kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,79   -11,72   -1.25%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bermitra dengan Pertamina, aksesoris kawat tembaga Nio EL mendunia


Selasa, 25 Agustus 2020 / 22:08 WIB
Bermitra dengan Pertamina, aksesoris kawat tembaga Nio EL mendunia
Koleksi aksesori kaum hawa buatan Nio EL.


Reporter: Cipta Wahyana | Editor: Cipta Wahyana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kawat tembaga, lazimnya, dipakai dalam pembuatan peralatan listrik. Namun, di tangan kreatif Ester dan Lidya, bahan ini bisa berubah menjadi akesoris yang cantik dan bernilai tinggi. Salah satu mitra binaan PT Pertamina (Persero) melalui Program Kemitraan ini memproduksi aneka aksesoris untuk kaum hawa, mulai dari cincin, gelang, bros, hingga kalung dengan bentuk dan motif yang elegan.

Kreativitas dan kerja keras dua sahabat ini mendatangkan banyak peluang. Pada 2019 lalu, Nio EL, nama usaha mereka, terpilih dan mendapat pembiayaan dari PT Pertamina (Persero) untuk mengikuti pameran di Aljazair, Afrika Utara. Omset dari pameran itu cukup besar, yakni sebesar Rp 50 juta. “Sambutan warga lokal terhadap produk kita cukup baik. Bahkan, ada pembeli yang sampai bolak-balik tiga kali membeli produk kita untuk dijual lagi di tokonya,” kenang Lidya seperti disampaikan kepada tim Program Kemitraan Pertamina.

Sedikit kilas balik, Ester dan Lidya mempunyai kisah panjang sebelum memutuskan menekuni usaha yang menggiurkan ini. Mereka berdua bersahabat cukup lama. Kesamaan hobi, yakni membuat aksesoris untuk kaum hawa, menjadi perekat pertemanan mereka. Berbekal hobi itu pula, keduanya kompak bergabung ke dalam komunitas kerajinan kawat lilit tembaga. “Tahun 2001, kami bergabung ke dalam komunitas tersebut,” ujar Lidya.

Baca Juga: Pertamina SMEXPO 2020, ajang virtual bagi Erwin merajut mimpi dari usaha masker kain

Ajang saling berbagai (sharing) antar anggota komunitas menjadi wahana belajar Ester dan Lidya. Misalnya, mereka memperoleh kesempatan untuk bertukar pikiran mengenai tips dan trik menghasilkan kerajinan kawat tembaga yang bagus. 

Menulis buku

Setelah melalui masa belajar selama lima tahun, tepatnya tahun 2006, keduanya mulai memberanikan diri membuat wire jewelry. Hasilnya, sebenarnya, cukup memuaskan. Namun, waktu itu, Ester dan Lidya memilih untuk tidak menjual kerajinan tersebut. “Karya yang kami buat tidak dijual, melainkan kami tuangkan dalam sebuah karya buku,” imbuh Lidya.

Setelah proses panjang, akhirnya, pada tahun 2008, sepasang sahabat ini berhasil menerbitkan buku pertama. Buku itu diberi judul 99 Teknik Dasar sampai Mahir Membuat Aksesoris dari Kawat Tembaga. Lewat buku ini, Ester dan Lidya mengaku ingin membagikan ilmu yang mereka dapat terlebih dahulu sebelum terjun ke dunia usaha secara langsung.

Buku pertama itu cukup laris. Buktinya, mereka menulis hingga seri keempat. Dari hasil penjualan buku, akhirnya, mengumpulkan modal untuk memulai usaha mereka sendiri, yakni menjual hasil kerajinan kawat tembaga. Nio EL mereka pilih sebagai nama usaha. Nio diambil dari bahasa China yang mengandung makna perempuan, sedangkan EL merupakan inisial mereka: Ester dan Lidya.

Berawal dari modal hanya Rp 500 ribu, kini, saban bulan, mereka mampu meraup omset Rp 8 juta hingga belasan juta. Tapi jangan salah, proses usaha Nio EL tidak selalu mulus. Banyak jalan berliku. Saat awal memulai usaha, misalnya, banyak calon pembeli yang tidak cocok dengan harga produk Nio EL meskipun tertarik pada desain yang ditawarkan . Oh, ya, Nio EL memasang banderol mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 2 juta pada produk-produk mereka. Tentu saja, semakin eksklusif desainnya, semakin tinggi pula harganya.

“Tugas kami sebagai penjual untuk mengedukasi pembeli bahwa harga telah sesuai dengan seni yang dihasilkan. Para pembeli yang sudah mengerti, biasanya, tidak akan ragu. Pada dasarnya, kami menjual desain dan bahan baku. Sebab, jika desain bagus tapi bahan baku tidak bagus, percuma karena tidak memiliki nilai jual. Kalau bahan bagus akan nyaman dipakai,” beber Lidya.

Waktu yang dibutuhkan untuk membuat aneka aksesoris ini beragam; tergantung bentuk dan kerumitan desainnya. Aksesoris sederhana bisa selesai sekitar satu minggu.  Sementara, untuk menyelesaikan kerajinan yang cukup rumit seperti kalung dan aksesoris kepala, mereka bisa butuh waktu sebulan. Maklum saja, seluruh proses pembuatan dilakukan tanpa mesin alias handmade. Dengan cara ini, Ester dan Lidya ingin memastikan produknya memiliki kualitas yang baik. 

Kerja keras Ester dan Lidya mempromosikan produk Nio EL berbuah manis. Bermula dari pemasaran secara daring lewat media sosial pribadi, kini, produk Nio El rutin mengikuti pameran-pameran besar dalam lingkup nasional. Bahkan, aksesoris Nio EL turut mejeng dalam ajang Indonesia Fashion Week pada Maret 2018 lalu. Guna meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan inovasi produknya, pada 2014, Nio EL memilih Pertamina sebagai pendamping usahanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×