kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berburu buah tangan di kampung batik (1)


Senin, 26 Januari 2015 / 15:41 WIB
Berburu buah tangan di kampung batik (1)
ILUSTRASI. Cek Harga OPPO A78 RAM 8 GB di Indonesia, Intip Juga Spesifikasinya


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Hasil kerajinan tangan dari budaya lokal seperti batik sudah tersohor sampai ke luar negeri. Tren batik yang kembali bergairah belakangan ini membuat banyak pengusaha lokal ikut mencecap berkah dari berjualan batik. Kampung-kampung batik di berbagai daerah pun bermunculan. Salah satunya terdapat di Jalan Batik, Semarang Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Lokasi tepatnya berada di belakang pasar Johar dan dekat dengan Bundaran Bubukan. Untuk menuju lokasi ini dibutuhkan waktu sekitar 15 menit dari Bandar Udara Achmad Yani, Semarang. Jalan yang paling mudah untuk menuju kesana adalah melalui Jalan Pemuda. Gerbang selamat datang bertuliskan Kampung Batik akan menjadi penanda Anda sudah mencapai lokasi tersebut.

Di sini berdiri tidak kurang dari 10 galeri batik di sepanjang jalan yang cukup luas untuk dilewati mobil. Namun di kampung batik ini, tidak aktivitas pembuatan batik. Sebagian penjual di sini juga membuat sendiri batik yang dijajakan di kiosnya. Sementara, sebagian penjual hanya mengambil pasokan batik dari berbagai daerah penghasil batik lainnya. Sehingga di kampung batik ini tidak hanya batik khas Semarang yang tersedia, tapi juga batik-batik dari wilayah lain.  

Endang, salah satu pemilik galeri dan perajin batik di sentra ini bilang, kampung batik ini terbilang anyar karena baru berdiri pada tahun 2006. Sentra ini didirikan oleh Sinta Sukawi, istri mantan Walikota Semarang. Lokasi ini memang hanya digunakan sebagai lokasi berjualan karena warga tidak banyak yang bisa membatik.

Wanita berhijab ini bisa  memproduksi batik sendiri karena sempat mengikuti pelatihan membatik dari pemerintah kota setempat. Dari situ, dia mulai membuat batik sendiri sejak 2006.

Endang menjual berbagai macam jenis kain batik mulai dari batik tulis, batik cap hingga batik print khas Semarang. Harga jualnya bervariasi mulai dari Rp 80.000 hingga Rp 650.000 per lembar. Kebanyakan konsumen Endang berasal dari Semarang dan Bali. Tidak jarang dia mendapatkan pesanan khusus dari instansi.

Meski harga jualnya cukup tinggi, omzet yang didapatkan Endang hanya sekitar Rp 5 juta. Sebab, yang banyak terjual adalah batik print yang harganya lebih murah, ketimbang batik tulis. Walaupun omzetnya tidak besar, Endang mengaku keuntungan berjualan batik lumayan besar. Dia bisa mendapatkan margin sampai 100% untuk jenis batik tertentu.

Pengusaha batik lainnya adalah Oktavia Ningrum. Wanita berambut pendek ini baru membuka galeri batik di sini sekitar satu tahun yang lalu. Karena tidak bisa memproduksi batik sendiri, dia mendatangkan pasokan batik dari beberapa daerah seperti Jepara dan Pekalongan.

Kebanyakan koleksi kain batik milik Oktavia adalah batik print dan batik tulis, diantaranya kemeja, pakaian wanita dan kain. Dia lebih banyak memasok batik print karena jenis ini yang lebih banyak laku. Harga jual batik di gerai milik Otavia ini mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 2 juta per lembar.          n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×