kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bangkit kembali bersama warga setelah terkena PHK


Senin, 16 Februari 2015 / 14:40 WIB
Bangkit kembali bersama warga setelah terkena PHK
ILUSTRASI. Daftar Harga Sepeda Listrik Murah Rp 5 Jutaan, Ada Varian Viar dan Uwinfly


Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Pemutusan hubungan kerja alias PHK tentu menjadi momok menakutkan bagi para pekerja. Namun, tak sedikit orang yang bangkit setelah terkena PHK. Seperti dialami Heryadi. Pria asal Solo, Jawa Tengah ini sukses merintis bisnis tikar tenun setelah perusahaan tempatnya bekerja, PT Tyfountex Indonesia, menjalankan program pengurangan karyawan.

Pabrik tekstil ini berlokasi tidak jauh dari rumahnya di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Setelah di  PHK, Heryadi tidak putus asa. Ia langsung memutuskan untuk berwiraswasta.

Dorongan untuk terjun ke dunia bisnis semakin kuat setelah melihat banyak tetangganya yang juga bekerja di PT Tyfountex terkena PHK. "Nah mereka ini pada mengeluh kehilangan pekerjaan," ujar Heriyadi.  

Di saat bersamaan, Heryadi memang berniat membuka bisnis baru bersama seorang teman. Yakni, bisnis tikar tenun. Menurut Heryadi, permintaan tikar tenun sangat tinggi. Lantaran banyak tetangganya menganggur, ia pun mengajak mereka bergabung. Saat itu, ia mengajak delapan orang tetangganya yang sebagian besar adalah ibu-ibu.

Heryadi merintis usaha dengan modal kurang dari Rp 100 juta bersama dengan seorang kawannya. Garasi rumahnya pun dijadikan bengkel tenun. Ia membeli lima mesin tenun tikar, benang, dan mesin jahit.

Sebelum resmi menjalankan usahanya, Heryadi dengan sabar memberi pelatihan dasar kepada para karyawannya yang sama sekali tidak bisa menenun. Pelatihan itu dilakukan selama tiga bulan sampai mereka bisa.

"Semuanya belajar dari nol, sebetulnya tidak sulit, karena mereka kan pernah kerja di pabrik tekstil. Kalau di sana pakai mesin canggih sedangkan mesin tenun saya sangat sederhana," kata Heryadi.

Tikar tenun buatan Heryadi diberi merek Tikar Tenun Almira resmi dipasarkan akhir 2010. Selama hampir lima tahun menjalankan usahanya, banyak masyarakat dari kampung lain yang juga bekerja dengannya.

Heryadi mengaku, selalu menyambut siapa saja yang mau belajar asal mereka serius untuk bekerja.Karyawannya sebagian ibu rumah tangga dan remaja putus sekolah.
Sekarang total karyawannya ada 20 orang. Heryadi sendiri bertugas sebagai desainer dan menyusun motif-motif tikar.

Harga satu tikar ukuran 2 m x 3 m dibanderol Rp 95.000. Dalam sehari, Heryadi bisa menghasilkan delapan sampai 10 tikar gulung. Adapun kapasitas produksi sebulan mencapai  250-300 tikar, dengan omzet mencapai Rp 30 juta per bulan.

Pemasarannya masih di sekitar Solo, Sukoharjo, Yogyakarta, dan Wonogiri. Ia banyak menjual tikarnya di mal dengan sistem konsinyasi atau titip jual.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×