kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BIsnis alas kaki Kara & Putri beromzet ratusan juta


Minggu, 27 Mei 2018 / 12:05 WIB
BIsnis alas kaki Kara & Putri beromzet ratusan juta


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Dari obrolan tentang mimpi punya usaha sendiri, duo sahabat Kara Nugroho dan Putri Katianda menemukan sukses berbisnis sepatu. Mereka membesut sandal PVRA pada 2015 silam.  

Andalkan media sosial, keunikan sandal PVRA jadi kekuatannya. Kara memadukan bahan kulit asli dengan manik-manik, sehingga bisa dipakai untuk kasual atau pesta.  

Produksi pertamanya ludes terjual hanya dalam waktu tiga minggu. Sampai hari ini, penjualan sudah mencapai ribuan pasang. Bahkan, Kara terus mengembangkan produk. Kini, dia juga membuat sepatu high heels, flat, tas dan lainnya. Putri pun bilang, mereka tak hanya akan fokus untuk produk alaskaki tapi bakal berkembang untuk produk aksesoris.

Potensi pasar lokal yang sangat besar, mendorong dua sahabat ini khusus menggarap pasar Indonesia. Agar mudah ditemukan oleh konsumen, mereka menjalin kerjasama dengan pusat perbelanjaan di Jakarta, Bali, dan Bandung. Hanya saya sekitar 80% dari total penjualan masih berasal dari penjualan online (website).

Lainnya, dalam sebulan rata-rata total produksinya mencapai 1.000 -2.000 pasang alas kaki. Keduanya memilih menjalin mitra dengan perajin alas kaki di Jakarta dan luar kota, untuk memenuhi seluruh permintaan konsumen. Untuk pemasangan manik-manik, dan lainnya mereka dibantu oleh 40 orang karyawan.

Menyasar konsumen kalangan menengah, harga sepasang sandal atau sepatu PVRA mulai dari Rp 629.000 sampai Rp 999.000 per pasang. Sayang, mereka enggan menyebut jumlah keuntungan bersih yang berhasil dikantonginya.

Untuk urusan bahan baku, mereka menjalin kerjasama dengan pemasok lokal. Kulit asli dengan kualitas super digunakan untuk membuat produk alas kakinya sempurna dan nyaman saat dipakai.

Tumbuh secara organik dari media sosial, mereka memilih untuk memaksimalkan promosi melalui media digital seperti Instagram, Line Official, website, dan juga blog.

Kini, mereka pun juga berkolaborasi dengan e-commerce terbesar di Indonesia, Tokopedia dalam kampanye Be a Better You.

Kenyamanan produk menjadi keunggulan

Memulai usaha tak selalu harus dengan modal besar. Berbekal tekad dan modal Rp 10 juta, Kara Nugroho dan Putri Katianda mulai mewujudkan impiannya.

Modal tersebut dipakai untuk membuat sampel produk. Asal tahu saja, sandal manik-manik ini merupakan kolaborasi kesukaan keduanya, yaitu Kara yang menggemari sepatu dan Putri yang menyukai perhiasan.

Tahun pertama adalah momen terberat bagi kedua dara cantik ini. Mereka harus pintar membagi waktu untuk menemukan perajin yang cocok dengan keinginannya. Maklum, saat itu keduanya masih bekerja.

Lantaran ingin menghadirkan sandal yang benar-benar nyaman, revisi demi revisi pun terus dilakukan. Tak heran, tahap uji coba memakan waktu yang lama. Ada sekitar 50 pasang sepatu yang menjadi produk percobaan pada proses uji coba di tahun 2014 lalu.  

Setelah menemukan produk yang pas, lantas mereka menentukan strategi penjualan. Akun Instagram menjadi pilihan lapak PVRA. "Karena saat itu kami juga masih kerja. Jadi, sambil curi-curi waktu balesin chat konsumen," kenang Kara. Enam bulan kemudian, Kara dan Putri memutuskan berhenti kerja dan fokus berwirausaha karena bisnisnya terus berkembang.  

Laju roda bisnis PVRA cukup kencang. Order terus berdatangan dari ratusan hingga ribuan konsumen setiap ada peluncuran koleksi baru setiap bulan. Kara rutin membuat koleksi baru agar konsumen kembali berbelanja dan memberikan banyak variasi.

Dengan ribuan konsumen, Kara pun mulai kewalahan merespon pembeli. Komplain pun berdatangan karena lambatnya respon ini. Sebagai solusi, mereka mulai membuat platform e-commarce pribadi untuk membuat pelanggan lebih nyaman berbelanja.

Tak semudah yang dibayangkan saat peluncuran perdana platform sempat down karena terlalu banyak jumlah pengakses. Alhasil, laporan barang pesanan pun tidak terdata dengan benar dan lagi-lagi mereka mendapatkan banyak komplain dari pelanggan.

"Saat itu, ada ribuan transaksi yang berlangsung. Karena masalah itu, data barang pesanan mereka acak-acakan, hasilnya kita terima komplain banyak sekali," jelasnya.                       

Buka gerai fisik untuk promosi dan branding

Untuk memaksimalkan penjualan, Kara Nugroho dan Putri Katianda pun membuka toko fisik. Ia memilih pusat belanja di kota-kota besar. Saat ini, PVRA telah membuka gerainya di Jakarta, Bali dan Bandung.  

Kara mengatakan, langkah ini merupakan strategi untuk mendongkrak penjualan, sekaligus promosi dan branding mereknya. Sebab, sampai sekarang, online masih mendominasi penjualan sekitar 80%.

Menjalankan usaha memang tak gampang. Meski sudah mengantongi omzet ratusan juta, duo sahabat ini masih menemui kendala soal pengelolaan stok bulan Ramadan. "Kami mengejar produksi, karena kalau bulan puasa perajin kerjanya lebih santai," kata Kara.

Selain itu, Kara dan Putri juga menghadapi persaingan ketat bisnis fesyen. Maklum, jumlah pemain di sektor ini sudah cukup banyak. Untung, mereka justru mengambil nilai positif. "Persaingan membuat semakin bagus. Artinya, para pemain  bersama-sama majukan sektor ini," tambahnya.

Selain menjadi pelaku bisnis, dua dara cantik ini juga melakukan aksi sosial melalui pemberdayaan ibu rumah tangga. Mereka mempekerjakan sekitar 20 perempuan sebagai tenaga perajin manik-manik.

Mereka berharap aksi ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga di sekitar lokasi workshop-nya yang berada di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Para ibu rumah tangga yang bergabung dengan PVRA adalah mereka yang lulus dari masa pelatihan.

Sekadar info, kegiatan ini berawal dari banyaknya ibu-ibu yang menanyakan jenis usaha PVRA saat melewati lokasi workshop. Bahkan, tidak sedikit yang menanyakan, apakah ada pekerjaan untuk mereka.

Lantaran semakin banyak yang bertanya, mereka pun mulai berpikir untuk memperkerjakan sebagian dari mereka. "Awalnya kami menerima satu orang untuk membantu membersihkan sepatu," kata Kara pada KONTAN.

Namun, ternyata banyak ibu rumahtangga itu yang tertarik bergabung. Kara pun membuat program pelatihan memasang manik-manik untuk mereka. Lalu,  dari mereka yang berhasil lulus dapat bergabung dengan perusahaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×