kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bantal boneka: Empuk untuk alas kepala, nyaman di kantong


Selasa, 19 Juli 2011 / 14:15 WIB
Bantal boneka: Empuk untuk alas kepala, nyaman di kantong
Lee Dong Wook bahas Goblin di jumpa pers drama Korea terbaru Tale of The Nine Tailed.


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Sebagai alas kepala saat tidur, bantal punya beragam bentuk. Salah satu bentuk bantal yang kini banyak diminati adalah bantal dengan bentuk boneka. Tak hanya laku di pasar lokal, bantal boneka juga diminati pasar Eropa, Australia, Amerika Serikat (AS) hingga Afrika Selatan.

Asal-muasal bantal konon berawal dari tas yang didalamnya di isi dengan material berbahan lembut seperti wol, rambut, bulu. Orang Prancis dan Spanyol menggunakannya sebagai sandaran kala berlutut atau duduk di berbagai acara.

Bantal pula yang kini menjadi sandaran hidup Ayu Husodo, pemilik usaha Strawberry Patch. Tak seperti bentuk bantal kebanyakan, Ayu mengkreasikan bantal bikinannya dalam bentuk boneka.

Ide ini didapat tahun 2007. Saat itu, Ayu tinggal di Sidney, Australia. Terlintas dalam benak Ayu untuk membuat mainan anak yang bisa berfungsi ganda. Ayu pun lantas menjatuhkan pilihan pada pembuatan bantal berbentuk boneka.

Saat ini, Ayu sudah membuat 10 model bantal berbentuk boneka, mulai dari burung hantu, boneka matroyshka dan banyak lagi. Boneka itu berukuran 30 centimeter (cm) x 15 cm. Dengan ukuran sebesar itu, boneka ini bisa dipakai bantal. "Karena bentuknya yang lucu, ada juga pelanggan yang malah menjadikan sebagai pajangan," ujar Ayu yang memproduksi 150 boneka bantal tiap bulan.

Sebagian hasil produksi bantal boneka Ayu itu di ekspor ke berbagai negara, seperti Singapura, Australia, Inggris, Italia, Amerika Serikat dan Afrika Selatan.

Untuk pasar ekspor, Ayu mematok harga mulai US$ 22 - US$ 99 per boneka. Sementara itu, untuk pasar lokal, boneka bantal itu dijual dengan harga lebih murah, yakni mulai Rp 60.000-Rp 180.000 per boneka.

Harga ekspor lebih mahal lantaran Ayu menggunakan bahan baku dari microfiber yang harganya juga mahal. Boneka untuk pasar dalam negeri menggunakan bahan dakron yang harganya lebih murah.

Di luar bahan, kata Ayu, proses pembuatan bantal boneka sama dengan bantal biasa. Yakni membuat pola dalam kain katun jepang, lantas dijahit. Setelah diisi dengan bahan, bantal lantas di jahit kembali.

Dari bisnisnya ini, Ayu mengaku mendapat omzet rata-rata Rp 10 juta per bulan. Khusus pada bulan Februari dan Desember, Ayu bisa mengantongi omzet hingga Rp 20 juta per bulan. Banyak orang membeli untuk hadiah di Hari Valentin atau Natal.

Demi mendongrak omzet, Ayu juga rajin ikut pameran anak-anak. Antara lain: Bobocraft dan Inacraft. "Kendala jualan produk kami sejatinya adalah persepksi. Banyak yang menilai produk tangan harus lebih murah ketimbang pabrik," ujarnya.

Pemain lain, Rizka Amelia juga memroduksi bantal boneka sejak tiga bulan lalu di Bandung. Bantal milik Rizka mirip bantal biasa, tapi ada timbulan wajah serta kaki dan tangan pada bantal.

Rizka membuat bantal boneka menyerupai tokoh kartun populer seperti; Spongebob, Doraemon dan Donal Bebek. Dalam sebulan, Rizka mendapat omzet Rp 5,2 juta hasil penjualan 80 boneka seharga Rp 65.000 per boneka. "Boneka bantal ini banyak dipesan untuk kado anak," kata Rizka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×