kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bertani lada hitam, hasilnya menjanjikan (1)


Selasa, 07 Oktober 2014 / 15:05 WIB
Bertani lada hitam, hasilnya menjanjikan (1)


Reporter: Cindy Silviana Sukma, Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Lada merupakan salah satu rempah yang populer sejak berabad tahun lalu. Tanaman yang memiliki nama latin Piper nigrum Linn ini tumbuh merambat di pesisir pantai Malabar, India, dan mulai dibudidayakan di daerah tropis Asia Tenggara pada masa prasejarah.

Saat ini, lada hitam telah dibudidayakan secara luas di negara beriklim tropis, seperti Indonesia, Malaysia, Brasil, Sri Lanka, Vietnam, dan China. Si 'raja rempah' ini kaya akan kandungan kimia, seperti minyak lada, minyak lemak, dan pati.

Sifatnya yang pedas, pahit, hangat, menjadikannya sangat cocok untuk bumbu masakan di antara semua rempah lainnya. Di Indonesia, daerah penghasil lada hitam yang paling terkenal adalah Provinsi Lampung.

Di samping itu, ada beberapa daerah lain yang juga memiliki pusat pertanaman lada, seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bengkulu.
Suhardi, salah satu petani lada hitam di Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, memilih menanam lada karena komoditas ini selalu laku di pasar, terutama pasar ekspor.

Prospek harganya juga cukup menggiurkan. Saat ini, ia menjual harga lada hitam ke tengkulak sekitar Rp 100.000 per kilogram (kg). Dengan luas lahan 1,5 hektare (ha), sekali panen mampu menghasilkan hampir 1.000 kg lada hitam.

Masa panen lada hitam ini hanya terjadi sekali dalam satu tahun. Biasanya panen dimulai sejak September hingga November. Sedangkan lada putih dipanen pada Juni hingga Oktober.

Suhardi tidak merogoh kocek dalam untuk modal bibit dan perawatan tanaman lada. Menurutnya, biaya pembelian bibit dan perawat-an hanya Rp 35.000–Rp 40.000 per kg. Itu artinya, laba bersih dari omzet sekitar 60%–65%.

Jika dalam satu tahun mampu memproduksi 1.000 kg lada hitam, total pendapatannya sekitar Rp 100 juta per tahun. Ada pun laba bersihnya sekitar Rp 60 juta–Rp 65 juta per tahun. Akan tetapi, harga lada dunia sering bergerak fluktuatif, sehingga keuntungan tak selalu sama.

Petani lainnya adalah Budiman (56) asal Malang, Jawa Timur. Budiman mulai budidaya lada sejak dua tahun lalu di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau. Budiman merasa cocok menanam lada hitam karena  selalu diserap pasar dan harganya juga selalu bagus.

Ia membudidayakan lada hitam di lahan 8.000 meter persegi (m²). Selain di tanah, ia juga menanam lada hitam di polibag untuk bibit. Selain itu ada juga lada putihnya.
Sekali panen, ia bisa mendapat 7 kuintal lada hitam.

Bila ditambah lada putih, bisa menghasilkan 10 kuintal. Tanaman ladanya dijual ke pengepul seharga Rp 40.000–Rp 45.000 per kg. Dengan demikian, omzetnya sekali panen Rp 30 juta.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×