kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ayo pesan kaleng kerupuk ke perajin Sukahati (3)


Jumat, 30 Maret 2018 / 11:40 WIB


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Sentra produksi kaleng yang mendapat julukan Kampung Kaleng di Desa Sukahati, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor terletak di deretan sejumlah pabrik. Pantas saja jika sepanjang perjalanan menuju Desa Sukahati, banyak truk yang berlalu-lalang. Area perkampungan di Desa Sukahati juga cukup sempit. Jalan antar kampungnya hanya muat untuk satu mobil.

Diapit oleh beberapa pabrik membuat sebagian besar pemuda Desa Sukahati lebih tertarik bekerja sebagai buruh pabrik dibanding meneruskan usaha produksi kaleng. Hal itulah yang dirasakan oleh Aminnudin, produsen loyang di sentra Kampung Kaleng Desa Sukahati ini. "Anak saya saja lebih memilih kerja di pabrik dibanding bantu saya bikin loyang-loyang ini," tuturnya.

Amin pun kerap kesulitan mendapatkan tenaga kerja tambahan menjelang bulan Ramadhan sampai Lebaran tiba. Padahal saat bulan Ramadhan, dirinya kebanjiran pesanan loyang. Sementera, warga di sekitar Kampung Seuseupan, Desa Sukahati lebih banyak yang memilih untuk menjadi tenaga kontrak di pabrik. Pada hari biasa, Amin dibantu oleh enam orang karyawan.

Saat bulan puasa, pesanan bisa mencapai tiga kali lipat dari hari biasa. Namun, lantaran tenaga kerjanya juga kurang, terpaksa ia menolak beberapa pesanan. "Daripada saya tidak bisa garap dan malah mengecewakan," ujar Amin. Maklum, banyak orang tak tertarik karena upah perajin loyang tidak seberapa jika dibanding jika menjadi buruh pabrik serabutan.

Keluhan yang sama juga dirasakan oleh Dadang Hendrawan, perajin kaleng lainnya asal Kampung Nagrog, Desa Sukahati. Ia mengatakan, permintaan produk kaleng yang biasanya membludak saat bulan Ramadhan tidak diimbangi dengan ketersediaan tenaga kerja. Makin sedikit penduduk Desa Sukahati yang berminat menjadi tenaga perajin kaleng tambahan.  

"Upah jadi buruh pabrik serabutan lebih tinggi dibanding jadi tenaga tambahan perajin kaleng. Sementara, saya juga tidak sanggup mengupahi tenaga tambahan sama seperti upah buruh pabrik," tutur Dadang sambil tertawa. Oleh karena itu, sama seperti Amin, Dadang juga kerap menolak sejumlah pesanan selama bulan Ramadhan sampai Lebaran.

Selain kendala tenaga kerja tambahan saat Ramadhan sampai lebaran, Dadang dan Amin juga mengeluhkan soal kenaikan harga bahan baku. Aneka produk kaleng biasanya dibuat dari lembaran aluminium atau galvalum. Amin menuturkan, jika kedua bahan tersebut kerap mengalami kenaikan harga. Dalam setahun pun minimal harga naik dua kali.

Apalagi, jika harga sudah naik, tak ada kemungkinan bakal kembali turun. Amin memakai bahan galvalum yang lebih murah dibanding aluminium. "Dua bahan itu impor, jadi hitungan harganya juga menggunakan kurs dollar, tergantung naik turun harga dollar juga. Sekarang satu kilogram (kg) galvalum isi tiga lembar Rp 18.500, kalau aluminium per kg bisa Rp 27.000," terang Amin.

Sama dengan Amin, Dadang juga lebih memilih menggunakan bahan galvalum karena harga lebih terjangkau. Selain itu bahan galvalum lebih mudah ditemukan dibanding bahan aluminium. "Aluminium itu sudah harganya mahal, sering kosong stoknya. Apalagi kalau sedang banyak produksi, sudah pasti kosong. Harganya juga lebih sering naik," ujarnya.                 

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×