kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biar tak piawai masak, Michelle sukses lahirkan Chick 'n Roll


Selasa, 05 Februari 2019 / 09:05 WIB
Biar tak piawai masak, Michelle sukses lahirkan Chick 'n Roll


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Membuka usaha restoran tak perlu disertai keahlian memasak. Bila tak percaya tanya saja ke Michelle Surjaputra. Pemilik jaringan restoran Chick 'n Roll ini membangun bisnis karena cita-citanya yang ingin jadi pengusaha. Berkat kerja kerasnya, kini Chick 'n Roll punya 26 gerai di Indonesia.

BAGI Anda yang hobi jalan - jalan ke mal, pasti tak asing dengan restoran bernama Chick n Roll. Restoran makanan cepat saji tersebut mungkin kerap Anda lewati saat berada di dalam mal. Bahkan, mungkin beberapa dari Anda adalah salah satu pelanggan setia Chick 'n Roll.

Di balik kesuksesan jaringan restoran ini ada sosok bernama Michelle Surjaputra, pemilik sekaligus pendiri restoran ini. Michelle merintis bisnis ini sejak tahun 2012 atau ketika usianya masih 23 tahun.

Michelle mengaku tak memiliki keahlian khusus dalam memasak. Tapi dia tetap bersikeras untuk terjun ke bisnis kuliner.

Menurut dia, yang mendasari pemilik PT Michellindo Food Indonesia ini adalah karena passion dan cita-citanya untuk menjadi pengusaha restoran. "Cita-cita yang saya pendam sejak remaja," ujar dia.

Tak hanya sekadar ambisi dan cita-cita, tapi juga menguasai ilmu soal bisnis. Michelle adalah jebolan New York University-Leonard N. Stern School of Business, Amerika Serikat, tahun 2011.

Bahkan, setelah lulus kuliah dia menyempatkan diri untuk bekerja di sejumlah perusahaan di negeri Paman Sam sebagai bekal pengalaman menjadi wirausaha. Setahun kemudian, Michelle kembali ke Indonesia dan mulai merintis bisnis yang menjadi cita-citanya.

Restoran cepat saji Chick 'n Roll semula bernama BonChon Chicken. BonChon adalah resto siap saji asal Korea dengan menu andalan ayam goreng renyah. "Saya beli lisensi BonChon langsung dari Korea dan mengajukan diri sebagai Master Franchise untuk wilayah Indonesia. Saya lihat orang Indonesia itu suka ayam goreng, apalagi ayam goreng tepung (fried chicken) dan nasi. Saya pikir pas banget kalau bawa BonChon ke Indonesia," ungkapnya.

Saat itu Michelle membuka gerai pertama BonChon Chicken di Mal Grand Indonesia. Seiring berjalannya waktu, restoran tersebut terus menjamur di berbagai mal premium Tanah Air.

Setelahnya, Michelle melakukan rebranding BonChon Chicken menjadi Chick 'n Roll serta mengubah konsep tiap gerainya.

Kini, total ada 26 gerai Chick 'n Roll yang beroperasi, tersebar di Jakarta, Surabaya, Malang, Bali, Makassar, Pare-pare, Banjarmasin, Solo, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Medan, Palembang, Cirebon, dan Samarinda.

Chick 'n Roll menawarkan aneka makanan cepat saji seperti paket ayam goreng renyah dengan aneka saus yang dibanderol mulai Rp 48.000 per porsi, serta menu lain seperti burger, chicken bites, chicken soup, spring roll, dan chick sticks.

Kritik Konsumen Jadi Momen Benahi Bisnis

Salah satu pengalaman berharga yang dimilikinya saat membangun bisnis restoran ayam siap saji ini adalah ketika Chick 'n Roll masih bernama BonChon Chicken.

Lantaran restoran ini diambil dari Korea Selatan, konsumennya mulai menjadi kritis dan menanyakan soal kehalalan produk makanan yang dijual Michelle.

Kritik ini mengalir deras pada periode 2016 lalu dari para konsumen BonChon Chicken yang beragama Islam. Michelle bilang, meningkatnya kesadaran masyarakat soal kehalalan produk makanan memang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. "Karena merek BonChon Chicken ini asing, mereka menuntut adanya label halal di semua restoran yang saya miliki ketika itu," tutur Michelle.

Menanggapi tuntutan tersebut, Michelle tidak berusaha untuk defensif atau membela diri karena restonya tersebut belum mengantongi sertifikasi halal meskipun sudah empat tahun beroperasi. Namun, Michelle berusaha memberi pengertian kepada konsumen yang kritis bahwa seluruh makanan di BonChon Chicken dijamin kehalalannya.

"Menurut saya wajar saja sih menanyakan kehalalan, karena BonChon sendiri dari Korea dan di Korea memang sebagian besar resto menggunakan produk non-halal. Tapi sebenarnya saat kami bawa ke Indonesia, BonChon tentu sudah halal, saya jamin itu," ungkap Michelle.

Tak ingin kritikan ini terus meluncur, pada Juni 2016, perempuan kelahiran 1988 ini melakukan rebranding BonChon menjadi Chick n Roll. Tak hanya melakukan rebranding, ia juga mengubah konsep interior restoran dan mengembangkan menu.

Selain itu, tentu saja Michelle juga mulai mengurus sertifikasi halal ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan memperoleh sertifikasi halal pada Februari 2017.

"Saya merombak desain interior resto, gayanya jadi lebih family friendly. Lalu, memodifikasi menunya. Waktu BonChon hanya ayam goreng renyah dengan bumbu ala Korea, kalau Chick 'n Roll menyediakan beragam pilihan saus," jelas Michelle.

Berawal dari kegemaran Michelle menyantap berbagai varian ayam goreng renyah dari berbagai negara, ia pun berkeinginan membuat olahan ayam goreng dengan aneka saus terbaik. Kini, Chick 'n Roll menawarkan enam macam jenis saus yang bisa menjadi pilihan bagi para konsumen, yakni Barbeque, Thai Garlic, Brazilian honey, Hawaiian mustard, Spicy Madagascar, dan Mandarin Flare.

Masing-masing saus memiliki keunikan tersendiri. Semua rasa menyatu dalam enam pilihan saus tersebut.

Tetap Eksis Berbekal Inovasi dan Ekspansi

Meski saat ini puluhan gerai Chick 'n Roll tersebar hampir di seluruh Indonesia, dia tetap terus melakukan inovasi. Baginya, inovasi adalah kunci mutlak untuk bisa bertahan dalam persaingan bisnis kuliner yang sangat ketat.

Inovasi yang Chick 'n Roll lakukan, misalnya, dengan memilih strategi jemput bola ke konsumen lewat konsep gerai bergerak food truck. Tak lama setelah mengantongi sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), tepatnya pada Februari 2017, Chick 'n Roll meluncurkan food truck perdananya. "Pertama kali meluncurkan food truck, kami beroperasi di Jakarta dan Bali," kata Michelle kepada KONTAN.

Dengan gerai berjalan tersebut, Michelle pun langsung menyambangi para calon konsumen Chick 'n Roll di beberapa tempat. Bisa di acara bazar atau event lainnya hingga ke area sekolah. Itu kalau di Jakarta. Sedangkan untuk yang ada di Bali, food truck Chick 'n Roll bertandang ke lokasi yang sedang mengadakan acara serta klub hiburan.

Bukan cuma melakukan inovasi pada konsep bisnis dan pemasaran, Michelle mengungkapkan, Chick 'n Roll juga rutin menghadirkan menu-menu baru. Setiap tiga bulan sekali, Chick 'n Roll merilis menu anyar. Tujuannya adalah, supaya konsumen tidak lekas bosan dengan menu yang telah tersedia di gerai.

Hasil dari berbagai inovasi tersebut, Michelle menilai, cukup positif buat pertumbuhan Chick 'n Roll. Bisnis restoran siap saji yang dia rintis punya kesempatan luas untuk berkembang. Ia pun menggelar ekspansi.

Lewat sistem franchise yang Michelle tawarkan, Chick 'n Roll bisa memiliki puluhan gerai di berbagai kota di tanah air. Tidak hanya di dalam negeri, tahun lalu, Chick 'n Roll ekspansi hingga ke negeri seberang.

Awalnya, Michelle membuka gerai perdana di Brunei Darussalam. Lantas, pertengahan tahun lalu ia ekspansi ke negeri jiran Malaysia dan Timur Tengah. "Di Malaysia ada tiga gerai dan di Mekkah ada satu gerai," sebut lulusan School of Business New York University-Leonard N Stern, Amerika Serikat, ini.

Memasuki 2019, Michelle ingin terus mengembangkan Chick 'n Roll. Semisal, memperbanyak gerai di luar negeri. Tujuannya, supaya merek restoran lokal asal Indonesia bisa lebih dikenal di berbagai negara. "Kemudian terus berinovasi, baik itu dari segi menu yang ada maupun dari sisi bisnisnya," imbuh Michelle.

Chick 'n Roll terus berinovasi dan berekspansi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×