kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bermental baja dalam menjalankan usaha (2)


Selasa, 22 September 2015 / 09:47 WIB
Bermental baja dalam menjalankan usaha (2)


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

Heppy Trenggono tidak mudah dalam membesarkan perkebunan kelapa sawit sendiri. Heppy merasa energinya terkuras habis dan ia mulai kehilangan fokus. Ia pun memilih meninggalkan perusahaan kontraktornya. Keputusan untuk menutup perusahaan kontraktor yang dia rintis dari nol bukanlah hal yang mudah. Tapi pada akhirnya dia fokus mengembangkan bisnis sawit bersama sang kakak.

Dia memutuskan untuk menjual lahan sawit yang telah ada sebelumnya seluas 5.000 ha pada tahun 2009. Dengan begitu dia bisa fokus mengembangkan perkebunan sawit lainnya seluas 12 ha yang dia miliki.

Ia mengalami masa sulit ketika menggarap lahan perkebunan kelapa sawit milik salah satu perusahaan sawit terkemuka di negeri ini. Ketika telah memanen kayu di perkebunan milik perusahaan sawit yang menjadi kliennya tersebut, pada saat pembayaran dia tidak mendapatkan pembayaran penuh. Sehingga ia pun terlilit utang sebesar Rp 62 miliar di Bank Niaga. Kejadian itu terjadi sekitar tahun 2007 dan 2008.

Akhirnya, Heppy harus menelan pil pahit tidak mampu membayar utang tersebut lantaran hampir bangkrut. Namun kondisi itu tidak membuatnya patah arah. Ia berprinsip, ketika ada masalah, maka pasti ada solusinya. Ia tidak memiliki pilihan lain selain bangkit dari keterpurukan. Secara perlahan-lahan Heppy bangkit kembali. Dan perlahan-lahan ia akhirnya bisa melunasi utangnya tersebut.

Dari pengalaman jatuh bangun tersebut, Heppy mengambil hikmah dan pelajaran berharga. Ia bilang, saat ia bangkrut dan terlilit utang, ia tidak berpikir untuk melarikan diri. Namun sebaliknya, ia memutar otak bagaimana mengatasi kondisi sulit tersebut dengan terus membangun bisnis.

Heppy bilang, masalah selalu datang silih berganti, namun bila seorang pengusaha tidak memiliki karakter pengusaha yakni sabar, tenang dan tetap memperhahankan karakter sebagai pengusaha dengan berpikir sebagai pengusaha, maka seorang pengusaha tidak akan bisa bangkit kembali.

Sebagai pengusaha di bidang perkebunan sawit, Heppy mengalami berbagai persoalan baik itu perizinan dan masalah sosial. Belum lagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang kerap menganggu perkembangan iklim usaha perkebunan sawit.

Karena itu, ada lahan yang penanamannya sangat lambat karena masalah perizinan yang lelet dan masalah sosial dari masyarakat sekitar, kendati ia telah membeli lahan tersebut secara sah.

Heppy mengambil contoh, lahan miliknya yang berstatus Hak Guna Usaha (HGU) seluas 8.000 ha, baru bisa tertanam seluas 3.000 ha karena sisa lahan masih mengalami banyak kendala.

Ia juga memiliki lahan sawit di Kalimantan Timur seluas 11.000 ha sejak beberapa tahun lalu, tapi sampai saat ini masih belum bisa ditanam kelapa sawit karena banyaknya persoalan mulai dari perizinan dan masalah sosial.

Bisa saja, satu izin selesai dan kemudian mengurus izin berikut. Namun karena prosesnya sangat lama, izin yang pertama sudah habis masa berlakunya, sementara izin berikutnya masih belum juga selesai. Belum lagi kalau terjadi pergantian bupati di daerah, muncul lagi masalah baru.

Heppy juga memiliki lahan sawit seluas 10.000 ha di Mesuji, Lampung. Namun karena persoalan sosial dan perizinan, ia memberikan lahan seluas 2.000 ha kepada masyarakat, barulah ia dapat menanam sawit di lahan yang tersisa seluas 8.000 ha. "Ada risiko yang harus kita bayar untuk mendapatkan sesuatu," ujar Heppy.

Rumitnya pengurusan perizinan dan masalah sosial ini membuat Heppy lebih senang membeli lahan yang sudah jadi kemudian mengelolanya.

Sebagai pengusaha, Heppy kerap turun ke masyarakat dan membicarakan persoalan dan tuntutan masyarakat setempat. Heppy mendapatkan banyak pengalaman bagaimana menjalin relasi dengan masyarakat dan mengetahui kondisi dan tuntutan mereka.

Dengan pengalaman itu, Heppy mengatakan seorang pengusaha tidak cukup bermodalkan laporan keuangan, tapi disertai karakter kejujuran dan mentalitas pengusaha.

Aktif Angkat Semangat Cinta Tanah Air

Kesibukan menjadi ujung tombak, baik sebagai pendiri sekaligus Presiden di United Balimuda Group Heppy Trenggono masih memiliki waktu untuk terlibat dalam organisasi. Salah satunya adalah dengan menjabat dalam salah satu forum sebagai Presiden Indonesia Islamic Forum (IIBF).

Dalam forum ini, Heppy aktif mengampanyekan cinta produk Indonesia atau sering diistilahkan Gerakan Beli Indonesia. Ia mengatakan, gerakan membeli Indonesia adalah dengan menyadarkan masyarakat membeli produk dalam negeri. Heppy telah mewujudkannya pada 27 Februari 2011 dengan menggandeng lebih dari 500 pengusaha dari 42 kota di seluruh Indonesia.

Dia bilang, bila hal itu ditanamkan sejak dini, maka ia optimistis Indonesia akan makmur dalam waktu singkat. Sebab saat ini, Indonesia masih jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Singapura. Nah, salah satu cara mengejar ketertinggalan ini adalah dengan memulai dari diri sendiri. Caranya dengan setiap orang membeli produk buatan negeri sendiri.

Dengan membeli produk sendiri, maka hal itu bisa mengerem kedatangan produk asing yang saat ini masih menggempur Indonesia dari berbagai sisi. "Jika industri kita tumbuh, maka tidak perlu lagi anak-anak negeri ini menjadi pekerja di negeri asing," harapnya. Dengan melaksanakan program gerakan Beli Indonesia, maka secara otomatis akan membangkitkan cinta akan Indonesia dan mampu menggelorakan semangat persaudaraan sesama anak negeri.

Selain itu, dalam hidupnya, Heppy juga ingin menginspirasi orang lain. Secara berkala dia melibatkan masyarakat sekitar kantornya untuk beraktivitas. Setiap hari memberikan sarapan kepada sekitar 200 kaum dhuafa di sekitar rumahnya di Jalan Mampang Prapatan X, Jakarta. Nilai moral yang diajarkan Heppy dan melekat di hati karyawannya adalah tradisi untuk menyisihkan 10% penghasilan untuk kegiatan amal. (Selesai)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×