Reporter: Elisabeth Adventa, Maizal Walfajri, Nur Pehatul Janna, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Kreasi bahan kardus dapat diolah menjadi bermacam-macam mainan anak dan dekorasi berbagai event dan acara. Jika kebanyakan mainan anak terbuat dari bahan plastik atau kayu, serta kebanyakan dekorasi event menggunakan bahan stereofoam, bagaimana jika kedua produk tersebut terbuat dari kardus?
Bagi sebagian besar orang mungkin terdengar kurang lazim dan tidak wajar. Namun inovasi itulah yang dilakukan oleh sejumlah orang kreatif yang menciptakan kreasi bahan kardus. Salah satunya oleh Sanjaya Arifin, pemilik Bumi Bumi Kardus asal Depok, Jawa Barat.
Ihwal dirinya terlibat di urusan kreasi kardus bermula dari ketidaksengajaannya. Sanjaya membuatkan anaknya sebuah rumah-rumahan dari kardus pada tahun 2015. "Waktu itu saya iseng buatkan rumah kardus ukurannya cukup besar untuk anak saya. Lalu saya posting di facebook dan ternyata beberapa teman ada yang minat. Dari situ saya keluar dari kerjaan dan fokus mengelola bisnis ini," ungkapnya kepada KONTAN.
Mulanya Bumi Bumi Kardus menerima pesanan berupa aneka mainan dari kardus. Seperti mobil, rumah, kapal, tank dan sebagainya. Lama-kelamaan permintaan lain, seperti dekorasi dari kardus berdatangan dari berbagai lembaga dan event organizer (EO).
Kini Sanjaya tak hanya menerima permintaan mainan tapi juga ragam dekorasi acara berbahan kardus. Selain itu, dirinya juga kerap mendapat pesanan suvenir juga berbahan kardus. Ia juga menerima pesanan dengan sistem custom atau model khusus dari pelanggan. "Kalau dulu masih sempat buat produk di luar pesanan, sekarang semua produk saya buat berdasarkan pesanan pelanggan," tuturnya.
Aneka mainan dan suvenir kardus buatan Bumi Bumi Kardus dibanderol mulai dari harga Rp 25.000, Rp 50.000, Rp 150.000 sampai Rp 1 juta untuk mainan ukuran besar. Mainan kardus ukuran besar biasanya berupa kastil, rumah, kapal, tank, mobil dan sebagainya.
Sedangkan untuk paket dekorasi serba kardus dibanderol mulai dari harga Rp 5 juta, Rp 25 juta bahkan sampai Rp 50 juta. Harga tersebut tergantung ukuran, tingkat kesulitan dan detail produk. Untuk dekorasi besar, biasanya Sanjaya hanya mampu menerima tiga proyek dekorasi saja.
Alasannya, untuk mengerjakan satu dekorasi yang cukup rumit butuh waktu antara 1 -2 minggu pengerjaan. Sedangkan untuk mainan kardus berukuran besar butuh waktu sekitar tiga sampai empat hari. Sanjaya dibantu oleh dua orang karyawan tetap dan enam orang karyawan tambahan jika sedang ramai pesanan.
"Terakhir kemarin, kami dapat pesanan dari Legoland Malaysia, jadi saya disuruh buat lego tapi dari kardus. Lalu beberapa perusahaan seperti Astra, BNI, PLN dan Shell juga beberapa kali minta untuk dekorasi dan suvenir," tandas Sanjaya.
Ide kreatif lainnya juga digagas oleh Arief Susanto asal Surabaya. Merintis merek Dus Duis Duk sejak 2013 lalu, kini, bisnis kreasi kardus yang dirintis lulusan Institut Sepuluh November (ITS), Surabaya ini makin berkembang.
Cikal bakal dari usaha ini ketika Arief mengikuti pekan kreativitas mahasiswa (PKM) di kampusnya. Ia pun mengusung pemanfaatan material kardus untuk produk ramah lingkungan. Ia melihat banyak produk ramah lingkungan termasuk dari kardus.
Ternyata kardus bisa diolah menjadi produk dekorasi seperti tempat duduk. Inilah yang menjadi cikal bakal nama brand Dus Duk Duk.
Dus Duk Duk tidak hanya memproduksi dekorasi namun juga home produk untuk interior rumah. Tim Dus Duk Duk juga kerap memodifikasi berbagai produk dari material lain ke produk olahan kardus.
Arief menjelaskan di luar negeri olahan kardus digunakan untuk pembuatan perahu, rumah, kebutuhan arsitektur. Ini lah peluang usaha yang dilihat oleh Dus Duk Duk.
Ia sendiri mengembangkan ide pembuatan produk kreatif kardus tersebut secara otodidak. Lantaran semua tim nya suka mendapat tantangan dari konsumen. "Tantangan unik tersebut kami terima selama masih menggunakan material kardus. Karena kardus sebenarnya bagus tapi masyarakat hanya tahu cuma kemasan tempat mie instan dan air mineral," ujar Arief yang juga menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) Dus Duk Duk kepada KONTAN.
Dus Duk Duk memproduksi dua jenis produk. Pertama, produk yang diproduksi secara masal. Proses produksi pun terhitung cepat. Ambil contoh untuk kursi kardus dapat diproduksi 10 unit per hari. Kedua, produk custom desain sesuai permintaan proyek dari konsumen. Harganya tergantung banyak material yang digunakan serta tingkat kesulitan desain. "Custom desain biasanya harganya mulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta. Rata-rata pengerjaan selama dua minggu. Oleh sebab itu, sepanjang 2017, omzet kami mencapai miliaran rupiah," kata Arief.
Arief mengaku setiap bulan Dus Duk Duk mampu mengolah hampir sebanyak 500 lembar kardus berukuran 120 cm x 240 cm. Proyek bulanan kebanyakan datang dari Bandung, Jakarta dan Bogor. Pada tahun 2019, Dus Dus Duk berencana untuk membuka workshop di sekitar Jakarta.
Pada tahun 2018 ini, Arief mengatakan Dus Duk Duk berencana menjajaki berbagai pasar seperti Sumatera. Sedangkan untuk omzet di tahun ini, Dus Duk Duk menargetkan dapat meraup dua kali lipat dari omzet tahun 2017.
Semakin sadarnya masyarakat akan nilai dari produk olahan kardus, membuat Arief dan tim semakin percaya diri bahwa bisnis yang ia kembangkan bisa bersaing dan dapat bertahan. "Tak hanya bernilai ramah lingkungan, tapi juga bernilai bisnis yang dapat berkembang," tegasnya.
Dus Duk Duk sendiri secara masif memasarkan produknya melalui media sosial @dusdukduk dan website dusdukduk.com. Industri kreatif ini juga gemar mengikuti pameran berkelas di Jakarta. Tak sampai di situ, Dus Duk Duk juga menggandeng berbagai pelaku industri kreatif lainnya untuk melakukan kolaborasi.
Pemain lain yakni, Eko Srilaksono, pengrajin kardus sekaligus pemilik SI Kambi asal Malang, Jawa Timur juga berhasil menyulap kardus menjadi aneka mainan seperti kuda-kudaan dan mobil mini. Ia mengatakan jika produknya aman digunakan oleh anak-anak karena tidak menggunakan paku maupun bahan tajam lainnya.
Bentuk produk yang unik dan artistik membuat produk ini juga cocok dijadikan pajangan atau pelengkap dekorasi untuk acara ulang tahun anak. Selain itu, aneka produk mainan buatan Eko juga dapat menahan beban sampai dengan 200 kilogram (kg). Sehingga, produknya juga dapat digunakan orang dewasa.
Meski produk mainan kardus buatan Eko unik, ia mengatakan jika produk buatannya tidak mudah menembus pasar. Dia membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk melakukan riset dan edukasi pasar. "Awalnya banyak yang meremehkan dan menganggap bisa membuatnya sendiri," katanya pada KONTAN, Jumat (8/6).
Terus pantang menyerah, laki-laki berusia 57 tahun ini tetap melakukan edukasi dari berbagai saluran promosi seperti media sosial sampai pameran. Dengan begitu, ia dapat menjelaskan langsung kepada konsumen tentang produk buatannya.
Meski pasar sudah mulai terbentuk, Eko masih getol untuk terus melakukan edukasi pasar, hal ini dilakukan untuk memperluas jangkauan pasar.
Karena menyasar kalangan menengah, aneka produk mainan SI Kambi di bandrol mulai dari Rp 40.000 sampai Rp 1 juta per unit. Eko juga memberikan garansi tiga tahun untuk perbaikan kerusakan produk.
Saat ini, konsumen terbesarnya berasal dari Jakarta, Samarinda, dan Pontianak. Dalam sebulan, total produksinya sekitar 200 unit mainan.
Eko dibantu oleh dua orang karyawan untuk tahap produksi. Ia mengaku kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi karena proses pembuatannya masih handmade dan terbatasnya jumlah tenaga kerja. Maklum saja, untuk menbuat kerajinan ini dibutuhkan orang yang telaten dan terampil.
Pada tahun ini, SI Kambi milik Eko menargetkan untuk membuat variasi mainan tradisional seperti seluncuran dan lainnya. Tujuannya adalah untuk melestarikan permainan jaman dulu serta mempopulerkan kembali pada anak jaman sekarang. Saat ini, Eko masih dalam tahap riset dan percobaan.
Proses produksi yang cukup rumit
Menjalankan bisnis kreatif berbahan kardus pasti memiliki banyak tantangan. Apalagi jika pesanan dibuat sesuai dengan permintaan pelanggan (custom).
Meski begitu, Sanjaya Arifin, pemilik Bumi Bumi Kardus asal Depok, Jawa Barat bilang pelanggannya bebas menentukan model, bentuk serta konsep dari dekorasi atau suvenir berbahan kardus yang diinginkan.
Nah, ia biasanya menerima konsultasi dan diskusi konsep dekorasi dari pelanggan lewat chat Whatsapp (WA), email maupun telepon. Hal itulah yang kadang menjadi kendala pria kelahiran 1980 dalam memenuhi keinginan pelanggan. "Jadi saya harus benar-benar paham konsep yang diinginkan pelanggan. Semua harus clear," katanya.
Untuk sumber bahan baku, Sanjaya bekerjasama dengan sejumlah distributor kardus di sekitar Jakarta dan Bekasi. Awalnya ia memang menggunakan bahan kardus bekas, namun seiring bertambahnya pesanan dan permintaan pelanggan, Sanjaya memutuskan menggunakan bahan kardus baru.
Bahan kardus yang digunakan tidak bisa sembarangan. Tingkat ketebalan dan daya tahan kardus harus sama. Jika memakai kardus bekas, kualitas dan ketebalan beda.
Lain cerita dengan Arief Susanto, CEO Dus Duk Duk yang memulai proses produksi olahan kardus dari pembuatan desain yang dibuat oleh internal Dus Duk Duk ataupun dari konsumen. Lalu ia membuat desain secara digital dalam bentuk tiga dimensi. Kemudian file atau desain yang sudah disetujui masuk ke mesin pemotongan. "Terakhir perakitan dan finishing seperti pengecatan atau diberi stiker,” jelas Arief.
Guna memenuhi bahan baku kardus, Dus Duk Duk memasok dari industri kecil pengolah daur ulang kardus di Surabaya. Namun pada awal berdiri, workshop Dus Duk Duk sempat melakukan pembelian kardus bekas ke pengepul.
Saat ini, Dus Duk Duk tengah menjajaki kerjasama dengan industri pengolahan daur ulang kardus di sekitar Jakarta. Selain itu, tim internal Dus Duk Duk juga terus diperbanyak. Saat ini, operasional kantor dikelola oleh tujuh orang, hingga akhir tahun ditargetkan bisa menjadi 12 orang.
Sedangkan Eko Srilaksono, pemilik SI Kambi asal Malang, Jawa Timur menggunakan material kardus bekas dan kardus baru yang dibelinya dari pasar di sekitar Malang, sebagai bahan baku. "Tidak semua kardus bekas bisa kami gunakan karena kondisinya banyak yang tidak layak," jelasnya.
Ia mengaku kerap kesulitan mengontrol proses pengerjaan di luar workshop. Lantaran ia kerap mempekerjakan beberapa orang di kampung untuk membantu proses produksi. Bila model rumit, Eko harus rajin berkunjung untuk memastikan proses pemasangan struktur tidak salah. Kalau salah, bakal sulit untuk memperbaiki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News