Sumber: Kontan 29/5/2013 | Editor: Havid Vebri
Sejak tahun 2004, Pasar Seni Gabusan menjadi sentra bagi beragam produk kerajinan karya warga Yogyakarta yang terkenal kreatif. Di pasar ini, kita bisa menjumpai aneka produk kerajinan kayu, logam, gerabah, bahkan batu.
Pasar Seni Gabusan berada di daerah Bantul. Tepatnya di Jalan Parangtritis kilometer (km) 9,5 Yogyakarta. Penanda sentra ini terdapat gapura bertuliskan Pasar Seni Gabusan.
Disiapkan sebagai pusat penjualan produk kerajinan, fasilitas infrastruktur di pasar ini cukup memadai. Lapangan parkirnya luas dan mampu menampung hingga ratusan mobil.
Bangunan kiosnya juga tertata apik dengan bangunan permanen semi outdoor. Total ada sekitar 400 kios meramaikan pasar ini. Belanja di pasar ini juga tidak akan kepanasan karena banyak pohon rindang di dalam areal pasar.
Pada 2006, pasar yang didirikan Pemerintah Kabupaten Bantul ini memang sempat porak poranda akibat diterjang bencana gempa. Namun, sekarang kondisinya sudah kembali membaik.
Belum lama ini, KONTAN sempat menyambangi Pasar Seni Gabusan. Ketika itu, sentra ini sepertinya sedang sepi pengunjung. Hanya nampak beberapa konsumen menyambangi sentra ini.
Pramugari, salah seorang pengelola Pasar Seni Gabusan menjelaskan, pada hari kerja, sentra ini memang sepi pengunjung. Bahkan, pada saat-saat akhir pekan, bila tidak sedang ada acara atau event juga sepi. "Biasanya hanya ramai jika ada acara," ujar Pramugari.
Kendati terlihat sepi, para pengrajin di sentra ini justru tidak pernah sepi pesanan. Yati Zulfitra, pemilik Zulfitra Stone Craft kerap menerima order dari berbagai pelosok Nusantara.
Yati sendiri fokus memproduksi beragam kerajinan batu, seperti wadah aromaterapi, hiasan dinding, dan pajangan. Barang kerajinannya ini dibanderol mulai harga Rp 2.500 - Rp 1,5 juta.
Yati mengakui, Pasar Gabusan agak sepi pengunjung. Kemungkinan, kata dia, karena pasar terlalu jauh dari jalan besar. "Jadi lebih sepi, kebanyakan konsumen memesan langsung ke rumah. Kalau dari Pasar Gabusan jarang," ujarnya.
Mayoritas pengrajin memang memproduksi barang kerajinan di rumah masing-masing. Kios di Pasar Gabusan sendiri lebih semacam etalase saja. Pengrajin lain, Mursyid juga membuat barang kerajinan di rumah.
Ia juga kerap menerima pesanan dari luar daerah, seperti Bali dan Jakarta. "Kalau dari luar negeri, saya pernah mendapat order dari Australia dan Amerika," kata Mursyid yang fokus membuat kerajinan dari pohon sonokeling.
Produk kerajinannya meliputi bingkai foto, lampu meja, tempat lilin, nampan, dan berbagai kreasi lainnya. Harga jualnya mulai Rp 10.000 hingga Rp 400.000 per buah. "Paling mahal itu lampu dinding Rp 400.000," ujarnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News