kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beromzet Rp 157 juta, binaan Pertamina olah kulit patin jadi kerupuk bergizi


Selasa, 22 September 2020 / 20:17 WIB
Beromzet Rp 157 juta, binaan Pertamina olah kulit patin jadi kerupuk bergizi
Raja Patin dan produk kerupuk unggulannya.


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Cipta Wahyana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ikan, lazimnya, disantap bagian daging atau kepalanya; namun, di tangan kreatif Tri Handayani, salah satu UMKM Mitra Binaan PT Pertamina (Persero), kulit ikan juga bisa diolah menjadi kerupuk renyah nan menggugah selera. Usaha camilan yang berbasis di Desa Sugiharjo, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, berkembang pesat.

Siapa sangka, usaha yang cukup sukses ini berawal dari sebuah ketidaksengajaan. Tri berkisah, bisnisnya bermula ketika suaminya terkena PHK awal 2016 silam. Uang pesangon menjadi modal untuk membangun 10 petak pembibitan ikan lele dan ikan patin di bagian belakang rumahnya. 

Suatu hari, pertengahan 2016, seorang pembeli lele langganannya tertarik dengan limbah kulit ikan patin yang biasa ia gunakan sebagai pakan ikan. Si pembeli bermaksud menggunakannya sebagai pakan pembesaran lele miliknya. Tri Handayani menyanggupi permintaan pembeli tersebut dan membeli 50 kilogram kulit ikan patin seharga Rp 300 ribu dari pabrik langganannya. Malang, si pembeli membatalkan pesanannya.

Baca Juga: Jadi mitra binaan Pertamina, UMKM kopi ini raih kontrak ekspor Rp 1,2 miliar

Tri Handayani memutar otak agar kulit patin itu tak terbuang sia-sia. Ia pun punya ide untuk mengolahnya. “Jangan berhenti di depan satu pintu yang menutup untuk Anda. Bergeserlah ke sebelah. Karena, di pintu sebelah, masih terbuka lebar dan luas buat Anda. ” ujar Tri Handayani seperti dikutip publikasi Pertamina yang diterima Kontan. Inilah kata motivasi yang mendorong semangat Tri Handayani untuk mengolah 50 kg kulit ikan patin yang nyaris dibuang tersebut.

Alih-alih pasrah merugi, Tri dan suaminya mengolah 50 kg kulit ikan patin tersebut menjadi makanan. Berbekal petunjuk mengolah kulit ikan patin di internet, Tri Handayani memilih mengolah kulit ikan patin tersebut menjadi kerupuk.

Berbagai racikan dia coba hingga akhirnya menemukan resep yang pas untuk kerupuk patin miliknya. Gurih, renyah, dan sedap. Begitulah kesan pertama saat mencicipi kerupuk kulit patin buatannya. Tidak heran jika Kerupuk Kulit Patin buatan Raja Patin ini banyak dicari untuk dijadikan cemilan maupun pelengkap makanan.

Singkat cerita, bisnisnya berkembang pesat. Saat ini, Tri Handayani sudah memiliki 26 orang karyawan. Dengan jumlah itu, pemilik usaha Raja Patin ini mampu memenuhi permintaan pasar yang kebanyakan berada di wilayah Sumatera, Jawa, Banjar Baru, Bali, dan Papua. Bahkan, beberapa produknya pernah diminati dan dijual hingga Singapura dan Malaysia.

Kerupuk kulit ikan patin buatan Raja Patin tersedia dalam beberapa varian, yaitu rasa original, balado, dan kare. Pilihan kemasan pun bermacam-macam: 50 gram, 70 gram, 100 gram, 170 gram, dan 235 gram. Variasi kemasan menentukan harga, paling murah Rp 9.000 dan paling mahal seharga Rp 32.000. Cukup terjangkau bukan? 

Tak tanggung-tanggung, dalam sehari, kini, produksi krupuk kulit ikan Raja Patin bisa mencapai 1.800 – 2.200 bungkus. Dengan jumlah itu, Tri Handayani meraup omzet cukup fantastis, sekitar Rp 157 juta sebulan. ”Alhamdulillah, peminatnya masih banyak sehingga kami mampu menjual secara maksimal meskipun di masa pandemi,” ujar Tri Handayani. 

Selain itu, bantuan dari Pertamina juga menjadi faktor penting kesuksesan usahanya. Selain modal usaha, Pertamina juga membantu UMKM Raja Patin ikut pameran di Jakarta, Sumatera Utara, dan daerah lainnya. Kemudian, produk Raja Patin sering dijadikan cinderamata untuk tamu-tamu perusahaan di Marketing Operasional Region (MOR) I. 

Pemasaran online

Yang membedakan raja patin dari UMKM lain adalah jaringannya yang luas, terutama jaringan online, sehingga mampu bertahan di masa sulit seperti saat ini. Tri Handayani memasarkan  Raja Patin dengan membesarkan reseller untuk membentuk jaringan pemasaran yang luas.  

Ia juga terus mengembangkan pasar secara online yaitu melalui situs kulitpatin.com dan memasukkan produknya ke berbagai marketplace online. Selain itu, untuk pasar offline, Tri Handayani melakukan branding di berbagai tempat strategis, baik di tempat oleh-oleh maupun tempat wisata. “Bagi yang berminat menjadi reseller, silakan kontak ke @rajapatin.id atau DM ke @gen_umkm,”ujar Tri berpromosi.

Tri Handayani dan suaminya berharap, usaha olahan kulit patin ini bisa terus bertahan dan berkembang.  Ia juga ingin terus berkarya menciptakan produk-produk yang inovatif dan kreatif. Selain itu, suami istri ini juga berharap bisa membuka lapangan kerja khususnya bagi masyarakat daerah Sugiharjo, sekitar tempat tinggalnya, maupun untuk masyarakat luas.

Selanjutnya: Pertamina SMEXPO 2020 membantu pengusaha kecil melek digital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×