Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Biasanya, platform pencari kerja bakal menyasar semua level lowongan pekerjaan. Namun, tidak demikian halnya dengan Atma.Platform pencari kerja yang baru beroperasi tahun ini justru fokus pada pekerjaan untuk level pemula hingga menengah.
Menurut Edy Tan, Co-Founder dan Chief Executive Officer Atma, target pasar yang perusahaannya bidik tersebut berdasarkan pengalaman saat masih menjabat sebagai salah satu eksekutif di Gojek. Aplikasi transportasi online tersebut mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi 2,5 juta orang di sektor informal sebagai ojek daring.
Berkaca dari situ, Edy ingin menjangkau pasar yang lebih luas, menjadi platform penyedia tenaga kerja formal tingkat pemula dengan gaji di bawah Rp 10 juta per bulan. Segmen pasar pekerja tersebut, jumlahnya berkisar 100 juta penduduk dan merupakan pekerja muda juga produktif.
Lewat Atma, Edy berharap, para pencari kerja bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dari sebelumnya. Tak cuma itu, para perusahaan yang memanfaatkan startup ini untuk mencari tenaga kerja juga menjadi terbantu mendapat pekerja yang mereka inginkan dengan proses singkat.
Untuk itu, Edy bilang, sudah menyiapkan beberapa fitur dalam aplikasinya. Pertama, semua kandidat pencari keja akan bergabung ke dalam Atma Community.
Baca Juga: Astro Kembali Mendapat Pendanaan Seri A Untuk Perluas Pasar
Ini adalah grup terkurasi bagi pencari kerja yang mencari pekerjaan level entry hingga intermediate dengan gaji kurang dari Rp 10 juta per bulan. Tujuannya, supaya bisa terjadi kecocokan antara pencari kerja dan lowongan yang tersedia.
Kedua, di platform Atma, kandidat karyawan hanya bisa mengakses lowongan kerja tertentu jika memenuhi kualifikasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah fenomena spam yang akan sangat menyita waktu pencari kerja serta recruiter.
Ketiga, ada fitur screening keahlian dan kecocokan. Dengan keberadaan fitur tersebut, Atma hanya akan merekomendasikan kandidat yang lolos kuis penyaringan kepada recruiter untuk penilaian lebih lanjut. "Singkatnya, Atma adalah matchmaker dan bukan marketplace," kata Edy kepada KONTAN.
Sementara saat ini, Atma tengah menyiapkan fitur upskilling. Dengan begitu, pencari kerja bisa meningkatkan kualifikasinya supaya bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik.
Hasilnya, hingga kini Atma sudah menjaring 20.000 anggota komunitas. Meski, startup ini belum meluncurkan fitur itu secara resmi.
Atma pun, Edy menambahkan, juga belum memulai proses monetisasi. Walaupun, sebagian besar pengguna tidak keberatan kalau kelak Atma mengutip bayaran dari layanannya.
Target Edy adalah, mengembangkan Atma lebih lanjut. Apalagi, Atma mendapat pendanaan awal US$ 5 juta dari AC Ventures serta Global Founders Capital (GFC). Dana ini akan mereka pakai untuk ekspansi usaha dan pengembangan tim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News