Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini
Barang bekas menjadi alternatif bagi sebagian besar orang untuk memenuhi kebutuhannya. Produk bekas dilirik lantaran kualitasnya masih bagus, dan harganya pun bisa mengirit kantong. Setiap kota rata-rata memiliki pusat penjualan barang bekas. Jika, warga Jakarta biasa berburu barang bekas di Pasar Poncol, Senen, maka warga kota Jambi biasa menyambangi Pasar Angso Duo.
Memang, di Pasar Angso Duo, Jambi, terdapat pusat penjualan aneka barang bekas. Warga Jambi dan sekitarnya kerap menyebut lokasi ini sebagai Pasar BJ. Konon kepanjangannya adalah Pasar Bekas Jambi.
Salah seorang pedagang, Siti Fatimah berkisah, awalnya, sekitar 1980-an, sejumlah pedagang mulai menjajakan pakaian bekas di kawasan Pasar Angso Duo. Pakaian ini kebanyakan berasal dari Singapura. "Dulu jualannya masih di kaki lima, depan emperan pasar," tutur perempuan yang sudah berjualan barang bekas sejak 13 tahun silam ini.
Lambat laun, pedagang baju bekas di kawasan itu terus bertambah. Hingga akhirnya, mulai 1990-an, para pedagang pakaian bekas ini dikelompokkan. Mereka ditempatkan di samping kantor pengelola pasar Kota Jambi di Angso Duo.
Menurut Siti, sekarang ini, keberadaan para pedagang sudah lebih tertata. Ratusan pedagang menempati kios-kios permanen, dengan ukuran luas yang beragam. Kios milik Siti cukup luas, yaitu mencapai 40 meter persegi.
Tak hanya jumlah pedagang yang kian banyak, jenis barang dagangan pun bertambah. Selain baju bekas, mereka juga menjajakan tas, sepatu, seprei hingga gorden. Namun, tetap saja, jualan yang paling ramai adalah baju bekas, seperti kaos, kemeja, celana jins, gaun, hingga rok. Ukurannya mulai untuk anak hingga dewasa. Para pedagang mematok harga barang bekas mulai dari Rp 5.000 hingga puluhan ribu rupiah per unit.
Di kiosnya, Siti memajang aneka pakaian, ikat pinggang, sepatu, dan tas. Dalam sehari, ia mengaku, bisa melayani 20 hingga 50 pembeli. Omzet hariannya sekitar Rp 600.000. "Sampai sekarang, semua barang yang saya jual masih dari Singapura," ujarnya.
Pedagang lain di Pasar BJ, Murni menuturkan, awalnya ia hanya fokus berjualan seprei dan gorden bekas. Namun, karena pembeli gorden dan seprei tidak datang setiap hari, Murni pun mengakalinya dengan cara menambah jenis barang dagangannya, seperti kemeja dan kaos. "Ini demi menarik pembeli tiap hari," ucapnya.
Dari berjualan barang bekas, Murni bisa meraup omzet berkisar Rp 30 juta hingga Rp 45 juta sebulan.
Ketika KONTAN menyambangi Pasar BJ, Angso Duo, terlihat ada beberapa kios yang menjual barang-barang baru. Contohnya, kios di samping kios milik Murni. Kios tersebut menjual aneka gorden baru.
Di gang lainnya, juga terlihat satu hingga dua pedagang yang menjual aneka tas baru. Meski begitu, barang bekas tetap menjadi mayoritas yang dijajakan di Pasar BJ, Angso Duo ini.
Sentra barang bekas ini buka buka setiap hari. Pengunjung bisa menyambanginya mulai pukul 7 pagi hingga pukul 16.30. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News