Reporter: Revi Yohana, Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini
Jamur shiitake alias hioko merupakan salah satu jenis jamur yang digandrungi. Selain sebagai bahan pelengkap dalam menu-menu di restoran, jamur dengan nama latin Lentinula edodes ini juga lezat diolah menjadi camilan. Makanya, permintaan jamur ini sangat besar.
Salah seorang pebudidaya jamur shiitake di Bandung, Rial Aditya menyebut, peluang berbisnis shiitake sangat menggiurkan. Ini lantaran permintaan banyak, namun pebudidayanya masih sedikit.
Bahkan, sebagian besar jamur yang dijual di pasaran merupakan hasil impor. Memang, budidaya shiitake di Indonesia belum semarak jamur merang ataupun tiram. "Padahal, shiitake termasuk jamur yang mahal, karena rasanya lebih enak dan disebut-sebut menyerupai daging," ungkap pemilik Ganesha Mycosoft ini. Tak heran, banyak kaum vegetarian yang menggemari olahan jamur ini.
Peluang bisnis inilah yang dilirik Rial sehingga mulai membudidayakan shiitake di Bandung dan Kuningan, Jawa Barat. Lahan seluas 80 x 100 meter yang ia gunakan berkapasitas sekitar 10.000 bibit shiitake.
Pembudidaya lain, Taufik Urohman di Purwokerto, Jawa Tengah, sudah membudidayakan shiitake sejak 1991. Menurutnya, sejak tahun 1990-an, permintaan jamur shiitake mulai banyak. Saat itu, harganya masih sangat mahal, karena selain belum banyak produsennya, juga punya kandungan gizi yang sangat bagus.
"Proteinnya tinggi dan menurut literatur, shiitake bisa menghambat pertumbuhan sel kanker dan tumor, serta penyakit kolesterol, diabetes dan jantung," tutur lulusan Universitas Wijaya Kusuma di Purwokerto ini.
Jamur ini juga dipercaya bisa menambah stamina. Tak heran, sampai sekarang, harga shiitake di pasaran terbilang masih tinggi. Rial membanderol harga jamur shiitake berkisar Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per kilogram (kg). Harga dipatok berdasarkan musim. Harga paling mahal saat bulan Ramadhan, karena biasanya paling banyak dicari untuk menjaga stamina.
Rial memasarkan shiitake ke beberapa supermarket dan restoran di Bandung. Sekali panen, ia bisa menghasilkan tiga ton jamur. Omzetnya bisa mencapai Rp 400 juta setiap kali panen.
Sementara, Taufik dalam sebulan bisa menjual 250 kg jamur, seharga Rp 50.000 per kg. Selain itu, tiap bulan, ia juga mampu menjual 1.200 botol bibit shiitake dan 5.000 baglog. Harga jual bibit mencapai Rp 15.000 per botol, sementara satu baglog dipatok Rp 5.000. Tak heran, Taufik bisa mengantongi omzet sekitar Rp 55 juta per bulan.
Ia memasarkan bibit dan jamur ke berbagai daerah di Pulau Jawa, Padang, Kalimantan, Sulawesi, sampai ke Irian Jaya. "Peminatnya kebanyakan restoran dan hotel," ucap Taufik. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News