Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Populer dikalangan wisatawan lokal hingga mancanegara, membuat sentra kerajinan bambu Desa Gintangan, Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur sekan tidak pernah kehabisan pembeli.
Meski bukan momen liburan panjang, ada saja pengunjung yang datang ke galeri. Suparti, perajin kerajinan bambu ini mengatakan, minimal ada satu atau dua unit barang terjual tiap hari. "Tapi, beberapa minggu ini ramai terus, dari pagi sampai siang ada sepuluh barang yang terjual," katanya.
Selain itu, dia punya pelanggan tetap di Bali. Saban bulannya, Suparti harus mengirim ratusan kerajinannya ke Bali.
Selain itu, dia juga menjalin kerjasama dengan pihak ekspedisi untuk menembus pasar mancanegara. Dalam bulan-bulan tertentu, dia mengirim tompo alias tempat kukusan nasi ke Spanyol, Jerman dan Italia.
Untuk memenuhi berbagai pesanan, Suparti dibantu 10 karyawan yang juga warga setempat. Perempuan yang lebih akrab disapa Mbak Ti ini juga menjalin kerjasama dengan perajin anyaman asal Gombengsari, Banyuwangi, untuk mempercepat pembuatan kerajinan ini.
Dia mengatakan, semua pemilik galeri pasti bekerjasama dengan perajin Gombengsari. Jalinan kerjasama ini sudah terbentuk sejak tahun 1990-an.
Selain itu, kerjasama ini juga bertujuan untuk meningkatkan status ekonomi warga Gombengsari yang masih tertinggal. "Saat itu, kami ke sana selama satu bulan untuk memberikan pelatihan," tambahnya.
Widodo, perajin lainnya menuturkan, sentra kerajinan bambu ini banyak diserbu konsumen menjelang sampai tiba perayaan hari raya Idul Fitri. Produk yang banyak dibeli biasanya tempat kue. Konsumen biasa menggunakannya sebagai hantaran saat kembali ke kampung, dengan isian kue atau buah.
Selain itu, dia juga kebanjiran permintaan dari pelanggan luar negeri seperti Malaysia dan Amerika. Produk yang diminta pun cukup bervariasi seperti sendok teh hingga tempat kukusan nasi. "Tapi, mereka mintanya tidak dimodifikasi masih natural," katanya.
Lokasinya yang berdekatan dengan Pulau Bali, membuat laki-laki berkumis ini juga mendistribusikan produknya ke sana. Tapi, permintaan yang paling besar diterima adalah tempat buah dari pemilik kios.
Menurutnya, belakangan para pemilik kios dan konsumen lebih senang menggunakan produk dari bambu daripada rotan karena masih bisa digunakan untuk tempat lainnya serta cantik bila ditempatkan diatas meja.
Untuk memenuhi seluruh kebutuhan pasar, dalam satu bulan Widodo bisa memproduksi ratusan hingga ribuan barang tergantung tingkat kesulitan. Ada sekitar 10 karyawan dan 100 tenaga lepas dari Gombengsari, yang membantunya dalam proses pembuatan kerajinan ini. "Tenaga dari Gombengsari ini biasanya membantu untuk menganyam, kebanyakan pekerjanya adalah ibu-ibu karena ini bisa menjadi tambahan penghasilan dan dapat dikerjakan di rumah ," katanya.
Untuk urusan bahan baku, Widodo banyak mengambilnya dari beberapa desa yang masih berada di Banyuwangi. Tapi khusus untuk rotan yang digunakan sebagai bahan baku tambahah atau aksesoris sengaja didatangkan langsung dari Surabaya dan Bali. Sebab, pemerintah setempat tidak memperbolehkan penebangan rotan dihutan.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News