Reporter: Pratama Guitarra, Marantina | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Budidaya ulat hongkong tidak begitu rumit. Asal lokasinya cocok dan pakannya mencukupi, ternak ulat ini sudah bisa dipanen dalam waktu sekitar tiga bulan.
Karena masa panennya cepat, banyak orang tertarik membudidayakan ulat hongkong. Namun, peternak kerap terkendala pemilihan lokasi yang kurang pas buat budidaya. Pasalnya, ulat ini hanya cocok dikembangkan di daerah dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Hari Wibowo, peternak ulat hongkong di Wajak, Jawa Timur mengatakan, ulat hongkong berkembang dengan maksimal jika diternakkan pada suhu 28 hingga 31 derajat celcius.
Makanya, tidak semua daerah di Indonesia cocok untuk beternak ulat hongkong. “Sebenarnya ada juga yang beternak ulat hongkong di Bandung, Cilacap, dan Solo tapi biaya produksi lebih tinggi karena mereka harus menyesuaikan kandang dengan suhu dataran tinggi,” ujarnya.
Selain suhu, pemberian pakan juga perlu diperhatikan. Hari sendiri memberi pakan berupa kulit gandum atau pollard yang sudah dicampur dengan ampas tahu dan sayuran, seperti pepaya muda dan labu.
Pakan pollard ini banyak dijual di pasaran seharga Rp 150.000 per sak dengan bobot mencapai 50 kilogram (kg). Dalam sebulan, ia bisa menghabiskan 20 sak pakan untuk kebutuhan empat kandang miliknya.
Supaya maksimal, kotak penyimpanan serangga penghasil ulat hongkong juga harus diperhatikan. Dalam satu kotak, tidak boleh diisi lebih dari 3 kg seranggga. “Kalau lebih dari itu, serangga susah bertelur dan hasilnya tidak maksimal,” imbuhnya.
Serangga yang bernama latin tenebrio molitor ini butuh waktu tiga hingga 3,5 bulan untuk bertelur. Serangga ini bisa bertelur hingga empat kali sebelum mati. Untuk serangga yang masuk kategori bibit unggulan, bisa bertelur lima kali.
Jefri, peternak ulat hongkong di Malang, Jawa Timur bilang, budidaya ulat hongkong tidak memerlukan tempat yang luas. Pemeliharaan serangga biasanya hanya menggunakan kayu kotak berukuran 60 centimeter (cm) x 40 cm. "Di dalam kotak itu dimasukan serangga, lalu serangga bertelur menghasilkan 200 sampai 300 butir telur," paparnya.
Siklus hidup ulat hongkong ada empat tahap. Yakni, serangga bertelur kemudian telur menjadi larva. Larva serangga inilah yang disebut ulat hongkong. Bila dibiarkan, larva berubah menjadi kepompong selama tujuh hari dan kemudian kembali menjadi serangga.
Selain pakan pokok, perlu juga diberikan pakan suplemen berupa sayuran dan buah. (Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News