Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri
Sentra pembuatan stempel di Jalan Arif Hakim, Depok, Jawa Barat selalu ramai dikunjungi konsumen. Para perajin seperti tak pernah kekurangan pesanan. Setiap hari mereka memproduksi puluhan hingga ratusan stempel.
Para pembuat stempel di sentra itu tidak bekerja sendiri. Ketika satu kios mendapat order banyak, kegiatan produksi pun dilimpahkan ke kios lainnya.
"Kalau dapat order pembuatan stempel dalam jumlah banyak, kami meminta bantuan kios sebelah untuk membantu mencetaknya," ujar Muhammad Azzat, salah satu pemilik kios stempel di sentra ini.
Saking banyaknya pelanggan, Azzat mengaku kerap kewalahan melayani pesanan. Untungnya, kerjasama perajin di sentra ini sudah terjalin baik. Jadi ketika ada kelebihan order, yang lain siap membantu. "Untuk membuat puluhan stempel membutuhkan waktu seminggu," ujarnya.
Pria yang akrab di sapa Azzat ini menuturkan, sebagian besar pelanggan adalah perorangan. Namun, tidak sedikit juga pesanan dari kantor instansi tertentu.
Pelajar atau mahasiswa juga kerap memesan stempel di tempat ini. "Mahasiswa Universitas Indonesia itu banyak yang langganan membuat stempel dan plakat untuk acara organisasi," ujarnya.
Niki Saputra, pemilik kios stempel lainnya, mengutarakan pengalaman serupa. Pada akhir tahun kemarin, banyak pelanggan memesan stempel baru dengan tulisan tahun yang baru. Order sudah berdatangan sejak satu hingga dua pekan sebelum pergantian tahun.
Selain dari Kota Depok, pelanggan juga datang dari luar kota, seperti Jakarta dan Bogor. Untuk memenuhi seluruh pesanan itu, ia juga melibatkan pemilik kios lainnya.
Lantaran kerjasama perajin terjalin baik, persaingan di usaha juga berjalan sehat. Menurut Niki, tidak ada perajin yang memainkan harga lantaran ingin mendapat konsumen lebih banyak.
Ia menjamin, seluruh kios mematok harga sama untuk pembuatan stempel, plakat dan plat motor. Jadi, tidak ada yang lebih murah dan mahal. "Strategi penjualannya saja yang beda," ujarnya.
Misalnya, ada perajin yang menyediakan jasa desain stempel. Konsumen yang menggunakan jasa ini dikenakan biaya tambahan. Niki bilang, masing-masing kios sudah memiliki pelanggan tetap yang sudah berlangganan sejak lama. Ia sendiri masih memiliki pelanggan sejak usahanya masih dijajakan memakai gerobak.
Banyak konsumen menjadi pelanggan karena puas dengan produk yang dibuatkan. "Jika kita kehilangan pelanggan, susah untuk dapat konsumen baru," ujarnya.
Supaya tidak lari ke kios lain, ia pun memberikan layanan khusus ke pelanggannya ini. Antara lain potongan harga. Selain itu, juga cukup memesan lewat telepon. "Kalau tak ada perlakuan khusus mereka bisa lari," ujarnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News