kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bentuk sebesar emprit,peluangnya sebesar gajah (1)


Selasa, 01 Juli 2014 / 15:27 WIB
ILUSTRASI. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) siap menggelar IPO.. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.


| Editor: Rizki Caturini

Mendengar salah satu bumbu dapur ini, yaitu jahe emprit rasanya sudah tidak asing lagi. Maklum saja, jahe jenis ini banyak digunakan sebagai minuman yang bermanfaat bagi kesehatan dan juga bahan baku utama pembuatan minyak atsiri.

Jadi jangan heran bila banyak petani yang membudidayakan bumbu dapur yang memiliki nama Latin Zingiber officinale ini. Salah satunya adalah Rio Saputra dari Brebes, Jawa Tengah. Rio bersama rekannya yang tergabung dalam Kelompok Tani Jahe Organik ini sudah membudidayakan jahe emprit sejak Januari 2013.

Ia dan keempat rekannya menanam jahe emprit di area seluas 1.500 meter persegi (m²). Selain itu juga ia menanamnya dalam polibag dengan teknik budidaya secara bertingkat atau biasa disebut vertikultur.

Rio bilang, dalam satu polibag bisa menghasilkan beberapa bibit yang menjadi 100 tunas baru. Dalam sebulan dia bisa menghasilkan 5.000 polibag jahe emprit yang siap didistribusikan ke berbagai daerah. Permintaan paling banyak dari Jakarta untuk kebutuhan bahan baku obat.

Selain itu permintaan juga banyak dari Jawa Barat dan Jawa Timur untuk bahan baku pembuatan sirup jahe dan olahan jahe lain seperti manisan atau permen jahe.

Rio juga mengirim  ke Sumatera dan Sulawesi. Untuk ekspor, permintaan jahe emprit belum sebanyak jahe merah atau jahe gajah. "Namun saya bisa mengekspor ke Bangladesh, Pakistan, Arab Saudi, dan beberapa negara Arab sebanyak 100 ton per bulan," kata dia.

Untuk penjualan di dalam negeri, satu polibag yang berukuran 50-70 sentimeter (cm) dijual seharga Rp 40.000. Jika dalam sebulan ia bisa menghasilkan 5.000 polibag, dalam sebulan ia bisa meraup omzet hingga Rp 200 juta. Itu hanya untuk penjualan jahe di polibag.

Rio bilang laba bersih dari penjualan jahe emprit bisa mencapai 40%. Namun, jahe emprit ini belum terlalu dikenal banyak oleh masyarakat sehingga ada kalanya penjualan sepi.

Petani jahe emprit lainnya adalah Samsul Azhari. Petani asal Tegal ini mengaku sudah mengembangkan jahe emprit sejak tujuh bulan yang lalu. Dia mengembangkan jahe emprit ini untuk memenuhi kebutuhan usaha produksi minuman jahe bubuk yang dia jalankan.

Dalam sebulan dia dapat menghasilkan sekitar 5 kilogram (kg) jahe. Darisitu dia bisa memproduksi 300 bungkus jahe bubuk. Harga jual produknya seharga Rp 1.000 tiap bungkus. "Keuntungannya lumayan sekitar 35%," kata Samsul.

Ke depannya Samsul berencana menambah jumlah panen. Saat ini, dia mengembangkan jahe di lahan seluas 5 m x 10 m yang bisa berisi sekitar 100 polibag. Kata dia, dalam satu polibag dapat menghasilkan cukup banyak banyak tunas jahe emprit.                   n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×