Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini
Sentra sepeda bekas di Jalan Barito, Semarang, Jawa Tengah, tak pernah sepi pembeli. Sejak pindah lokasi dari Tawang ke Jalan Barito pada tahun 1985, para pedagang sepeda mengakui penjualan lebih laris dari biasanya.
Penjualan di Tawang tidak seramai sekarang karena daerah itu sering banjir. Saat ini, di tempat bekas pedagang sepeda itu mangkal telah dibuat kolam resapan yang berfungsi menampung air hujan untuk nantinya disalurkan ke daerah pertanian
Muslim Suteja, salah seorang pedagang sepeda, menyampaikan, saat pertama kali direlokasi ke Jalan Barito, penjualan belum terlalu ramai seperti sekarang. Sebab, saat itu, kondisi jalan belum diaspal dan lokasinya masih sepi.
Sejak diaspal pada tahun 1990-an, kawasan Jalan Barito ini pelan-pelan semakin ramai. Bahkan, sepanjang Jalan Barito kini sudah menjadi pusat perekonomian daerah Semarang Timur. Alhasil, kawasan ini pun terkenal di seantero Semarang dan kota-kota lain di Jawa Tengah.
Terbukti, konsumen sepeda di tempat ini bukan hanya didominasi warga Semarang saja. Banyak juga warga dari kota lain di Jawa Tengah, seperti Demak, Pati, Purwodadi, dan Pekalongan berburu sepeda di tempat ini.
Menurut Muslim, meski jumlah kendaraan bermotor terus bertambah, orang-orang di Semarang dan sekitarnya masih suka naik sepeda. Menurutnya, mayoritas anak-anak sekolah dan buruh pabrik masih suka naik sepeda ke sekolah atau tempat kerja. "Untuk yang suka naik sepeda dengan harga sepeda yang murah mereka pasti cari ke sini, " kata Muslim.
Selain menjual sepeda bekas, Muslim juga menyediakan jasa servis dan onderdil sepeda, seperti sadel sepeda, perangkat gear dan rantai, serta velg.
Ia menyediakan onderdil untuk untuk berbagai jenis sepeda. Bahkan, onderdil untuk sepeda tua juga tersedia di kiosnya. Tak heran, bila tokonya kerap disambangi para kolektor sepeda antik.
Muslim mengaku, mendapat pasokan sepeda berikut onderdil dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Paling banyak ia ambil dari daerah Pekalongan. Sebagian ada juga yang kulakan di Kendal, Kaliungu, dan Weleri.
Selain itu, ada juga yang didapatnya dari hasil tukar tambah dengan pelanggannya. Ia bahkan menerima sepeda dalam kondisi rusak total untuk ditukar tambah.
Oleh Muslim, sepeda rusak itu diperbaiki hingga kondisinya tampak baru lagi. Harga jualnya tentu menjadi tinggi lagi. Hampir semua penjual sepeda bekas di tempat ini memang ahli memperbaiki dan merakit sepeda.
Sama seperti Muslim, Budi Utomo juga ahli memperbaki dan merakit sepeda yang rusak. Bila pengunjung sedang sepi, sehari-hari ia sibuk memperbaiki sepeda rusak di kiosnya.
Utomo sendiri memperoleh pasokan sepeda dari Semarang, Ngaran, Murangken, dan Purwodadi. Sementara konsumennya kebanyakan warga Semarang dan sekitarnya. Paling jauh ia pernah melayani konsumen dari daerah Yogyakarta dan Surabaya.
Menurut Utomo, penjualan paling ramai di hari Minggu. Sepeda yang biasa dicari adalah sepeda jengki impor, seperti merek Phoenix atau Subaru. "Sepeda ini saya hargai Rp 700.000 per unit," katanya. n
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News