kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkat jins, Jalan Tamim kian tenar (1)


Minggu, 26 Mei 2013 / 16:20 WIB
Berkat jins, Jalan Tamim kian tenar (1)


Sumber: Kontan 24/5/2013 | Editor: Havid Vebri

Sejak tahun 1960-an, Jalan Tamim, Bandung dikenal sebagai salah satu pusat penjualan kain terbesar di Bandung, Jawa Barat. Tidak saja menjual kain untuk bahan membuat pakaian, sentra ini juga menjual aneka kain batik.

Pasar ini makin tenar sejak bahan jins menjadi tren di kalangan anak muda di tahun 1990-an. Saat itu, hampir semua kios menjual bahan jins. "Sampai sekarang semua pedagang menjual bahan jins," ujar Atik Supratman, pemilik kios Cahaya 47.

Bagi warga Kota Bandung dan sekitarnya, sentra kain di Jalan Tamim ini merupakan tempat favorit berburu bahan pakaian. Banyak dari mereka membeli bahan pakaian secara grosir maupun ritel.

Selain pilihannya banyak, harga kain di tempat ini juga relatif murah. Lokasinya juga mudah dijangkau karena masih berada di area Pasar Baru yang juga merupakan pusat penjualan tekstil terbesar di Kota Bandung.

Hanya, pedagang di Jalan Tamim tidak menempati Gedung Pasar Baru. Kios-kios mereka berderet di sepanjang ruas Jalan Tamim yang berada di sebelah selatan Gedung Pasar Baru.

Terdapat sekitar 20 kios meramaikan sentra ini. Bangunan kios umumnya terdiri dari dua lantai. Sentra ini buka dari hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB.

Ervani, salah satu pemilik kios Toko Indah Mas bilang, beberapa kios bahkan tetap ada yang buka pada hari Minggu. "Ada yang pilih tetap buka karena selalu ramai pengunjung," katanya.

Sayangnya, tempat ini tidak menyediakan tempat khusus buat lahan parkir mobil. Sementara parkir di pinggir jalan akan menambah kemacetan karena ruas jalan ini terbilang sempit.

Menurut Atik, Jalan Tamim mulai diisi pedagang bahan sejak era 1960-an silam. Namun, dulu pemainnya belum begitu banyak. Atik tahu betul sejarah tersebut karena kios yang kini dikelolanya merupakan warisan dari neneknya. "Mulai ramai seperti sekarang baru pada tahun 1990-an," ujarnya.

Hampir semua toko di tempat ini menyediakan bahan jin dan kain katun. Ervani, misalnya, menjajakan berbagai macam bahan katun dan jins berukuran rol besar.

Satu rol besar biasanya sepanjang 60 hingga 100 yard (1 yard = 0,91 meter) dengan tinggi 1,5 meter. Rata-rata per yardnya dihargai Rp 12.500 sampai Rp 30.000, tergantung kualitas bahan.

Harga tersebut berlaku untuk pembelian grosir minimal satu rol. Sedangkan pembelian ritel dihargai mulai Rp 20.000 sampai Rp 35.000 per meter. Sementara Atik lebih banyak menyediakan bahan jins ketimbang katun. Ia sendiri mematok harga sedikit lebih mahal, mulai
Rp 22.000 sampai Rp 37.000 per yard untuk harga grosir. 

Sementara harga ritel dibanderol mulai Rp 40.000 sampai Rp 50.000 per meter. Dalam sebulan, Atik bisa meraup omzet sekitar Rp 200 juta. Adapun laba bersihnya sekitar 10% dari omzet. Sedangkan Ervani bisa membawa pulang omzet sekitar Rp 600 juta per bulan. "Kalau dibandingkan tahun 1990-an, sekarang memang lebih bagus. Pasarnya lebih ramai," ungkap Atik.        

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×