kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkat kreatif, limbah pun menjadi fulus


Sabtu, 10 September 2016 / 10:05 WIB
Berkat kreatif, limbah pun menjadi fulus


Reporter: Dian Sari Pertiwi, Elisabeth Adventa, Tri Adi | Editor: Tri Adi

Kata kreatif seperti mantra bagi wirausaha. Betapa tidak menerapkan kata ini berarti telah memperpanjang umur bagi usaha yang digelutinya. Namun, apa sebenarnya kreatif itu?

Menurut Kamus Webster, kreativitas adalah cipta intelektual. Kreativitas ditandai oleh kemampuan atau kekuatan untuk membuat sesuatu menjadi ada, mewujudkan menjadi sesuatu menjadi bentuk baru melalui keterampilan imajinatif.  Demikian yang dilakukan oleh Citra Sebayang, Roni Dwi Hartoyo, dan Faesal Adam.  

Siapa coba yang mengira bahwa talenan yang acap ada di dapur oleh Citra  dengan kreativitasnya diberi nilai tambah. Si talenan diubah menjadi pernah-pernik dekorasi yang bernilai tinggi.  Yang juga tidak boleh dilupakan adalah kreativitas Roni Dwi Hartoyo yang mengubah limbah kayu menjadi mebel yang nilainya bisa mempertebal kocek. Satu lagi, Faisal Adam yang memberi nilai tambah pada plastik kresek.


Roni Dwi Hartoyo
Tampil berkelas dengan bahan baku bekas

Sebelum berusaha  mebel dengan manfaatkan barang bekas, Roni Dwi Hartoyo pernah memiliki usaha membuat kerajinan kecil, seperti mobil-mobilan, hingga alat makan.  Namun, usaha ini bangkrut.

Usaha mebel Roni, di bawah badan usaha Sono Indah Perkasa (SIP), memanfaatkan barang bekas sebagai bahan baku.  Roni memakai bekas bantalan kereta api, kapal kayu, bongkaran rumah, hingga roda pedati yang tidak lagi terpakai sebagai bahan baku.  Pemakaian kayu bekas justru membuat mebelnya terlihat antik.  

“Sekarang ini, kalangan menengah ke atas sudah bosan dengan mebel mahal yang bukan hasil daur ulang. Mereka lebih menyukai bahan yang back to nature dengan bentuk yang antik dan unik,” tutur Roni.

Mulai tahun 2005 hingga saat ini, usaha mebel Roni telah memasuki sejumlah negara Eropa, seperti Belgia dan Bulgaria, hingga Timur Tengah.  Produk khusus ekspor, biasanya, tak dicat, hanya dirapikan dan dibiarkan terkesan alami.

Kelebihan lain mebel Roni adalah penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan untuk proses finishing. "Kita enggak pakai bahan-bahan seperti melamin. Itu enggak sehat, beracun," sebutnya. Ia lebih memilih menggunakan wax yang waterbase.

Mengenai omzet, Roni menyebutkan pendapatan kotor dapat mencapai Rp 300-500 juta sebulannya. Namun, sebenarnya ini bukan yang membanggakan. "Yang membanggakan, kita menyerap banyak tenaga kerja, yang nyari-nyari atau hunting (barang bekas)," tuturnya. yang dapat mencapai 50 orang, untuk mencari barang bekas hingga ke Pulau Madura. Sedangkan karyawan tetapnya hanya berjumlah 35 orang.

Citra Sebayang
Talenan di dinding rumah

Ayo, siapa coba yang kepikiran buat memajang talenan di dinding rumah? Pastinya itu tidak pernah terpikirkan oleh kebanyakan orang. Tapi, salah satu orang yang kepikiran untuk memajang talenan di dinding adalah Citra Sebayang. Eh, talenan seperti ini ternyata disukai banyak orang.  Tapi, tentu si talenan tidak dipajang begitu saja.

Sebelumnya Citra  mendesain talenan dengan teknik decoupage sebanyak empat lusin. Hasilnya, laris manis. Teknik decoupage adalah seni dekorasi dengan menempelkan kertas tisu pada permukaan sebuah benda. Setelah menempel, kertas dicat menggunakan cat khusus kemudian diberi pelitur agar mengkilat dan terkesan menyatu dengan benda tersebut.

Tak sulit membuat kreasi dengan cara decoupage. Walau tak punya keterampilan bidang seni dan desain, asal telaten dan sabar, Anda bisa membuat produk dekorasi dinding ini. Citra bilang, dalam sehari bisa membuat 10 kreasi menggunakan teknik decoupage. Citra menjual satu talenan decoupage seharga Rp 30.000-Rp 40.000.

Lain halnya dengan talenan lukis yang harganya lebih mahal. Walau harga bahan bakunya lebih murah, proses pengerjaannya membutuhkan kreativitas tinggi. Ini yang membuat harga jual varian tersebut lebih mahal. Satu talenan lukis berkisar Rp 60.000 Rp 70.000.

Dalam satu minggu, Citra mampu menjual puluhan talenan. Pernah membuat 36 talenan enggak sampai satu hari. Malamnya saya upload, paginya sudah sold, katanya. Namun talenan lukis tak punya nilai koleksi seperti talenan decoupage karena bisa dibuat berseri. Misalnya tema cinta dengan tiga jenis gambar berbeda, bunga dengan gaya shabby chic, atau seri kutipan kata-kata bijak dan motivasi.

Faesal Adam
Penggagas Kresek Kudus, Kelompok Muda dengan Kreasi sampah Plastik

 
Faesal Adam  menggagas Kresek Kudus karena ia prihatin terhadap kebiasaan buang sampah sembarangan.  Komunitas Kresek Kudus didirikan untuk mengolah sampah jadi barang yang punya nilai jual. Selain itu, juga mengajak dan menggerakkan kaum muda agar lebih peduli lingkungan. "Kami mengumpulkan sampah, terutama sampah un-organik, seperti sampah plastik dari beberapa desa dan sekolah," terang Adam.

Setelah berburu sampah plastik, Adam dan puluhan anggotanya mulai mengolahnya menjadi barang berguna. Misalnya, bros, karpet, gantungan kunci, dompet, dan tas. "Baru-baru ini kami membuat sofa dari tong kaleng besar," ujar Adam. Barang kerajinan hasil kreasi tersebut dijual mulai Rp 5.000 hingga Rp 250.000.

Aneka bentuk bros dan gantungan kunci dibanderol mulai Rp 5.000–Rp 10.000. Dompet dibanderol mulai Rp 50.000, berbagai macam tas dibanderol mulai Rp 150.000–Rp 250.000. "Kami menggunakan sistem pre-order (PO). Jadi pelanggan pesan dulu, baru kami buat barangnya. Meski ada stok dalam jumlah terbatas," terang Adam.

Pelanggan Kresek Kudus datang dari daerah Kudus dan sekitarnya, seperti Semarang, Rembang dan lainnya. Ada pula pelanggan di luar Kudus, seperti Bandung, Gresik dan Surabaya.  Adam bilang, produksi barang kerajinan daur ulang Kresek Kudus belum pasti jumlahnya. "Baru sekitar puluhan item, karena kami sistemnya juga pre-order," ujarnya.

Bersama Kresek Kudus, Adam ingin mewujudkan kota kretek ini sebagai kota yang bebas sampah pada 2020. Selain itu, "Kami juga ingin memberdayakan masyarakat sekitar dengan ikut ambil bagian dalam membuat barang kerajinan, terutama anak-anak muda," pungkas dia.

Wah, ternyata kreativitas dapat membuat keadaan menjadi lebih baik.  Kreativitas itu tidak berbatas. Jadi, teruslah berkreasi, teruslah berimajinasi. Sebab, seperti kata Napoleon Bonaparte, imajinasi adalah penguasa dunia.  Salam kreatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×