kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.829   46,00   0,27%
  • IDX 6.678   64,31   0,97%
  • KOMPAS100 965   12,70   1,33%
  • LQ45 752   9,64   1,30%
  • ISSI 212   1,74   0,83%
  • IDX30 390   4,66   1,21%
  • IDXHIDIV20 469   4,65   1,00%
  • IDX80 109   1,41   1,30%
  • IDXV30 115   1,51   1,33%
  • IDXQ30 128   1,42   1,12%

Banyak diburu wisatawan asing (2)


Minggu, 22 Februari 2015 / 17:09 WIB
Banyak diburu wisatawan asing (2)
ILUSTRASI. Presiden Jokowi menggelar pertemuan bilateral dengan Sekjen PBB, Antonio Guterres, di JCC, Jakarta, Kamis (07/09/2023). (Foto: BPMI Setpres)


Reporter: Yuthi Fatimah | Editor: Rizki Caturini

Desa Lodtunduh menjadi satu dari empat desa di Kecamatan Ubud yang memiliki daya tarik. Desa ini dikenal karena karya seni lukis. Maklum, disini banyak toko yang menjual karya seni lukis dengan berbagai bentuk termasuk dalam salah satunya layang-layang.

Para pemilik sekaligus perajin layang-layang di daerah ini mengaku tak menemui kendala dalam mendapatkan bahan baku pembuatan layang-layang. Umumnya, beragam bahan baku ini diperoleh dari daerah sekitar Ubud, namun ada juga yang diangkut dari wilayah lain di Bali.

Made Mawa, salah satu perajin layang-layang di desa ini mengaku ada dua bahan baku yang berasal dari luar Ubud. Pertama, kain parasut yang digunakan sebagai pelapis rangka layang-layang ini berasal dari Denpasar.

Kedua, bahan gabus yang digunakan untuk kepala layang-layang  yang terbuat dari gabus berasal dari tempat pelelangan ikan disekitar Bali. "Bahan pembuat kepala yang menyerupai hewan ini kami mendapatkannya dari Benoa, bekas tempat pelelangan ikan," tutur Made.

Perpaduan bahan baku berkualitas ditambah kreativitas dari para perajin membuat layang-layang di Desa Lodtunduh diburu para wisatawan mancanegara yang datang ke Bali, seperti dari Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.

Kebanyakan pembeli asal Amerika Serikat dan Eropa adalah pembeli borongan dalam jumlah besar untuk dijual kembali. Sedangkan pembeli asal Australia membeli layang-layang hanya untuk mengisi waktu senggang selama berlibur di Bali. "Biasanya pembeli dalam jumlah besar bisa membeli sekitar 500 pieces-700 pieces layang-layang," ujar Made.

Meskipun konsumen utama layang-layang ini adalah ekspatriat, namun bukan berarti layang-layang ini tak diminati warga Indonesia. Made bilang banyak pula pembeli dari wisatawan domestik yang kebanyakan berasal dari Jakarta.

Cuma, warga asli Bali jarang mengunjungi desa ini untuk berburu layang-layang. Made mengungkapkan bahwa warga Bali terlalu menyukai ukuran layang-layang yang kecil dan sederhana seperti yang banyak di jual si Desa Lodtunduh. "Kalau orang lokal tak menyukai layang-layang dengan ukuran sederhana seperti ini karena mereka bisa membuat sendiri," kata Made.

Adapun produk yang paling sering dicari oleh pembeli adalah layang-layang yang berbentuk naga, burung, dan kupu-kupu. Membuat layang-layang pun dirasa tak terlalu sulit. Bahan yang diperlukan adalah kain parasut, gabus, kawat, bambu, cat, dan lem kemudian pengerjaannya dibagi dalam beberapa tahap, yaitu melukis badan, membuat kepala layangan yang berbentuk seperti hewan, dan merakit layang-layang.

Putu Suartika, perajin layang-layang lainnya mengatakan untuk melukis badan layang-layang cukup mudah karena tidak perlu keterampilan khusus. Dia mengaku mampu melukis 20 lembar kain parasut untuk layang-layang tiap harinya. "Prosesnya sederhana sama seperti melukis abstrak," tutur Putu.            

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×