kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berburu kain tenun donggala di Kota Palu (1)


Selasa, 04 November 2014 / 16:12 WIB
Berburu kain tenun donggala di Kota Palu (1)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Banyak daerah di wilayah Indonesia timur memiliki kain tenun khas daerah masing-masing. Tak terkecuali di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Kain tenun dari daerah ini disebut dengan tenun donggala.

Sentra kain tenun donggala ini bisa ditemukan tepat di pusat kota, yakni di Jalan Mangga. Terdapat sekitar 25 toko yang menjajakan tenun donggala dengan aneka motif dan warna.

Sentra tenun donggala ini sudah kesohor. Banyak warga dari luar kota menyempatkan diri mampir ke sentra ini bila sedang berkunjung ke Kota Palu.  
Untuk menuju sentra ini hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit perjalanan dari Bandara Udara Mutiara, Palu. Tidak ada patokan khusus yang menandai lokasi sentra ini.

Yang jelas, begitu memasuki kawasan ini, nampak rumah-rumah memasang plang bertuliskan "menjual tenun donggala". Kebanyakan para pengusaha tenun di sini menggunakan rumahnya sebagai tempat produksi sekaligus gerai.

Selain tenun donggala, ada juga beberapa gerai yang menjual oleh-oleh khas Palu lainnya, seperti kerajinan kayu hitam dan bawang goreng. Slamet Riyadi salah satu pengusaha sarung tenun donggala menceritakan, sentra ini sudah ada sejak tahun 1980-an. "Ini dari zaman bapak saya, dia diminta untuk membuat sarung di sini," katanya pada KONTAN.

Slamet sendiri sudah menjadi pengrajin sarung tenun donggala sejak lebih dari 15 tahun lalu. Kebanyakan pengrajin tenun donggala bukan warga asli Kota Palu. Mereka didominasi warga pendatang, terutama dari Pulau Jawa.

Slamet juga termasuk warga pendatang dari Jawa. Maklumlah, Kota Palu merupakan salah satu tempat tujuan transmigrasi orang Jawa pada zaman orde baru. Selain bertani, teryata banyak juga transmigran dari Jawa ini berprofesi sebagai pedagang dan pengrajin sarung tenun.

Slamet memproduksi sendiri sarung tenunnya. Dalam sebulan, dia dapat memproduksi sekitar 50 lembar kain tenun produk Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Selain ATBM, dia juga menjual kain tenun yang diproduksi menggunakan alat tenun kuno. "Dalam sebulan hanya bisa menghasilkan satu lembar kain bila dibuat menggunakan alat tenun lama itu," jelasnya.

Slamet membanderol harga kain tenunnya mulai dari Rp 400.000 hingga Rp 900.000 per lembar. Kebanyakan konsumennya pegawai negeri sipil (PNS) Kota Palu. Selain buat seragam PNS, kain tenun juga banyak dijadikan cenderamata untuk kunjungan dinas-dinas pemerintahan.
Selain itu, banyak juga wisatawan lokal yang juga menjadi konsumennya.

Pengrajin lainnya adalah Diah Kurniati. Wanita berhijab ini sudah membuka usaha tenun donggala sejak tahun 1995. Diah membanderol harga kain tenunnya mulai Rp 350.000 hingga Rp 900.000  per lembar. Konsumennya juga didominasi orang-orang pemerintahan setempat. "Selain itu, banyak juga turis lokal yang datang berkunjung ke tempat ini," katanya.               n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×