Reporter: Handoyo, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi
Menjelang Lebaran, para produsen perlengkapan ibadah mengalami peningkatan penjualan. Tidak hanya para perajin sarung maupun jilbab, produsen baju gamis pun ikut ketiban rezeki. Mereka mengaku produksinya naik hingga dua kali lipat. Selain diminati konsumen dalam negeri, baju gamis ini juga mulai dilirik oleh pelanggan dari negeri tetangga.
Bulan suci Ramadan susah untuk dilewatkan begitu saja oleh para pelaku bisnis perlengkapan ibadah. Inilah saat mereka menggenjot produksi dan meningkatkan penjualan.
Lihat saja pengalaman Sandy Kostiana, pemilik usaha baji gamis bermerek Khalifa asal Bandung. Bagi Sandy, seperti di bulan-bulan suci sebelumnya, bulan suci kali ini juga saat yang manis untuk mendulang kenaikan omzet hingga berlipat-lipat.
Maklum, setiap kali mendekati hari raya, lonjakan permintaan baju gamis begitu besar. "Peningkatan produksi bisa dua kali lipat," ujar Sandy, yang memulai bisnis pembuatan baju gamis sejak 1999 ini.
Selain memproduksi dan memasarkan baju gamis di kota-kota besar di Indonesia, Sandy juga mengirimkan produknya hingga ke Malaysia. "Kami sudah memiliki distributor untuk pasar Kuala Lumpur," terangnya.
Meski demikian, penjualan utama Khalifa tetap saja di pusat grosir Tanah Abang. "Penjualan ke pedagang di Tanah Abang bisa mencapai 90% dari keseluruhan produksi," ujarnya.
Namun, seperti perlengkapan ibadah lainnya, penjualan baju gamis ini juga mengenal musim. "Sekarang ini status produksi sedang tinggi, namun dua bulan lagi produksi kita turun," jelas Sandy.
Di saat Ramadan, Sandy mampu memproduksi hingga 300 kodi tiap minggu. Padahal, pada bulan-bulan biasa produksinya hanya 50-100 kodi per minggu. Harga per kodi Rp 900.000 hingga Rp 1,5 juta. "Saya hanya melayani pembelian grosir," tutur Sandy.
Meski telah meningkatkan produksi, lanjut Sandy, ia belum bisa memenuhi seluruh permintaan. "Kami terkendala sumber daya manusia," keluh Sandy. Maklum, untuk saat ini ia hanya mempekerjakan 30 pekerja borongan.
Model baju gamis yang diproduksi Sandy juga beragam. Jika dihitung, sampai saat ini Sandy memiliki sekitar 15 model baju gamis, seperti gamis dengan model blus, gamis pakistan, gamis tunis, dan gamis kombinasi rok.
Menurut Sandy, gamis model tunis lebih disukai konsumen dalam negeri. Sedangkan pelanggan dari Negeri Jiran lebih suka model blus bercorak sederhana. Dalam sekali pembelian, para pelanggan baju gamis buatan Sandy bisa memborong 10-15 model baju yang berbeda.
Selain baju gamis untuk laki-laki, kini kaum hawa juga mulai menyukai baju gamis.
Lihat saja produk gamis Itang Yunaz. Melalui *Preview, Itang menawarkan beragam pilihan busana muslim siap pakai. Kini, *Preview memiliki 20 desain gamis untuk laki-laki dan 30 desain gamis untuk perempuan. Pada Ramadan ini, *Preview juga mengalami lonjakan penjualan.
Jasman Usman, Marketing dari Rumah Busana *Preview mengatakan, momen penjualan terbesar pakaian muslim, seperti gamis, terjadi di saat di bulan Ramadan. Menurut Jasman, kenaikan penjualan bisa mencapai 200%. "Tren pakaian muslim memang seperti itu," tuturnya.
Saat ini, di luar bulan Ramadan, *Preview mampu memproduksi baju gamis sebanyak 1.000 pieces per bulan, namun selama Ramadan produksi meningkat menjadi 1.200 pieces gamis per bulan.
Peningkatan permintaan baju muslim ini ternyata juga diiringi kenaikan harga bahan baku busana gamis. Pasalnya, pasokan bahan baku juga dipengaruhi oleh stok kapas dunia, khususnya kapas produksi Amerika. Tahun ini, kenaikan harga bahan baku pakaian yang cukup signifikan, mencapai 30%-40%.
Jasman pun mengaku, untuk produk baru busana gamis laki-laki dan perempuan, *Preview mematok harga sebesar Rp 275.000. Namun, khusus untuk harga busana gamis perempuan, dijual dengan harga Rp 350.000.
Desain gamis untuk perempuan memang lebih mahal karena menggunakan pilihan material yang lebih baik dan desain yang lebih apik, baik dari segi pemotongan atau cutting, aksesoris maupun aplikasi desain lainnya.
Menurut Jasman, harga ini pun sepadan. "Masyarakat masih dapat tampil prima mengenakan gamis, tanpa harus bayar mahal. Adalah sebuah kenyataan pahit bagi pelanggan jika harga harus dinaikkan, maka kami menggunakan trik untuk menyiasati kondisi ini," imbuhnya.
Jasman juga memastikan, omzet penjualan busana muslim gamis di *Preview dapat mencapai 12.000 pieces per tahun. Asumsi saja, jika permintaan busana ini mencapai 1.200 pieces per bulan, dengan harga ritel Rp 275.000 dan harga distributor Rp 200.000 maka omzet mencapai ratusan juta.
Di *Preview, Jasman bilang, mayoritas penjualan masih melalui tangan distributor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News