kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Awalnya Hari ingin menjadi pengajar (2)


Selasa, 25 Desember 2012 / 16:31 WIB
Awalnya Hari ingin menjadi pengajar (2)
ILUSTRASI. Film Midnight, film thriller Korea yang ceritakan kisah kejar-kejaran psikopat dan wanita tuna rungu


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

Ketertarikan Hari dalam dunia bisnis sudah tumbuh sejak ia lulus SMA di Kediri pada tahun 1980. Lantaran ingin menjadi pengajar seperti ayahnya, ia melanjutkan studi di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Tapi, lantaran cukup menikmati bisnis, cita-cita awal Hari untuk menjadi dosen perlahan-lahan malah terkikis. Apalagi, ia melihat profesi pengajar kurang dihargai dari sisi pendapatan, kesehatan, dan fasilitas lain.

Karena itu, ia mengubah cita-citanya ingin menjadi manager. "Kalau jadi manager, semua fasilitas pasti terpenuhi," ujarnya.

Setelah lulus kuliah pada tahun 1987, Hari memutuskan melamar kerja ke sebuah perusahaan swasta. Dari sini, jiwa bisnis Hari mulai tumbuh. Ia banyak belajar soal bisnis, mulai dari sistem pemasaran, cara menanggapi respon pelanggan, sampai proses transaksi.

Untuk meningkatkan pengetahuannya soal bisnis, Hari juga mengambil pendidikan sarjana strata dua (S2) di perguruan tinggi yang fokus pada bisnis di Jakarta.

Setelah lulus, Hari bekerja di berbagai perusahaan, seperti perusahaan asuransi Zurich, Sara Lee, juga ke Tupperware. Baru pada 2005, Terakhir, ia menjadi pimpinan di perusahaan Tahitian Noni asal Amerika Serikat.

Dari pengalaman bekerja yang mencapai 22 tahun itu, Hari mulai berpikir membuka usaha sendiri. Apalagi, selama itu, ia cukup kenyang dalam pengelolaan usaha lantaran menduduki posisi strategis di setiap perusahaan.

"Kalau saya bisa menyukseskan perusahaan orang lain, mengapa saya tidak buat bisnis sendiri," tuturnya.

Karena itu, Hari mendirikan PT Anugerah Alam Medisina (Anamed). Ia memanfaatkan semua pengalaman dan keahlian untuk mengembangkan bisnis jus mengkudu, khususnya lewat sistem pemasaran tertentu.

Ia sadar betul, suatu bisnis bisa tumbuh besar tak terlepas dari sistem pemasarannya. Maka, Hari mendapat ide mengembangkan bisnis baru dengan memakai sistem pemasaran berjenjang atau multi level marketing (MLM).

MLM adalah sistem penjualan berkelompok melalui keanggotaan yang membentuk tim pemasaran secara bertingkat.
Di sini, Hari menerapkan bahwa setiap anggota dapat memimpin timnya untuk memasarkan produk perusahaan.

Dari usaha ini, mereka akan mendapatkan komisi. Berkat strategi pemasaran ini, Anamed sudah berkembang ke berbagai kota besar di Indonesia.

Menurut Hari, sistem pemasaran yang dipakai lebih menekankan pada pendampingan mitra bisnis dalam mengembangkan usaha. Karena itu, sejak mendirikan Anamed pada tahun 2011, Hari gencar melakukan pendekatan dengan berbagai kalangan untuk memasarkan produk.

Dalam mengembangkan usahanya ini, Hari juga memberikan pelatihan cara mengelola bisnis kepada para mitra di sejumlah daerah. Bersama timnya, ia melakukan pendampingan penuh sehingga mitra bisa mendistribusikan produk jus mengkudu dengan lancar.

Hari menyadari, lantaran jus mengkudu belum banyak dikenal, cara pemasaran lewat MLM lebih tepat karena langsung menyasar pengguna. Dengan sistem MLM, permintaan terhadap jus mengkudu meningkat.      
 
(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×