kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis churros masih renyah dan legit


Minggu, 08 Juli 2018 / 16:05 WIB
Bisnis churros masih renyah dan legit


Reporter: Denisa Kusuma, Elisabeth Adventa, Puspita Saraswati, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID -  Perkembangan bisnis di sektor kuliner, khususnya bidang pastrie tergolong pesat. Tiga tahun ini, toko roti dan bisnis bakeri juga terus bermunculan. Salah satu jajanan berbahan dasar tepung yang sempat jadi tren adalah churros. Camilan asal Spanyol ini sempat booming di tahun 2015.

Bentuknya yang unik dan aneka saus sebagai topping membuat churros populer di kalangan anak muda. Sepanjang 2014 - 2016, gerai churros bermunculan. Banyak pelaku usahanya juga menawarkan kemitraan.

Namun, kini, churros mulai meredup. Adanya gempuran dari tren jajanan lain, seperti thai tea, banana nuget dan es kepal milo. Lantas, apakah bisnis churros masih bisa bertahan? Bagaimana kondisinya sekarang?

Review waralaba pekan ini akan mengulas soal itu. Ada tiga pemain yang bakal KONTAN bahas, yakni Churros Delicio, Chushy Churros dan Churrios Churros. Simak ulasannya :  

Churros Delicio

Berdiri sejak 2015, Churros Delicio punya dua gerai pribadi. Di tahun yang sama, Cahyo Adhi Wibowo, sang pemilik, berhasil mengembangkan gerainya di beberapa kota seperti Pangkal Pinang, Bali, Lampung dan Semarang.

Kini, sudah ada 18 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia. "Yang banyak, sih, di seputar Jawa, ada juga di Batam, Palu," kata Adhi.

Mulanya, Adhi menawarkan paket investasi senilai Rp 35 juta untuk tipe mini booth dan Rp 50 juta tipe mini island. Kini, dia mengganti paketnya. Yakni, paket non-booth ditawarkan dengan harga Rp 9,8 juta. sedangkan tipe booth Rp 15 juta.

Berubahnya skema investasi ini, karena Adhi mempertimbangkan konsep dan respon pasar. "Paket investasi Rp 35 juta yang dulu, itu untuk sewa indoor, tapi kami lihat responnya kurang bagus. Manajemen memutuskan untuk membuat konsep street food. Lebih baik buat paket investasi yang murah tapi banyak," terangnya.

Dengan perubahan ini, bisnis kemitraan semakin berkembang. Ia pun berharap, gerai churros-nya bisa mencapai ratusan. Saat ini, Adhi akan menambah enam gerai mitra di Batu, Ponorogo, Yogyakarta dan Bandung.

Model bisnisnya tidak banyak berubah. Ia tetap tak mengutip biaya royalti. Yang penting, supaya kualitas churros terjaga, mitra beli bahan baku dari pusat.

Namun, Adhi tak lagi menyediakan banyak varian topping. Dulu Churros Delicio punya empat rasa topping, seperti cokelat, keju, cappucino dan green tea. Kini, dia hanya menyediakan topping cokelat dan vanilla, yang lebih banyak diminati.

Rata-rata setiap mitra bisa menjual 50 porsi churros. Dengan harga Rp 15.000 per porsi, mitra pun bisa meraup omzet Rp 400.000-800.000 per hari atau Rp 12 juta-Rp 24 juta. pekiraan balik modalnya kurang dari setahun.  

Saat ini, mitranya di Palu sudah membuka tiga gerai.  Selain itu, gerai di Palu mencatatkan penjualan tertinggi dibandingkan gerai lainnya.

Chushy Churros

Usaha besutan Deny asal Jakarta ini nampak berkembang agresif. Pasca menawarkan kemitraan pada tahun 2016 lalu, mitra yang bergabung kini sudah ada 10 dengan lokasi tersebar di Semarang, Makasar, Cirebon, Lampung, Kupang, Pontianak, dan Palangkaraya.

"Tahun ini kami akan fokus untuk ekspansi gerai mitra, calon mitra pun sudah cukup banyak yang menghubungi," terang Deny.  

Selain itu, tidak ada perubahan yang dilakukan oleh Deny berkaitan dengan bisnisnya. Harga jual produk masih sama yaitu Rp 25.000 per porsi. Nilai kemitraannya pun masih sama, yaitu Rp 45 juta hingga Rp 65 juta.

Fasilitas yang didapatkan mitra adalah satu unit booth, perlengkapan masak lengkap, bahan baku awal, branding, sistem, pelatihan dan tambahan lainnya. Sehingga mitra cukup menyediakan tempat dan karyawan.

Deny mengaku, kendala yang dihadapainya adalah sulitnya mencari lokasi yang pas untuk gerai mitra. Maklum saja, tempat strategis menjadi kunci utama untuk mendapatkan omzet maksimal.

Untuk menggiring minat konsumen, Deny getol melakukan promosi di media sosial seperti Instagram dan juga menjalin kerjasama dengan beberapa bank untuk promo potongan harga atau lainnya."Sekarang kami juga sedang membenahi proposal dan terus meng-update desain booth agar tampak lebih fresh dan baru," tambahnya.

Bila saat ini fokus menambah jumlah gerai, tahun depan dia bakal memperkuat usaha dengan membenahi sistem serta melakukan inovasi produk. Tidak hanya itu, Deny bakal membuka satu cabang pribadi.   

Sekedar info, usaha kuliner ini sudah dibuka sejak tahun 2014 lalu dengan gerai pertamanya di Karawaci, Tangerang, Banten. Mendapatkan respon positif, selang dua tahun Deny mulai menawarkan kerjasama kemitraan.

Churrios Churros

Bisnis kemitraan churros besutan Ronald Andrian asal Semarang, Jawa Tengah ini berdiri sejak Mei 2013 dan  mulai menawarkan kemitraan sejak tahun 2014. Saat diulas KONTAN pada Juni 2016, Churrios Churros telah memiliki dua gerai yang terletak di sekitar Semarang. Satu gerai adalah milik pusat dan satu gerai lainnya milik mitra.

Dua tahun berjalan, Churrios Churros berhasil menambah satu gerai lagi. “Jadi saat ini, total gerai Churrios Churros ada tiga, semua masih di Semarang. Ada di Pasar Semawis, DP Mall Semarang dan Tembalang," kata Ronald.   

Tidak banyak perubahan yang dilakukan oleh Ronald. Bahkan, paket investasi yang ditawarkan masih sama, yakni paket outdoor untuk street food mulai Rp 40 juta dan paket indoor untuk di area mal atau pusat perbelanjaan mulai Rp 60 juta. Dengan modal tersebut, mitra bakal mendapat fasilitas 1 buah booth/gerobak, peralatan usaha lengkap, mesin pembuat churros, pelatihan karyawan, media promosi dan bahan baku awal.

Ditanya soal kendala selama menjalankan bisnis kemitraan churros, Ronald mengaku ada keterbatasan dalam mengenalkan produk ke pasar saat awal berbisnis. Ia mengatakan, camilan asal negeri matador ini masih tergolong kuliner baru di Indonesia.

Awal-awal memang harus kerja keras untuk mengenalkan churros ke pasar. "Tapi setelah bisnis ini jalan, selama mitra mematuhi SOP yang kami buat dan aktif juga untuk promosi gerainya sendiri, saya rasa belum ada kendala yang gimana banget," jelas Ronald.

Ia pun menekankan bahwa bisnis churros bukanlah bisnis musiman atau hanya sekadar ikut tren. Buktinya, Churrios Churros bisa terus eksis berdiri selama lima tahun. Dan seiring berjalannya waktu, Ronald mengatakan jajanan churros sudah mulai diterima pasar. Bahkan, banyak konsumennya yang kembali untuk merasakan kenikmatan churros yang ditawarkan dengan 15 topping saus ini.

"Kalau di Pasar Semawis, churros saya ini dibuat branding. Maksudnya, kalau ke Semawis harus makan churros," tuturnya. Ronald mengaku, aktif juga dalam melakukan inovasi menu baru. Selain itu, ia juga terus aktif berpromosi lewat sosial media dan endorse sejumlah food blogger.

Ditanya soal target tahun ini, Ronald berencana menambah satu hingga dua gerai Churrios Churros di Semarang. Ia pun ingin fokus melebarkan sayap kemitraan ke luar kota Atlas ini. "Untuk Semarang memang saya batasi gerai Churrios Churros, agar tidak terlalu banyak. Jadi, pasarnya tidak terbagi-bagi," tutupnya.                                   

Alasan memilih lokasi harus jelas

Pengamat waralaba Djoko Kurniawan menilai, bisnis churros masih bisa hidup dan terus berkembang. Menanggapi kendala para pelaku usaha kemitraan maupun franchise dalam mencari tempat usaha yang pas, Djoko pun membagi strategi.

Menurutnya, kendala pemilihan lokasi tidak akan terjadi bila pelaku bisnis punya dasar kuat soal pemilihan lokasi. Pemilihan lokasi sebenarnya bisa dihitung secara kuantitatif. "Tidak bisa hanya berdasarkan feeling atau suka dan tidak, tetapi harus ada alasan yang jelas," terangnya.

Sedangkan persoalan klasik turnover karyawan yang tinggi, Djoko menjelaskan hal itu terjadi karena gaji yang kurang layak. Ia pun menegaskan, jangan pernah berharap karyawan akan bekerja lama dengan standar gaji yang rendah. "Jika bisnis tidak bisa menggaji karyawan secara layak sebaiknya jangan cari mitra," tandasnya.

Selain itu, menurut Djoko, turnover yang tinggi juga disebabkan karena pengelolaan SDM yang buruk. Penghargaan yang kurang terhadap karyawan menyebabkan ikatan antara karyawan dan pemilik bisnis tidak kuat. Intinya, supaya turnover tidak tinggi, ia mengungkapkan, para pelaku usaha harus bisa memanusiakan manusia dan membangun manusia melalui bisnis. Bukan membangun bisnis melalui manusia.

"Pelaku bisnis harus memikirkan bisnisnya secara serius dan jangan terjebak pada kegiatan operasional yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh tim. Pola pikir 'harus membuat mitra sukses' juga harus ada di hati pemilik bisnis waralaba. Salah satu caranya ya mengelola SDM dengan baik," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×