kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkat jasa hidung mereka, terpilih daun tembakau prima


Rabu, 08 Desember 2010 / 11:38 WIB
Berkat jasa hidung mereka, terpilih daun tembakau prima
ILUSTRASI. Sandiaga Uno


Reporter: Rivi Yulianti | Editor: Tri Adi

Pengalaman adalah guru yang paling baik. Ungkapan ini berlaku bagi grader tembakau. Maklum, hingga kini tidak ada pendidikan formal untuk menjadi grader tembakau yang bertugas mengukur kualitas tembakau. Mereka biasanya mendapat bayaran sebesar 5% dari nilai pembelian.

Grader tembakau, mungkin profesi ini asing bagi sebagian orang. Orang yang melakoni profesi ini bertugas menganalisis tembakau saat proses jual beli. Ia mengukur kelaikan tembakau-tembakau yang akan dibeli perusahaan rokok. Makanya, perlu pengalaman bertahun-tahun untuk bisa membedakan kualitas tembakau.

Haryo Dewandono yang sudah menjalani profesi grader tembakau sejak 2000 lalu mengatakan, sulit untuk menguasai ilmu ini. Karena itu, sampai sekarang, belum ada satu pun lembaga formal yang mengajarkan penilaian kualitas tembakau. "Ilmu ini diperoleh lewat pengalaman hidup," kata Haryo.

Awalnya, ia menjadi pedagang tembakau kecil-kecilan sejak 1990 hingga 2000. Pengalaman selama 10 tahun itulah yang mengasah ilmunya. Pada 2000, PT Bentoel Indonesia, produsen rokok, merekrutnya menjadi grader tembakau.

Secara umum, Haryo bilang, tembakau yang bagus memiliki warna kekuningan merata dari atas sampai bawah. Tapi, yang paling menentukan adalah pegangan atau konsistensi, aroma, dan rasa. Dari ketiga faktor ini, kita bisa tahu kesehatan daun atau pencampuran dengan bahan lain, seperti gula, saus, dan pewarna.

Dari identifikasi awal itu juga terlihat ketepatan waktu pengeraman tembakau, kecukupan sinar matahari waktu penjemuran, dan ketepatan waktu pemasukan ke dalam keranjang.

Itu sebabnya, mutlak perlu penglihatan dan penciuman tajam. "Halangan bagi grader ketika sedang flu, karena indera penciuman praktis tak berfungsi," ujar Haryo.

Kualitas tembakau punya tingkatan. Grade A merupakan kualitas tertinggi, sedangkan tembakau kualitas terendah ada di grade H. Haryo biasanya menilai kualitas tembakau berdasarkan letak daun terhadap batangnya.

Daun tembakau yang berada di bagian paling bawah batang diberi grade H. Makin ke atas makin bagus. Tembakau terbaik kualitas grade A berada di pucuk batang. "Makin ke atas posisi daun, kadar nikotinnya juga makin tinggi," imbuhnya.

Kualitas, tentu saja menentukan harga tembakau. Makanya, kadang-kadang, grader tembakau harus berperan juga sebagai negosiator harga.

Tapi, grader tidak harus mendatangi satu per satu lokasi petani tembakau. Pengepul biasanya merangkap menjadi asisten grade. Pengepul bertugas mengumpulkan sampel tembakau dari para petani. Sampel ini berupa gulungan tembakau yang diikat kertas berwarna cokelat atau lebih dikenal dengan istilah monster.

Grader kemudian membaui monster. Setelah menentukan grade dan kualitasnya, grader menentukan harganya. Ketika penjual mengantarkan tembakau ke gudang, ada tukang cocok yang bersiap di depan gudang. Tukang cocok ini bertugas mencocokkan sampel tembakau dengan stok tembakau yang baru datang di gudang.

Tukang cocok adalah orang kepercayaan grader. "Pastikan ia teliti dan tidak mudah disuap," ujar Haryo.

Haryo mendapat order minimal satu ton per musim panen. Ia dibayar dengan komisi 5% dari nilai pembelian tembakau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×