kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis bento sudah tidak sesedap seperti biasanya


Sabtu, 15 Februari 2020 / 09:10 WIB
Bisnis bento sudah tidak sesedap seperti biasanya


Reporter: Ratih Waseso, Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain sushi dan ramen, bento merupakan salah satu kuliner asal Jepang yang cukup banyak peminat di Indonesia. Bento yang berarti nasi kotak telah lama menghiasi pasar kuliner di tanah air. Bahkan, tak sedikit bento yang hadir dengan citarasa khas Indonesia.

Banyak pengusaha lokal yang merintis bisnis bento, kemudian menawarkan kemitraan kepada para investor yang berminat berbisnis kuliner Jepan itu. Dan, bento sempat booming di akhir 2000-an dan awal 2010-an.
 
Namun, bisnis bento sepertinya mulai mencapai titik jenuh dan sulit berinovasi, meskipun pemain baru tetap bermunculan. Hanya, kehadiran kuliner lain yang kekinian membuat bento agak tersingkir dari kompetisi bisnis makanan saat ini. Walau ada yang masih eksis, ada juga yang sudah tutup alias tak lagi beroperasi. Hal ini menandakan bisnis bento masih cukup potensial, asalkan dilakoni dengan berbagai inovasi.
 
KONTAN akan mengulas kembali bisnis dari para pemilik kemitraan bento di tanah air. Yakni, Zu Bento, Murashi Bento, dan Boyben. Simak ulasannya berikut: 
 
Zu Bento
 
Zu Bento adalah usaha kemitraan bento asal Yogyakarta yang beroperasi sejak 2011 silam. KONTAN sempat mengupasnya pada 2013 dan Zu Bento ketika itu memiliki 12 gerai mitra yang aktif dan berlokasi di Yogyakarta, Sragen, Tuban, serta Madiun. 
 
Mahendra, Franchise Manager Zu Bento, mengatakan, saat ini Zu Bento sudah tidak lagi menawarkan kemitraan. Zu Bento menyetop kemitraan sejak 2016 lalu. “Kami sudah tidak operasi lagi,” ungkapnya kepada KONTAN.
 
Menurut Mahendra, alasan tidak menawarkan kemitraan lagi karena pihaknya sedang menjalankan bisnis makanan lain, yakni olahan ayam. Sebab, makanan ini lebih mendongkrak penjualan dibandingkan dengan bento. “Bisnisnya sekarang ke olahan ayam dengan merek Quick Chicken,” sebut dia.
 
Dulu, tawaran kemitraan dari Zu Bento investasinya Rp 125 juta dan sudah mendapat fasilitas lengkap. Mulai perlengkapan dan peralatan usaha, media promosi, bahan baku awal, marketing, hingga training karyawan.
 
Para mitra Zu Bento pun tidak beroperasi lagi lantaran kesulitan bahan baku jika tidak mendapat pasokan dari pusat. Maklum, selama ini para mitra memang mengandalkan pasokan bahan baku dari manajemen pusat.
 
Mahendra berharap, dengan menjalani bisnis kuliner yang baru, usahanya bisa lebih berkembang dari bisnis bento. Quick Chicken juga menawarkan paket kemitraan agar ekspansinya bisa tersebar di kota-kota di Indonesia 
 
D'Chicken Area (Murashi Bento)
 
Pemain lainnya di usaha bento ialah Okki Indiyanto dengan label D'Chicken Area atau Murashi Bento. Bisnis ini berada di bawah bendera Salira Group yang berpusat di Bekasi, Jawa Barat.
 
Murashi Bento berdiri sejak 2014 dan mulai menawarkan kemitraan pada Februari 2015 lalu. Saat KONTAN mengulasnya pada Mei 2015, Murashi Bento memiliki dua gerai mitra yang berlokasi di Bekasi. Kini, hampir lima tahun berselang, Murashi Bento mengalami penambahan gerai mitra, meski tak tergolong agresif. Saat ini, ada empat gerai milik mitra yang bercokol di Bekasi dan Bandung.
 
Okki mengakui, saat ini penjualan bento sedang sepi lantaran banyak muncul kuliner baru yang sedang menjadi tren. Meski begitu, ia masih membuka penawaran Murashi Bento. Tetapi, "Sudah lama sepi yang minat Murashi Bento, sekarang sedang ramai kuliner seperti ayam krispi, bakso aci," katanya.
 
Menurut Okki, ada perubahan sedikit dari harga paket kemitraan Murashi Bento. Soalnya, model gerainya berubah. Namun, harga kemitraan bisa fleksibel sesuai dengan bujet yang mitra punya.
 
Sebelumnya, Okki menawarkan dua paket investasi Murashi Bento, yaitu Paket Mini Resto Rp 13,5 juta dan Paket Ecomini Rp 5,5 juta. Saat ini, ada tiga paket investasi sebesar Rp 7,5 juta, Rp 14 juta, dan Rp 45 juta.
 
Yang membedakan ketiga paket kemitraan tersebut adalah konsep gerai yang mitra dapatkan. Untuk paket Rp 14 juta, mitra akan memperoleh gerai berbahan baja ringan, sedangkan Rp 45 juta dapat gerai model kontainer.
 
Bicara kendala, Okki menuturkan, tak ada masalah yang krusial selama terus melakukan inovasi menu bento. "Karena masih bisa dibuat inovasi dengan model rice bowl atau yang lainnya," ucapnya.
 
Makanya, Murashi Bento tetap menghadirkan inovasi dari menunya. Ada japanese rice bowl seperti chicken curry rice, beef curry rice, serta katsu curry rice.
Sampai akhir tahun ini, Okki mengaku tak ngotot untuk mematok target penambahan jumlah mitra. Sebab, dia juga menangani kurang lebih 40 merek kemitraan di bawah
Salira Group.
 
Boyben
 
Bisnis ini milik Bhakti Desta Alamsyah di bawah naungan PT Best Brand Indonesia, yang menawarkan kemitraan  sejak awal 2018 lalu. 
 
Saat KONTAN menulisnya pada Desember 2018, Boyben sudah punya enam gerai mitra yang tersebar di Bogor, Jombang, Magelang, dan Manokwari. Kini, gerai mitra bertambah jadi sembilan di Sumatra, Kalimatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi. Tapi, ada lima calon mitra yang sedang dalam antrean untuk membuka outlet Boyben di Palembang, Lampung dan Banjarmasin.
 
Untuk paket kemitraan, Boyben menyebutkan, ada kenaikan harga mulai tahun ini. Di 2018 lalu, Boyben menawarkan kemitraan dengan investasi mulai Rp 125 juta sampai Rp 175 juta. Saat ini, paket investasi terdiri dari Mini Resto sebesar Rp 250 juta, Resto Rp 300 juta, dan Resto Cafe Rp 350 juta.
 
Selain paket investasi, ada perubahan pada luasan lokasi gerai, mulai dari 50 meter persegi (m²) hingga 150 m².
 
Cuma, selera anak muda kekinian yang relatif cepat berubah, Bhakti bilang, menjadi kendala bisnis. Menurutnya, bisnis kuliner bak rollercoaster atau kereta luncur yang mudah naik dan turun dalam waktu yang cepat.
 
Guna mengatasi kendala tersebut, Bhakti meluncurkan setiap bulan paling tidak satu menu baru. "Jadi, kalau ada menu baru, tampilan gerai juga dibuat seperti grand opening, ada balon-balon, misalnya, lalu ada promo di hari itu. Agar tiap bulan semangatnya seperti grand opening terus menerus," jelas Bhakti.
 
Menyasar konsumen kalangan menengah, harga menu di Boyben mulai Rp 18.000 sampai Rp 25.000 per porsi. Tersedia sekitar 50 menu, contohnya, chicken teriyaki, dan chicken katsu.
 
Sampai akhir tahun ini, Bhakti menargetkan setidaknya setiap bulan mampu menambah gerai minimal satu. Sehingga, total sampai akhir tahun ada sekitar 12 hingga 24 gerai Boyben baru buka.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×