kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.585.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.370   0,00   0,00%
  • IDX 7.171   16,08   0,22%
  • KOMPAS100 1.060   2,49   0,24%
  • LQ45 834   1,35   0,16%
  • ISSI 214   0,05   0,02%
  • IDX30 430   1,01   0,24%
  • IDXHIDIV20 510   -1,34   -0,26%
  • IDX80 121   0,13   0,11%
  • IDXV30 124   -0,74   -0,59%
  • IDXQ30 141   -0,35   -0,25%

Bagi Wieke, sertifikasi produk adalah investasi (2)


Senin, 02 Mei 2011 / 14:27 WIB
Bagi Wieke, sertifikasi produk adalah investasi (2)
ILUSTRASI. Komet Neowise di Indonesia dapat terlihat di beberapa wilayah, simak jadwalnya disini


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi


Lima tahun mengelola usaha tahu, Wieke Anggraini berhasil membuat tahu sebagai cemilan. Meski kalah populer dibandingkan dengan makanan asing seperti hotdog, burger, atau kebab, bisa jadi Tahu Petis Yudhistira bakal menjadi makanan pilihan di Indonesia. Sebab,ia terus ekspansi.

Berbagai macam olahan tahu memang dapat mudah ditemukan di pasar jajanan kuliner saat ini. Namun, tahu petis sangat jarang ada di Jakarta. Kebanyakan para penjual tahu petis mendatangkan makanan tersebut langsung dari Semarang.

Wieke Anggraini mendirikan usaha tahu petis untuk mengobati rindu akan jajanan di kampungnya. Selain karena ia berasal dari Semarang, sejak kecil Wieke sudah tahu benar proses pembuatan petis. Eyangnya kerap menciptakan makanan yang menggunakan bumbu petis. Bekal inilah yang membuat Wieke percaya diri menciptakan rasa petis baru.

Menyasar pembeli ibu kota yang heterogen, Wieke harus menyesuaikan rasa petisnya agar pas di lidah pembeli. "Saya meracik sendiri rasa petisnya agar tidak terlalu manis dan berkesan Jawa banget," kata Wieke.

Untuk melakukan inovasi ini, Wieke hanya butuh waktu dua bulan untuk mendapatkan rasa petis yang pas. Uniknya, Wieke melibatkan sang suami dan keluarganya yang berasal dari Sumatra untuk mencoba petis buatannya. "Mereka bilang enak dan rasanya pas di lidah," kenang Wieke. Petis buatan perempuan yang gemar hobi wisata kuliner ini memiliki rasa dan aroma udang yang kuat.

Keistimewaan dan keunikan tahu petis memang terletak pada bumbu petisnya. Berbahan dasar udang yang diracik dengan bumbu khusus, Wieke berhasil mendapatkan rasa gurih, manis, dan lezat petisnya. Adapun untuk tahu, ia menggunakan tahu pong berkualitas baik yang segar dan renyah yang didalamnya diolesi bumbu petis.

Wieke mengatakan, ia tidak menggunakan MSG dan pengawet. Tahu Petis Yudhistira tahan hingga tiga hari dan dapat dipanaskan di dalam oven tanpa perlu takut perubahan rasa alias basi. Menambah kesan makanan sehat nan alami, Wieke menggunakan cabe rawit utuh yang ditaburkan di sekitar tahu.

Tidak hanya menjual tahu, Wieke juga menjual bumbu petis dalam kemasan 250 gram dan 350 gram. Petis Yudhistira dapat dijadikan saus untuk aneka gorengan dan dapat pula dijadikan sebagai bumbu tambahan pada masakan.

Bumbu petis inilah yang menjadi pengikat Wieke dengan para mitranya. Para mitra harus membeli bumbu petis darinya. Wieke membebaskan para mitranya untuk memasok tahu dari mana pun. "Asalkan sesuai dengan standar kami, yakni tahu pong yang tidak mengandung bahan pengawet," ujar Wieke.

Wieke telah mendapatkan sertifikat dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan sedang mengurus izin halal dari Majelis Ulama Indonesia. Wieke mencari berbagai sertifikat dan izin untuk memperkuat pijakan produknya yang aman dikonsumsi dan sehat.

Sertifikat dari Kemenkes ini membantu pemasaran produk tahu petis kemasan ke beberapa supermarket. Wieke mengatakan, ia cukup mudah mengurus izin ke Kemenkes. "Saya mengurus sendiri tanpa calo. Mengikuti seluruh prosedur Depkes, mulai dari survei ke tempat proses pembuatan kemudian diukur tingkat higenis sampai pengemasannya, semuanya terbilang mudah," paparnya.

Wieke memaparkan, memang perlu waktu yang panjang untuk mendapatkan legalitas tersebut. "Bagaimana juga adanya sertifikat itu adalah investasi," kata Wieke.

Dengan sertifikat yang didapatnya, kini Wieke memiliki 13 mitra di Jabodetabek dan Klaten yang terus membeli bahan petis darinya. Wieke pun akan berekspansi ke Kalimantan dan Sumatra.

Ia mengatakan, sertifikasi dari instansi yang berwenang adalah bagian dari tanggung jawab moral kepada masyarakat. Saat ini, sosialisasi masih kurang. Inilah yang memunculkan keenganan para pelaku usaha di tanah air untuk mengurusnya.

Perempuan yang kerap menjadi pembicara di seminar wirausaha ini mengkritisi masih minimnya dukungan untuk para pelaku usaha. Meski pemerintah menggalakkan kegiatan wirausaha, Wieke menilai kegiatan ini masih kurang. Pemerintah harus turun tangan membina para pelaku usaha.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×