kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.534.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.645   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.695   -21,89   -0,28%
  • KOMPAS100 1.190   -4,72   -0,40%
  • LQ45 943   -3,92   -0,41%
  • ISSI 232   -0,82   -0,35%
  • IDX30 487   -1,75   -0,36%
  • IDXHIDIV20 582   -0,48   -0,08%
  • IDX80 135   -0,70   -0,51%
  • IDXV30 141   -1,10   -0,77%
  • IDXQ30 161   -0,50   -0,31%

Belum populer, rangkaian janur sepi peminat


Kamis, 16 Oktober 2014 / 15:12 WIB
Belum populer, rangkaian janur sepi peminat
ILUSTRASI. Manfaat teh hijau yang cukup populer adalah bisa untuk diet atau menurunkan berat badan.


Reporter: Rani Nossar, Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Janur selama ini identik digunakan untuk upacara keagamaan masyarakat Bali. Maklum saja, daun kelapa ini memang menjadi salah satu perlengkapan saat proses ibadah. Selain itu, janur juga banyak dimanfaatkan untuk hiasan umbul-umbul pernikahan.

Namun belakangan, para perangkai bunga alias florist melakukan inovasi karya seni merangkai karangan bunga tidak hanya dengan bunga potong, namun dengan janur. Rangkaian hiasan janur ini tidak kalah indah dari bunga-bunga potong.

Inneke Turangan, perangkai bunga sekaligus pengajar dari sekolah merangkai bunga Newline Floral Education Centre mengatakan, saat ini masih belum banyak perangkai janur, padahal seni merangkai janur merupakan kebudayaan asli Indonesia. Sejatinya, Inneke sudah mulai menjajal merangkai karangan bunga dari janur sejak 1990 silam.  

Dilihat dari segi ekonomi, janur lebih mudah didapatkan dan hasilnya pun unik sehingga bisa dikomersialkan dengan nilai jual yang tinggi. Sayang, untuk menjadikan rangkaian janur ini menjadi barang mahal membutuhkan usaha keras. Pasalnya, konsumen lokal masih asing dengan produk tersebut.

Lucia Raras, perajin bunga lainnya menegaskan, konsumen saat ini masih menyukai rangkaian bunga bergaya Eropa. Wanita yang lebih akrab disapa Raras ini mengaku masih sangat jarang mendapatkan pesanan rangkaian janur. "Mungkin bisa dikatakan dalam tiga bulan hanya ada satu pesanan saja," katanya.

Raras mengaku hanya kalangan tertentu dan dari kelas atas yang memesan rangkaian bunga dari janur ini. Sebab, harga produknya lumayan tinggi, mulai dari
Rp 500.000 hingga Rp 1 juta tiap rangkaiannya. "Kita masih belum bisa menjualnya dengan harga lebih tinggi karena peminatnya juga belum banyak," tambah Raras.

Untuk mempelajari teknik merangkai janur ini, Raras mengaku belajar langsung di Yogyakarta selama satu minggu. Wanita berambut panjang ini mengaku cukup mudah untuk belajar dasarnya hanya saja harus dilakukan secara terus-menerus agar tidak lupa.

Untuk mempromosikan rangkaian janur ini, Raras banyak menawarkannya secara langsung kepada konsumen. Sayangnya, tidak mudah untuk membuat para konsumen tertarik untuk beralih dari bunga potong yang sudah lebih dulu populer.

Perangkai bunga lainnya, Irin Yasin, bilang, banyak konsumen yang menganggap rangkaian janur kurang bagus secara estetika karena warnanya bisa cepat berubah menjadi kecoklatan. Memang, daun janur tidak mampu bertahan lama dan cukup sulit untuk dijadikan pajangan.

Untuk mempopulerkan seni rangkaian janur ini kepada masyarakat, Newline Floral Education Centre mengadakan pameran dan lomba seperti yang sedang berlangsung hingga hari Minggu pekan ini di Mal Gandaria City, Jakarta.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
FREE WEBINAR - Bongkar Strategi Viral Digital Marketing Terbaru 2025 FREE WEBINAR - The Psychology of Selling

[X]
×