kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.568.000   13.000   0,84%
  • USD/IDR 16.190   15,00   0,09%
  • IDX 7.089   24,28   0,34%
  • KOMPAS100 1.050   2,99   0,29%
  • LQ45 820   -0,96   -0,12%
  • ISSI 212   2,00   0,95%
  • IDX30 421   -0,80   -0,19%
  • IDXHIDIV20 504   -0,45   -0,09%
  • IDX80 120   0,40   0,33%
  • IDXV30 124   0,56   0,46%
  • IDXQ30 139   -0,48   -0,34%

Bermula dari hobi otak-atik alat elektronik (2)


Jumat, 04 Maret 2016 / 17:20 WIB
Bermula dari hobi otak-atik alat elektronik (2)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Rizki Caturini

Terlahir dari keluarga sederhana, Mohammad Kusrin menjalani hidupnya dengan penuh keprihatinan. Lantaran terkendala biaya,  Kusrin hanya menamatkan sekolah sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). “Lulus SD saya masuk pesantren tiga tahun. Tapi karena tidak kuat, saya lalu melarikan diri dan kembali ke kampung," ujarnya.

Saat pulang ke kampung halaman, ia mendapat tawaran dari temannya untuk bekerja di Jakarta. Sekitar tahun 1995, Kusrin pun mengadu nasib di ibu kota. Di Jakarta ia mendapat pekerjaan sebagai kuli bangunan.

Meski menjadi kuli bangunan, Kusrin tetap menekuni hobinya sejak kecil, yakni mengutak-atik barang elektronik. “Setiap hari Minggu saat libur, saya suka lihat barang-barang elektronik bekas di Pasar Jatinegara," ujarnya.

Suatu saat, ia menemukan radio rusak dan langsung membelinya seharga Rp 80.000. Radio itu lalu diperbaikinya hingga berfungsi lagi. Saat pulang kampung, radio itu dibeli oleh temannya seharga Rp 200.000.  

Uang hasil penjualan radio dipakainya buat membeli pesawat FM jarak jauh. Tujuannya agar bisa tetap berkomunikasi dengan teman-teman tukang servis elektronik. Dari teman-temannya itulah Kusrin belajar banyak tentang reparasi elektronik, khususnya soal televisi.

Sekitar tahun 2000-an, Kusrin memutuskan kembali ke Boyolali dan membuka usaha bengkel reparasi barang-barang elektronik bersama beberapa temannya. Usaha tersebut hanya bertahan dua tahun lantaran Kusrin memutuskan untuk menikah dan menetap di Karanganyar, Jawa Tengah.

Saat di Karanganyar ini ia tetap berniat terjun di bidang elektronik. Tapi ia tidak puas hanya mengandalkan servis saja. Di tengah kebimbangannya inilah datang tawaran dari temannya di Solo untuk kerjasama membuat TV. "Tapi dari monitor komputer bekas, cuma diambil tabungnya," ujarnya.

Tanpa pikir panjang, ia langsung menerima tawaran itu. Dari situ, Kusrin belajar lebih banyak lagi soal TV dari tabung monitor komputer. Ia berusaha menyamakan prototype televisi ke perangkat komputer.

Beberapa kabel harus mengalami pergantian, namun Kusrin gagal. Hasilnya tak sesuai yang diharapkan. Tapi ia terus mencoba hingga akhirnya berhasil membuat TV rakitannya sendiri yang pertama. “Setelah jadi saya bilang ke teman, dia antusias dan langsung mendaftarkan mereknya dan dipasarkan ke toko-toko," ujarnya.

Kerjasama Kusrin dengan temannya itu hanya sampai tahun 2010. Ia memutuskan mundur karena temannya tidak berani untuk memproduksi TV dalam jumlah banyak. Pada 2011, ia resmi membuka usaha perakitan TV sendiri.          n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×