Sumber: Antara | Editor: Rizki Caturini
BANTUL. Batik produksi para perajin Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mampu menembus pasar mancanegara.
"Selama ini pasarnya hanya Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Kalimantan. Namun kini sudah menembus pasar luar negeri," kata perajin batik Desa Triharjo Budi Harjono di sela-sela Festival Batik Bantul di Pendopo Parasamya Bantul, Kamis (2/3).
Menurut dia, beberapa negara yang menjadi pasar batik karya pembatik Desa Triharjo itu di antaranya Singapura, Filipina, Malaysia, dan Thailand, baik itu dikirim langsung sesuai pesanan maupun pihak ketiga.
"Bahkan untuk ke Thailand rutin per bulan mengirim untuk seragam ibu-ibu PKK (pembinaan kesejahraan keluarga). Di Thailand sudah ada kerja sama dengan ibu-ibu PKK di kedubes (kedutaan besar)," katanya.
Dalam sebulan industri kerajinan batik di beberapa daerah yang dimilikinya bisa memproduksi sekitar dua ribuan lembar batik yang sebagian besar batik cap dan batik tulis yang dikombinasikan dengan cap.
"Produksi per bulan bisa sekitar 2.000 lembar batik cap, karena saya juga punya toko di Jakarta, Surabaya, dan Bandung, kalau batik tulis kombinasi kita produksinya tidak terlalu banyak hanya sekitar seratus per bulan," katanya.
Sedangkan batik tulis murni yang diproduksi industri kerajinannya hanya sekitar 30 lembar per bulan karena untuk membatik kain secara tradisional atau tulis membutuhkan waktu dan proses yang lama.
"Harga batik yang termurah Rp 70.000 per lembar ukuran dua meter kali satu seperempat meter, namun kalau per meternya Rp 35.000, itu untuk batik cap, sedangkan yang batik tulis sebesar Rp 600.000 per lembar," katanya.
Budi Harjono yang menggeluti usaha membatik sejak beberapa tahun ini mengatakan, pertumbuhan industri batik berkembang, bahkan di Kecamatan Pandak ini menjadi salah satu sentra batik di wilayah Bantul, karena di semua desa ada perajin.
"Di Desa Gilangharjo ada 14 perajin, Desa Caturharjo lima perajin, Desa Wijirejo ada 24 perajin sementara di Triharjo ada 12 perajin. Semuanya berbasis pada multitradisional, karena ada batik cap dan tulis," katanya.
(Heri Sidik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News