internet. Lihat saja, nama Asiwa beberapa kali tampil di beberapa blog milik pelanggan di internet.
Layanan antar jemput dan seringnya Asiwa nongol di internet membuat usahanya makin terkenal. Bahkan mobil minibus miliknya tak cukup lagi menjemput pelanggan yang sudah terlalu banyak.
Agar layanan antar jemputnya tetap lancar, Asiwa memutuskan membeli minibus Isuzu Elf seharga Rp 290 juta dengan cara kredit. "Angkutan ini bisa membawa 20 tamu sekaligus," terang Asiwa yang mempekerjakan sopir khusus untuk melayani antar jemput itu.
Semakin banyaknya pelanggan tentu membuat fulus Asiwa semakin tebal. Dengan duit yang makin lancar mengalir, Asiwa pun memberanikan diri menambah toko. Tak tanggung-tanggung, tiga toko batik berukuran besar dia bangun sekaligus.
Bagi Asiwa kenyamanan pengunjung adalah nomor satu. Karena itu toko-toko barunya itu dia desain senyaman mungkin. “Konsumen itu harus nyaman. Kalau sudah nyaman, mereka akan membeli," imbuh Asiwa.
Trik Asiwa yang menyediakan layanan antar jemput untuk pelanggan itu mendapat acungan jempol dari Adi Jakaria, pengamat manajemen dari Universitas Indonesia (UI). Adi menilai upaya Asiwa itu sebagai terobosan yang berani. "Apalagi ia melakukannya secara mandiri," ungkap Adi.
Tak hanya itu, Adi menilai layanan antar-jemput konsumen secara gratis oleh Asiwa itu mesti punya perhitungan cermat. Sebab modal untuk menyediakan armada antar jemput juga lumayan besar. "Jasa antar jemput mesti sesuai dengan jumlah pelanggan yang datang," terang Adi.
Adi menyatakan, layanan antar jemput itu jelas akan membuat penyedia jasa ini populer. Sebab, pelanggan yang datang akan merasakan kenyamanan dalam berbelanja. "Konsumen juga tidak perlu repot memikirkan transportasi," terang Adi, panjang lebar.
Selain menghitung jumlah calon pelanggan, untuk menerapkan pola serupa mesti mempertimbangkan lokasi dan kondisi toko. Karena itu, bagi yang ingin mencontoh kiat Asiwa, perlu menghitung dengan cermat biaya penjemputan dari toko ke lokasi penjemputan.
Namun Adi mengingatkan, layanan antar-jemput ini tidak efektif bila diberlakukan terlalu lama. “Layanan ini ampuh, tapi tidak untuk jangka panjang,” kata Adi.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News