kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.911.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.250   0,00   0,00%
  • IDX 6.900   18,48   0,27%
  • KOMPAS100 1.006   3,42   0,34%
  • LQ45 769   2,72   0,36%
  • ISSI 227   0,56   0,25%
  • IDX30 396   1,71   0,43%
  • IDXHIDIV20 459   1,57   0,34%
  • IDX80 113   0,45   0,40%
  • IDXV30 114   0,90   0,80%
  • IDXQ30 128   0,24   0,18%

Bahan baku datang dari luar kota (2)


Kamis, 21 Agustus 2014 / 17:16 WIB
Bahan baku datang dari luar kota (2)
ILUSTRASI. IHSG akan bergerak sideways, setidaknya hingga akhir semester pertama 2023.


Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini

Sentra produksi sikat dan sapu di Jalan Kosambi, Cibiru, Bandung Timur ini sudah berusia cukup tua. Berdiri sejak tahun 1970-an, produk utama yang sejak awal yang dihasilkan para perajin di sentra ini adalah sikat. Namun seiring berjalannya waktu, para perajin menambah produk pembuatan sapu lantaran bahan baku yang dibutuhkan sama.

Jika Anda memasuki kawasan ini, dari luar tidak terlalu kentara ada aktivitas pembuatan sapu dan sikat. Sebab proses produksi dikerjakan di dalam rumah dan tidak menghasilkan suara bising. Sehingga sentra yang terletak di pemukiman padat penduduk ini relatif nyaman. Hampir setiap rumah digunakan sebagai tempat produksi. Tidak jarang anak-anak sekolah SMP dan SMA membantu kegiatan produksi untuk membantu orangtua mereka setelah pulang sekolah.

Beberapa dari mereka mengumpulkan ijuk-ijuk dan mengikatnya dengan tali. Biasanya itu dikerjakan oleh perempuan, sedangkan pria menghaluskan kayu sebagai wadah sikat dan sapu.

Pada tahun 1980-an, sikat dan sapu hanya didistribusikan ke pasar tradisional di sekitar Cibiru saja, seperti Pasar Babatan dan Pasar Barum. Namun saat ini kebanyakan perajin mengirim produk ke pengumpul yang dijual lagi ke pasar swalayan Borma di Bandung.

Sri Wahyuni, salah satu pembuat sikat dan sapu di sentra ini bilang, setiap minggu distributor akan datang ke rumahnya untuk mengambil pesanan sikat dan sapu. Setiap minggu dia bisa menjual hampir 500 buah sikat dan sapu. Sri dibantu oleh empat karyawan yang masing-masing mampu membuat 80 sapu dan sikat dalam sehari.

Wahyuni juga terlibat langsung dalam pembuatan produ. Rumah Wahyuni yang kecil membuat keempat karyawannya tidak dapat mengerjakan proses produksi di situ. Mau tidak mau, para karyawan harus membawanya ke rumah masing-masing. "Kalau ada tempat kosong di rumah ini biasanya untuk menaruh bahan baku dan tempat penyimpanan barang yang sudah jadi," kata dia.

Setelah memiliki modal yang cukup, dia bercita-cita untuk membuka toko sendiri di Pasar Babatan. Dengan begitu dia tidak perlu mengirim produknya lagi ke distributor.

Bahan baku kayu untuk pembuatan sikat dan sapu dia dapatkan dari daerah di Garut. Ia pesan sebulan sekali sebanyak lima sampai enam balok kayu panjang. Sedangkan ijuknya didatangkan dari Tasikmalaya. Biasanya dia membutuhkan ijuk sekitar 10 kg dalam sehari. Proses produksi sapu dan sikat ini tidak menggunakan mesin alias masih manual.

Namun, Muhammad Farid, perajin lainnya mengaku sudah  menggunakan mesin untuk proses produksi. Dia menggunakan mesin sederhana untuk memasukkan ijuk ke dalam badan sikat. Dalam sebulan, ia menghasilkan 20.000 sikat dalam berbagai jenis.            n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×