Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi
Selain keripik singkong balado, Sumatra Barat juga memiliki olahan keripik yang tak kalah enaknya, yakni keripik talas balado. Sentra produksi keripik talas ini berada di Kelurahan Silaing Bawah dan Silaing Atas, Padang Panjang. Omzet produsen mencapai puluhan hingga ratusan juta per bulan.
Selama ini, Sumatra Barat terkenal dengan produk kulinernya yang khas. Ada banyak ragam kuliner, baik makanan berat maupun ringan dari daerah ini. Salah satunya adalah keripik talas.
Sentra produksi keripik talas ini bisa Anda temukan di Kelurahan Silaing Bawah dan Silaing Atas, Padang Panjang. Distribusi keripik talas ini sudah sampai ke daerah Riau, Jambi, dan Sumatra Utara.
Saat KONTAN menyambangi sentra keripik talas ini nampak aktivitas produksi tengah berlangsung. Para warga memproduksi keripik talas ini di rumahnya masing-masing. Tampak dari kejauhan kepulan asap dari tungku penggorengan keripik.
Lantaran produksi dalam skala besar, penggorengan yang dipakai juga berukuran sangat besar. Selain itu, banyak dari mereka memiliki gudang penyimpanan talas sebagai bahan baku keripik.
Rosita Aswin, wanita berusia 39 tahun ini mengaku sudah memproduksi keripik talas sejak 1999. Awalnya keripik talas memang belum dijadikan produk oleh-oleh khas Padang Panjang. Rosita bilang, saat itu ia membuat keripik hanya untuk membantu suaminya yang bekerja sebagai pemasok jengkol.
Saat itu, situasi perekonomian juga masih sulit karena krisis moneter. Baru sekitar tahun 2005, keripik talas mulai tren sampai akhirnya menjadi produk oleh-oleh khas Padang Panjang.
Menurut Rosita, di Kelurahan Silaing Atas ada lebih dari 20 pengusaha keripik. Lokasinya memang tidak berdekatan dan berkumpul di satu jalan. Misalnya di Jalan Anas Karim ada tiga produsen, di jalan sebelahnya ada empat dan seterusnya.
Rosita sendiri termasuk produsen keripik skala besar. Dalam sehari, kapasitas produksinya bisa mencapai 300 bungkus untuk ukuran besar dan 500 bungkus ukuran kecil. Ia memproduksi keripik talas balado dan keripik talas bumbu. Untuk kemasan besar dihargai Rp 10.000 dan ukuran kecil Rp 5.000.
Seminggu tiga kali, ia rutin memasok keripik ke para pedagang yang menjadi langganannya. Belum lagi pembeli yang mengambil langsung ke tempat produksi. "Pokoknya hampir semua produksi terjual," katanya. Dari usahanya ini, ia bisa mengantongi omzet hingga Rp 150 juta lebih setiap bulannya.
Produsen keripik lainnya adalah Dewi Indriyani. Untuk memperkuat brand, sejak tahun 2002 ia resmi menamakan produknya dengan merek Dewi Kripik Talas. Selain keripik talas, Dewi juga memproduksi keripik kentang dan kerupuk jangek atau kerupuk kulit sebagai variasi. "Tapi tetap produksi utama saya adalah keripik talas balado dan keripik talas bumbu," ujarnya.
Sama dengan Rosita, dalam sehari ia bisa memproduksi keripik talas sebanyak 300 untuk semua ukuran. Harga jualnya juga sama, yakni Rp 5.000-Rp 10.000. Sebulan Dewi bisa juga bisa meraup omzet puluhan hingga ratusan juta.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News