kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkat kreativitas, Arief sukses berbisnis keripik pepaya


Sabtu, 24 November 2018 / 07:30 WIB
Berkat kreativitas, Arief sukses berbisnis keripik pepaya


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Lidah masyarakat akrab dengan keripik. Tak heran, keripik juga menjadi oleh-oleh khas sejumlah daerah. Maklum, pasarnya sangat luas dan tak terbatas.  

Peluang itu Arief Joko garap. Dari tangan pemuda asal Magelang, Jawa Tengah ini lahir keripik pepaya Gandoel Mercon.

Inspirasi membuat Gandoel Mercon tak datang jika Arief tidak pulang ke Magelang dua tahun lalu. Ia ingin  mengurus orang tuanya yang sakit. "Mungkin, saya masih jadi karyawan sampai sekarang dan nggak akan berani untuk mulai berbisnis," tuturnya.

Kebetulan, orangtua Arief punya kebun pepaya yang luas. Jumlah pohon pepayanya berkisar 500 pohon.

Arief pun mendapati kekecewaan petani jika musim pepaya datang. Harganya justru anjlok. Bahkan, harga pepaya menyentuh Rp 500 per buah.

"Itu masih beruntung kalau ada harganya. Seringkali, saat panen berlimpah tapi pembelinya minim, pepaya dijadikan makanan ternak. Biasanya, buat makan sapi atau kambing," kata Arief.

Produksi pepaya di desa asal Arief memang berlimpah. Namun, sampai ia kembali dua tahun lalu, belum ada inovasi untuk mengolah buah pepaya.

"Waktu itu saya mikir, kalau buah-buahan lain seperti pisang, apel, nangka, dan salak saja bisa diolah menjadi keripik, berarti harusnya buah pepaya juga bisa dijadikan keripik. Tapi jujur waktu itu saya masih bingung karena belum ada contoh produk keripik pepaya," tandas Arief.

Setelah melewati fase trial and error selama tiga bulan, Arief akhirnya berhasil mengolah keripik pepaya menjadi  keripik yang renyah. Supaya lebih unik dan enak, ia menambahkan aneka bumbu tabur.

Kini, Gandoel Mercon memiliki tujuh varian rasa, yakni original, mercon, keju, cokelat, bbq, jagung manis, dan rumput laut. Harga jualnya Rp 15.000 per kemasan 60 gram.

Dalam kurun waktu kurang lebih setahun, Gandoel Mercon sudah memiliki 30 reseller yang tersebar di kota-kota besar, seperti Semarang, Jakarta, dan Yogyakarta. Arief mengatakan, dalam sebulan, ia bisa memproduksi sampai ribuan kemasan Gandoel Mercon.           

Dari kritik dan masukan, kualitas terus meningkat

Di Indonesia, buah pepaya memang nampak tidak lazim dijadikan olahan keripik. Berbeda dengan pisang, apel, dan nangka yang lebih sering diolah menjadi keripik. Namun, keunikan inilah yang menjadi daya tarik Gandoel Mercon besutan Arief Joko.

Di balik kesuksesan Gandoel Mercon ini, Arief menempuh perjalanan panjang untuk membuat keripiknya cocok di lidah konsumen. Seringkali, dia harus meramu formula dan bahan agar keripik pepaya bisa kering dan renyah. "Waktu awal bikin, bentuknya nggak seperti sekarang ini, lurus kaku dan ngga serenyah sekarang," ujarnya.

Pria kelahiran 1988 ini tak patah semangat meski mendapat banyak komplain dari konsumen. Justru dari kritik dan masukan konsumen tersebut, Gandoel Mercon terus memperbaiki kualitas.

Begitu juga, saat mendapati endapan minyak di bungkus keripik. Arief pun menemukan cara untuk mengeringkan keripiknya satu hingga dua hari agar kadar minyak berkurang. "Jadi ternyata habis goreng tak boleh langsung dibungkus, minyaknya harus ditiriskan dua hari. Saya coba cara itu dan ternyata berhasil, tidak ada endapan minyak lagi," tuturnya.

Berikutnya, giliran soal varian rasa. Awalnya, Gandoel Mercon hanya menyediakan rasa mercon atau super pedas. Ia terinspirasi dari keberhasilan keripik pedas Maicih. "Waktu itu, saya pikir orang Indonesia banyak yang suka pedas karena Maicih sukses banget," kata Arif.

Ia pun cukup percaya diri hanya menawarkan dua varian rasa itu. Tak tahunya, konsumen komplain karena keripiknya terlalu pedas dan tak bisa dinikmati," tandasnya.

Lalu, Arief kembali  mendapat masukkan dari konsumen agar memperbanyak varian rasa. Apalagi, ternyata tidak semua orang menggemari makanan pedas. Masih ada sebagian masyarakat yang memang tidak bisa makan pedas sama sekali.

"Karena banyak permintaan varian rasa yang tidak pedas, jadi saya buat yang original. Lalu berkembang ke rasa lain seperti keju, barbeque, jagung manis, dan rumput laut," terang Arief.

Baru-baru ini, ia juga menambah varian rasa manis pada keripiknya. Ia menambahkan rasa cokelat untuk menangkap lebih banyak pasar.     

Pakai mesin untuk tingkatkan kapasitas produksi

Sebelum memutuskan terjun ke dunia bisnis, Arief Joko, pendiri dan pemilik keripik pepapya Gandoel Mercon adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta di Tangerang, Banten.

Tak pernah terpikirkan sebelumnya dibenak Arief untuk berwirausaha. Namun, karena keadaan orangtuanya yang sakit, ia harus kembali ke kampung halaman dan memutuskan berhenti dari pekerjaannya.

Melihat kondisi orangtuanya, Arief mengurungkan niatnya untuk kembali lagi bekerja jauh dari kampung halaman. Di sisi lain, saat itu ia juga bingung mau berbuat apa di kampung halamannya di Magelang, Jawa Tengah. Ingin bekerja menjadi karyawan di sana pun peluangnya tidak seluas saat ia menetap di Tangerang.

Akhirnya Arief memutuskan untuk berwirausaha. Keputusannya tersebut, awalnya tidak mendapat dukungan dari orangtua maupun keluarga. "Awal-awal mulai usaha Gandoel Mercon, keluarga, tetangga mikir saya agak gila mungkin. Sudah enak-enak dapat kerja, digaji setiap bulan di Tangerang, malah milih buat jualan keripik," ungkapnya sambil tertawa.

Arief pun sempat diremehkan oleh orang-orang sekitarnya. Namun, ia tak menghiraukan berbagai anggapan negatif tersebut. Ia tetap fokus pada Gandoel Mercon, dengan terus memperbaiki kualitas, baik dari segi rasa maupun kemasan.

Sebagian besar proses pembuatan Gandoel Mercon masih manual. Bahkan, sampai saat ini, Arief masih memegang langsung proses menggoreng. Ia sendiri yang terjun langsung untuk menggoreng dan menentukan tingkat kematangan.

"Ke depan, saya berencana mau pakai mesin, tapi untuk yang beberapa proses. Khusus untuk menggoreng masih tetap saya pegang sendiri karena hanya saya yang bisa mengukur kunci kematangan keripik pepaya ini. Salah teknik menggoreng, rasanya bisa beda," tutur Arief.

Penggunaan mesin dalam proses produksi Gandoel Mercon juga nantinya berpengaruh pada penambahan kapasitas produksi.

Selain itu, ke depan, Arief berencana untuk memperluas jangkauan pemasaran Gandoel Mercon lewat reseller. Ia berharap keripik pepaya khas Gandoel Mercon bisa dicicipi masyarakat seluruh Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×