kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.660.000   -10.000   -0,60%
  • USD/IDR 16.328   10,00   0,06%
  • IDX 6.724   -151,11   -2,20%
  • KOMPAS100 991   -11,70   -1,17%
  • LQ45 778   0,38   0,05%
  • ISSI 205   -4,08   -1,96%
  • IDX30 403   0,21   0,05%
  • IDXHIDIV20 484   1,70   0,35%
  • IDX80 113   -0,22   -0,20%
  • IDXV30 117   0,18   0,15%
  • IDXQ30 133   0,41   0,31%

Berdayakan kaum marginal melalui ekonomi kreatif


Kamis, 13 November 2014 / 15:17 WIB
Berdayakan kaum marginal melalui ekonomi kreatif
ILUSTRASI. Pengguna Wajib Cek Biaya Admin DANA untuk Transfer ke Bank dan Sesama Pengguna.


Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Havid Vebri

Melihat banyaknya kaum marginal di Jakarta, Alia Noor Anoviar tergerak melakukan perubahan. Dia lalu menggagas program pemberdayaan masyarakat bernama Dreamdelion Community Empowerment (DCE).

DCE merupakan komunitas bisnis sosial yang didirikan pada 18 Juli 2012. "Saya memiliki tekad dan niat untuk mengembangkan anak-anak dan masyarakat yang tinggal di daerah marginal agar bisa berubah lebih terampil dan lebih terdidik," kata wanita kelahiran 13 agustus 1991.

 Alia sebelumnya pernah belajar tentang bisnis sosial dalam program pertukaran mahasiswa selama empat bulan di Thailand. Sepulang dari Thailand, alumni Universitas Indonesia (UI) 2009 ini bertekad untuk mempraktikkan bekal ilmu yang diperolehnya itu.

DCE terdiri sanggar belajar Dreamdelion, taman baca Dreamdelion, parenting program, dan beasiswa Dreamdelion yang berkolaborasi dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di luar negeri.

Selain itu, ada juga program Dreamdelion Kreatif dimana kegiatannya melibatkan masyarakat marginal untuk membuat suatu produk kreatif yang nantinya bisa dijadikan sebagai mata pencaharian.

Kebanyakan pesertanya perempuan berusia produktif yang tidak memiliki pekerjaan. Sebelum menjalankan bisnis sosial tersebut, Dreamdelion telah melakukan sosial mapping dahulu untuk memahami permasalahan masyarakat lalu menyesuaikan solusi melalui bisnis sosial yang akan ditawarkan kepada masyarakat tersebut.

Kelas kerajinan ini pertama kali diselenggarakan di RW 04 Manggarai Utara, Jakarta Selatan. Selanjutnya, program ini rutin di dilaksanakan. Pernah di kampus UI Depok, Kandank Jurank Doank Tangerang, Buddha Dharma Indonesia, dan Bogor.

Selain kelas langsung, pelatihan kerajinan juga diselenggarakan melalui media online dengan mengakses situs www.dreamdelion.com. Untuk menggalang dana kegiatan, Alia menjalin kerjasama eksternal dengan sponsor. Antara lain pernah bekerjasama dengan Dompet Dhuafa dan PKPU.

Hingga saat ini, sudah banyak produk yang dihasilkan dan dipasarkan oleh Dreamdelion, seperti bros, boneka flanel, boneka wisuda, gantungan kunci, aksesori, dan sovenir lainnya. Aneka produk itu bahkan ada yang sudah diekspor, dengan omzet sekitar Rp 40 juta per bulan.

Dari Jakarta, Alia juga membidik kota-kota lain yang masih terdapat anak-anak dan masyarakat marginal. Antara lain di Ngawi, Yogya, dan Garut. Jumlah murid Dreamdelion bervariasi. Di Jakarta sendiri ada 60 anak, sementara di Yogya 25 anak. Sementara masyarakat yang mengikuti program ini sudah ratusan orang.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×