Sumber: Kontan 18/9/2012 | Editor: Havid Vebri
Sejak dulu, orang Indonesia gemar sekali menyantap makanan olahan unggas. Selain ayam, bebek merupakan salah satu jenis unggas favorit sebagian besar orang Indonesia. Lantaran pasarnya besar, banyak orang tertarik untuk terjun ke usaha budidaya bebek.
Kendati sudah banyak pemain, budidya bebek masih sangat menjanjikan karena permintaannya masih lebih tinggi dibanding pasokan. Selain bebek lokal, bebek peking khas China juga diminati. Bahkan, permintaannya terus meningkat seiring maraknya warung dan restoran yang menyajikan bebek sebagai menu utama.
Agus Harianto, pemilik Sentral Ternak di Malang, Jawa Timur bilang, permintan bebek peking terus meningkat. Selain permintaan tinggi, budidaya peking lebih cepat dari bebek lokal.
Hanya dalam usia 2,5 bulan, bobot bebek peking sudah mencapai 2,5 kilogram (kg)-3 kg per ekor. Sementara bebek lokal, pada usia yang sama, bobotnya hanya 1,3 kg-1,5 kg. Karena kelebihannya ini banyak orang memilih membudidayakan bebek peking. "Budidaya bebek ini telah berkembang dalam lima tahun terakhir," kata Agus.
Agus sendiri fokus menyediakan bibit bebek peking yang berusia 1-2 hari (day of duck/DOD). Agus mengaku, permintaan DOD peking terus meningkat seiring maraknya usaha budidaya bebek jenis ini. Ia menjual DOD dengan harga Rp 9.600 per ekor. Ia biasa memasok 500 ekor - 600 ekor DOD per minggu atau 2.000 DOD per bulan. Omzetnya, Rp 20 juta per bulan. "Pelanggan saya di Jawa, Makassar, Palembang dan Manado," ujar Agus.
Agus bilang, tingginya permintaan DOD bebek peking ini memicu munculnya peredaran bibit bebek peking palsu, dengan harga lebih murah.Disebut bibit palsu karena salah satu indukannya bebek lokal. "Biasanya mereka pilih yang semuanya putih, lalu dijual sebagai peking dengan harga miring," ujar Agus.
Pada usia satu hingga dua minggu, biasanya terlihat perbedaannya. Bebek peking asli memiliki leher pendek, sementara yang palsu lehernya lebih panjang. Selain itu, bebek peking palsu, pertumbuhannya akan lebih lama karena mereka setengah bebek lokal.
Budi Santoso, pemilik CV Berkah Meri, juga menyediakan DOD bebek peking. Dalam sebulan ia bisa menjual minimal 4.000 ekor bebek peking yang baru menetas. Setiap ekor dihargai Rp 8.500. Dari usaha ini, dalam sebulan ia bisa meraup omzet Rp 40 juta.
Namun, diakui Budi, tidak semua telur bebek yang dierami di peternakannya berhasil menetas. “Dari 100 telur biasanya yang menetas hanya sekitar 70 telur,” ujarnya.
Menurut Budi, faktor suhu dan kualitas mesin penetas menjadi penentu keberhasilan penetasan telur bebek peking.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News