kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkat Nodeflux, CCTV makin bernilai


Minggu, 18 November 2018 / 07:55 WIB
Berkat Nodeflux, CCTV makin bernilai


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Jangan meremehkan kamera pemantau atau CCTV. Dengan bantuan teknologi, perangkat tersebut bisa menjadi petugas keamanan yang canggih. Bantuan teknologi inilah yang coba Nodeflux tawarkan. Dan sudah mendapat respon positif.  

Setidaknya, teknologi Nodeflux sudah dipakai di ajang pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia belum lama berselang di Nusa Dua Bali oleh Kepolisian RI. Lewat teknologi pengenalan wajah (face regocnition), Nodeflux memanfaatkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) untuk memantau para peserta di sana.

Tak cuma itu, start up ini juga memanfaatkan data pelat mobil dari Kepolisian Indonesia untuk melihat kendaraan yang keluar masuk di kawasan pertemuan tersebut. Itu semua bisa terjadi karena Nodeflux memanfaatkan intellegent video analytics (IVA).

Sepertinya, gagasan Faris Rahman dan Meidy Firtranto membesut Nodeflux tepat. Saat awal memulai usaha ini dua tahun lalu, kedua jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut memang sudah kepincut dengan dunia bisnis. Tapi, "Kami mulai dari berjualan keripik terlebih dahulu," kata Meidy Firtranto, Chief Executive Officer, Nodeflux kepada KONTAN.

Sayang, usaha camilan tidak berkembang. Hingga pada akhirnya, kedua orang itu mendapat proyek pengolahan big data. Dus, dari situlah mereka mulai mencari tahu soal perkembangan teknologi big data. Apalagi potensi pasar pengolahan big data di Indonesia masih terbuka lebar. Lantaran Indonesia masih tahap awal di bidang teknologi tersebut.

Memang tidak mudah untuk terjun di bisnis pengolahan data gemuk. Awalnya, mereka kesulitan untuk menembus pasar karena masih belum banyak perusahaan lokal yang paham soal memanfaatkan dari big data tersebut. "Sebelum kami masuk ke IVA, kami menawarkan big data analytic platform," tuturnya.

Adapun perbedaannya adalah analisa big data lebih menyasar ke analisis data secara keseluruhan. Sedangkan yang saat ini Nodeflux lakoni adalah menganalisis video yang tersaji.

Nah, saat data tersaji dalam bentuk video, barulah banyak  orang yang tertarik. Melihat gejala tersebut, ia lantas memutuskan beralih ke IVA. Bedanya, adalah, kini start up ini mengkhususkan diri untuk bisa mengoptimalkan layanan keamanan ketimbang dulunya yang kerap menganalisa berbagai data.

Setelah memfokuskan diri menjadi penyedia layanan keamanan dari data yang tersaji, Nodeflux pun mulai menggaet para talenta terutama dari kalangan teknologi informasi untuk bisa mengembangkan platform dari perusahaan tersebut.

Fokus di bisnis usaha tersebut mulai mendatangkan hasil. Mulai ada permintaan dari perusahaan menyangkut soal keamanan. Tapi tidak semua tawaran Nodeflux terima.

Suatu ketika start up ini pernah mendapat permintaan dari sebuah peternakan untuk memantau dan membedakan mana ayam yang sakit dan mana yang tidak. "Kami agak kesulitan menghentikan imajinasi pasar yang terlalu luas," tukasnya.

Tapi, perusahaan ini tidak putus asa. Ia lantas memberi contoh soal pemanfaatkan kamera pengintai untuk keperluan lalu lintas. Seperti melihat kendaraan yang parkir ilegal, mengukur arus lalu lintas kendaraan secara otomatis, atau  juga bisa menganalisis perilaku konsumen di toko ritel.

Hasilnya, kini teknologi tersebut sudah dipakai Kepolisian Republik Indonesia. Dengan bantuan Nodeflux, aparat Kepolisian bisa memantau arus lalu lintas di berbagai daerah. Seperti di Jakarta, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan. Malah, teknologi ini juga sudah dipakai saat perhelatan Asian Games 2018 kemarin.

Teknologi analisa video cerdas tersebut juga bakal Nodeflux terapkan di 13 Kepolisian Daerah (Polda) lainnya. Seperti Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, serta Gorontalo.

Sejatinya, usaha rintisan ini tidak fokus menyasar pasar pemerintahan saja, seperti aparat penegak hukum. Tapi memang awal Nodeflux masuk lewat program smart city milik Pemerintah Provinsi Jakarta yakni Qlue. "Nah, smart city kan urusan penegak hukum," jelasnya.

Selain dari Kepolisian, pihaknya juga menangani proyek sejenis dari perusahaan swasta. Seperti Jasa Marga, Gojek, Telkom Pins dan Warung Pintar. Untuk sementara pihaknya baru memfokuskan layanan di Jakarta terlebih dahulu.

Meidy bilang, untuk Gojek layanan yang diminta adalah mendeteksi persebaran mitra Gojek di jalanan. Sedangkan Telkom Pins meminta di layanan absensi. Adapun Jasa Marga meminta untuk memonitor rest area di jalan tol milik perusahaan itu.

Alhasil, pendapatan perusahaan inipun makin berkembang. Bila tahun lalu perusahaan ini meraup omzet Rp 10 miliar, maka tahun ini ditargetkan bisa mencapai Rp 30 miliar. "Bahkan bisa lebih tinggi lagi," ujarnya.

Rupanya, pihaknya saat ini tengah melakukan tahap negosiasi untuk dua proyek lainnya. Satu proyek kecil dengan nilai sekitar Rp 300 juta dan satu lagi proyek besar bernilai miliaran rupiah. Sayangnya, ia tidak menyebutnya secara spesifik dari proyek tersebut.

Yang jelas, dalam satu tahun ini, perusahaan tersebut sudah mendapatkan enam proyek. Rinciannya dua proyek kategori besar dan empat proyek kecil. Adapun tahun lalu, jumlah proyek yang digarap perusahaan tersebut cuma  tiga proyek saja.

Secara gamblang Meidy bilang, untuk mengerjakan satu proyek besar butuh waktu paling sedikit tiga bulan. Sedangkan untuk proyek kecil butuh waktu sekitar satu bulan. Adapun layanan yang diberikan, perusahaan masih fokus pada bidang keamanan, smart city, serta ritel.

Adapun untuk target pasar, ia sebut masih fokus di klien dalam negeri saja. Karena tantangan di pasar luar negeri masih besar. Seperti harus melakukan komunikasi dan layanan teknologi.

Walaupun begitu, ia yakin pada akhir tahun 2019 perusahaan ini siap untuk menyasar market luar negeri. Hal tersebut lantaran ia optimistis untuk bersaing dengan pemain global lainnya.

Untuk bisa melangkah ke arah tersebut, Nodeflux saat ini sedang fokus untuk menggarap produk baru yang akan dirilis tahun depan. Yakni data dengan menggunakan gambar, selain juga dalam bentuk teks. "Nah, di produk baru itu kami harapkan klien kami bertambah secara masif, sekitar 20-30 klien baru," ujarnya.

Adapun produk baru tersebut berangkat dari masalah yang dihadapi perusahaan yang harus memakan waktu untuk bisa menganalisis data berbentuk video.  Karena data video itu lebih besar ketimbang teks. Dan pihaknya harus mengirim data tersebut dengan amat berat. Imbasnya adalah pernah kejadian server dari Nodelfux jadi panas.

Maka, untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya tengah melakukan proses data berbasis video menjadi berbasis gambar saja, untuk lebih meringankan pengiriman data.

Rencananya, Nodeflux mulai tahun depan juga bakal mempunyai server sendiri untuk bisa menerima berbagai data. Langkah ini untuk mempercepat proses pengolahan data.

Adapun latar belakang pengadaan produk baru tersebut dikarenakan permintaan yang banyak, tetapi perusahaan merasa kekurangan sumber daya manusia untuk memberikan solusi atas permintaan yang diberikan.

Untuk ekspansi layanan sendiri, ia bilang saat ini masih melakukan review apakah membutuhkan pendanaan kembali atau tidak. Namun, sejauh ini ia optimistis pihaknya bisa melanjutkan ekspansi lebih lanjut. "Kami masih bisa memutar dana hasil jualan," tuturnya.

Nodeflux sendiri ini sudah mendapat injeksi modal dari sejumlah investor. Pada tahun 2016  lewat Adskom, Qlue, dan Prasetia Dwidharma. Lantas di bulan Juni tahun ini juga, start up ini kembali mendapat suntikan dana dari East Ventures dengan jumlah yang dirahasiakan.                                  

Masih butuh edukasi dan sosialisasi

Heru Sutadi, pengamat start up dari Indonesia ICT Institute menyebutkan bahwa pemain start up di bidang video analisis pintar terbilang masih sangat jarang ada. Jadi potensi bisnis di bidang tersebut jelas sangat terbuka lebar.  

Untuk bisa menjaring pasar tersebut, memang perlu upaya. "Kalau bisa start up yang bersangkutan sanggup memberikan analisis yang tepat bagi para pengguna. Bila ini berhasil dilakukan, tentu bakal banyak yang pakai," katanya kepada KONTAN,

Maka, menjadi tantangan tersendiri bagi para start up dalam memberikan layanan tersebut. Sebab layanan tersebut memang sarat memanfaatkan teknologi untuk bisa mengolah data yang tersaji.

Meski begitu, bisnis ini juga ada tantangan tersendiri. Semisal terkait perizinan dalam memanfaatkan jangkauan pemantauan. Ambil contoh memanfaatkan areal bandara atau tempat keramaian lainya. Semisal untuk mencari penjahat atau yang berkaitan dengan kemanan publik.

Jangan lupakan pula edukasi pasar. Apalagi bidang ini masih jarang diketahui publik. Ia sarankan agar diadakan sosialisasi supaya publik makin paham Nodeflux.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×