kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Berbulu lebat dan anggun, ayam Cochin diminati


Minggu, 12 November 2017 / 10:15 WIB
Berbulu lebat dan anggun, ayam Cochin diminati


Reporter: Tri Sulistiowati, Venny Suryanto | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Ayam Cochin mulai digemari. Unggas asal China ini memiliki karakter yang unik, yakni memiliki bulu panjang hingga menutupi bagian belakang ayam, sehingga terkesan bentuknya bulat. Tak hanya itu, tumbuhnya bulu di kaki juga menjadi salah satu ciri khasnya.  

Selain panjang dan lebat, perpaduan tiga warna bulunya  pun sangat cantik. Penampilan fisik inilah yang mendorong popularitas ayam Cochin di kalangan pehobi ayam hias.

Saiful Aziz, pemilik Syae Farm asal Sleman, Yogyakarta mengatakan penggemar ayam cochin cukup banyak. Dalam sebulan dia bisa menjual hingga 80 ekor. Kebanyakan konsumennya berasal dari Makassar, Jakarta, Bali, Pekanbaru, Lampung dan lainnya.

Harga seekor anakan ayam Cochin berumur sebulan berkisar Rp 450.000 hingga Rp 600.000. Sedangkan, ayam dewasa dijual Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per pasang.   

Untuk memenuhi permintaan yang datang Saiful menggandeng seorang petani dalam beternak ayam. "Ini untuk memudahkan sistem kontrol saja," katanya.

Saat ini, Saiful memiliki 30 ekor ayam Cochin yang dikembangbiakkan di kandang ukuran 800 m2. Dia membudidayakan ayam dari Negeri Tirai Bambu ini sejak tahun 2011 dan mulai berjualan tahun 2014.  

Peternak ayam Cochin lainnya adalah Candra Prastha. Sama seperti Saiful, Candra juga melihat penggemar ayam jenis ini makin banyak. Bahkan, penjualan ayamnya tergolong tinggi, lantaran masih langka. "Potensi penjualannya cukup tinggi karena ayam ini unik dan populasinya masih terbatas," jelas Candra.

Apalagi, ayam Cochin dapat juga dipelihara di lingkup perkotaan. Candra sendiri memeliharanya di Yogyakarta di kandang seluas 200 m2. Baru tiga tahun dia menekuni pembudidayaan cochin.

Awalnya, Candra menggandeng petani plasma untuk beternak ayam Cochin ini.  Ia memiliki 20 ekor koleksi induk ayam Cochin dengan model warna merah, hitam, putih dan warna barred/jali yang masih populer.

Ke-20 induk itu terdiri dari 10 ekor ayam betina dan 10 ekor ayam jantan. Dalam satu periode bertelur, ayam betina bisa menelurkan sekitar delapan-10 butir telur.  

Harga ayam Cochin cukup tinggi. Candra membanderol harga indukan ayam Cochin mulai dari Rp 5 juta sampai Rp 7 juta per ekor. Untuk anakan Cochin atau bantam Cochin mulai dari Rp 300.000 sampai Rp 1 juta, tergantung postur tubuh dan warna ayam. "Omzet sebulan ya bisa mencapai Rp 7 juta-Rp 10 jutaan," tuturnya.

Tak hanya di Kota Gudeg, konsumen Candra juga datang dari berbagai pelosok negeri. Antara lain dari Jakarta, Lampung, Kalimantan, Lombok, Makassar hingga Papua.

Kandang harus bersih agar bulu ayam tak rontok

Mempunyai bulu tebal hingga menyelimuti bagian kaki, ayam Cochin harus dirawat teratur. Yakni, ayam rutin dimandikan serta kandang juga harus rajin dibersihkan.

Saiful Aziz, pemilik Syae Farm asal Sleman, Yogyakarta mengatakan, kandang ayam harus dijaga tetap bersih dan kering. Oleh karena itu, setiap dua hari sekali kandang wajib dibersihkan. Tak hanya itu, kandang juga harus disemprot tiap enam bulan sekali.

Jangan lupa pula, saat jadwal menyemprot sekaligus ganti pasirnya. "Tanah di kandang lebih baik menggunakan pasir karena drainasenya bagus, cepat kering kalau basah," jelas dia.

Idealnya, satu kandang berukuran 3x4 m2 diisi  empat ekor ayam, yang terdiri dari seekor pejantan dan tiga ekor betina.

Tak hanya kandang, ayam juga perlu dimandikan setiap minggu dan dijemur. Rutinitas mandi dan berjemur ini  bisa memacu pertumbuhan si ayam. Saat masih anakan, ayam juga perlu divaksin agar terhindar dari virus.

Untuk pakannya, dapat diberikan campuran voer (pelet), jagung dan beras merah, dengan perbandingan  2:1:1. Makanan ini diberikan setiap pagi dan sore. Sebagai tambahan, dapat diberikan ramuan herbal yang terdiri dari temulawak, kunyit dan kencur, yang digunakan untuk menjaga stamina ayam asal negeri Tiongkok ini.

Untuk perkembangbiakkan, ayam Cochin siap dibuahi saat sudah memasuki umur enam hingga tujuh bulan untuk betina dan sembilan sampai sepuluh bulan untuk ayam jantan. Supaya pembudidayaan cepat, Anda bisa menyandingkan satu jantan dengan tiga ayam betina.  

Nilai ayam Cochin bakal tinggi bila bulunya mengandung tiga warna dan bulu halusnya menutupi kaki. Makanya, dibutuhkan ketelatenan untuk perawatannya.

Sementara itu, menurut Candra Prastha, peternak ayam Cochin lainnya, budidaya ayam ini sejatinya sama seperti ayam lainnya. Yang penting, kandang bersih dan ada pasangannya supaya bisa berbiak.  

Peternak pun harus rajin membersihkan kandang agar bulu kaki tidak rusak dan bersih. Sebaiknya, memang kandang diberi alas sekam atau pasir.

Untuk menjaga penampilan bulu tetap mengkilat, Candra rajin memandikan ayamnya. Keindahan bulu Cochin juga didukung oleh pemberian vitamin pelebat bulu dan makanan yang tepat.

Candra mengatakan, ayam Cochin atau anakannya dapat dijual sejak umur satu bulan. Ia juga mengatakan ayam ini tidak rentan terkena penyakit. Asalkan, kandang bersih, dan pakan teratur. Pakannya terdiri dari voer dan konsentrat serta dicampur biji-bijian seperti jagung, beras merah dan kacang hijau yang dilahap dua kali sehari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×