kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belajar dagang sejak masih kelas satu SD (2)


Rabu, 05 Maret 2014 / 15:45 WIB
Belajar dagang sejak masih kelas satu SD (2)
ILUSTRASI. Salah satu pemicu pelemahan rupiah yakni naiknya current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Havid Vebri

Nicholas Kurniawan sudah terbiasa berbisnis sejak kecil. Ketika masih duduk di bangku kelas satu sekolah dasar (SD), ia pernah berjualan mainan dan makanan.

Hobi dagangnya ini terus berlanjut sampai ia duduk di bangku sekolah Menengah Pertama (SMP). "Saat itu, saya mulai berjualan kaos bola, ikut bisnis asuransi  hingga bisnis multi level marketing (MLM)," kata Nicholas.

Ia mengaku, hobi berdagang sejak kecil karena ingin meringankan beban orang tuanya. Kebetulan latar belakang ekonomi orang tuanya memang kurang mampu. Itu juga yang mendorong timbulnya keinginan di dalam dirinya untuk menjadi seorang pengusaha. 

"Sejak kecil saya seringkali sedih melihat keluarga saya yang kurang dihargai karena tidak punya uang," kenang pria kelahiran 29 Januari 1993 tersebut.

Kendati sejak kecil sudah menjajal berbagai jenis usaha, tidak ada satu pun yang benar-benar sukses. Hingga akhirnya, ketika Sekolah Menengah Atas (SMA), Nicholas mendapat hadiah dari temannya berupa 100 ekor ikan garra rufa yang kala itu sedang booming.

Sejatinya, Nicholas menyukai ikan hias. Tapi dengan jumlah sebanyak itu, menurutnya hanya akan memenuhi akuarium saja. Nicholas pun mencoba menjual ikan hias tersebut lewat situs jual beli Kaskus.

Siapa sangka, dari situlah jalan suksesnya di dunia bisnis dimulai. Baru beberapa jam memasang iklan di Kaskus, ikan hias miliknya sudah laku terjual.
Sadar kalau permintaan akan ikan garra rufa tinggi, Nicholas akhirnya mencari supplier untuk dijualnya kembali.

Untuk meyakinkan pasar, ia lalu membuka toko online yang dinamakannya Garra Rufa Center. Lewat toko online itu ia menjual ikan garra rufa dengan seluruh perlengkapannya.

Seiring berjalannya waktu, konsumennya terus bertambah. Dalam waktu singkat, ia mampu menjual ribuan ikan garra rufa dengan omzet mencapai
Rp 2 juta-Rp 3 juta setiap bulannya. Kesuksesan tersebut membuatnya bangga dan ingin menjual ikan lebih banyak lagi.

Kesibukannya di dunia bisnis sangat menyita waktu, sehingga sekolahnya terbengkalai. Akibatnya, saat kenaikan kelas tiga SMA, ia dinyatakan tidak naik kelas. Karena malu, ia lalu pindah sekolah. Di sekolah baru ini, ia kembali giat belajar. "Saya tidak ingin mengecewakan orang tua," katanya.

Hasilnya cukup memuaskan. Selain bisnis tetap jalan, di bidang pendidikan ia berhasil meraih prestasi dengan menjadi juara satu di kelasnya. Sebagai siswa berprestasi, Nicholas pun memiliki keinginan yang kuat untuk melanjutkan kuliah. "Sejak SMA saya sudah ingin kuliah di Prasetya Mulya Business School," ujarnya.

Sayang, untuk kuliah di Prasetiya Mulya diperlukan biaya cukup besar. Ia pun membuat resolusi harus memiliki uang Rp 100 juta untuk membayar kuliah di Parsetya Mulya.

Satu-satunya cara yang terbesit di pikirannya adalah menjual ikan sebanyak-banyaknya. "Saat kelas 2 SMA saya dapat 2-3 juta per bulan, maka saat kelas 3 saya bertekad untuk bisa dapat Rp 10 juta per bulan," ujarnya. Tekadnya itu rupanya mendorong bisnisnya berkembang semakin besar.                    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×