kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.616   19,00   0,11%
  • IDX 6.938   105,33   1,54%
  • KOMPAS100 1.005   17,61   1,78%
  • LQ45 780   14,35   1,87%
  • ISSI 220   2,21   1,02%
  • IDX30 404   7,23   1,82%
  • IDXHIDIV20 476   9,05   1,94%
  • IDX80 113   1,75   1,57%
  • IDXV30 116   1,43   1,25%
  • IDXQ30 132   2,82   2,18%

Bisnis es kering yang labanya basah


Rabu, 18 Maret 2015 / 10:05 WIB
Bisnis es kering yang labanya basah
ILUSTRASI. Suasana pencatatan perdana saham sejumlah emiten baru di Bursa Efek Indonesia. Sejumlah Perusahaan Ini Bakal Melantai di BEI, Cek yang Paling Menarik Dikoleksi


Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi

Agar makanan bertahan lama, ada cara tertentu yang harus dilakukan. Cara ini haruslah alami agartidak membahayakan orang yang mengonsumsi makanan itu. Salah satu caran mengawetkan makanan adalah dengan membekukannya.

Pembekuan merupakan proses yang umum dilakukan, baik ketika menyimpan maupun mengantarkan makanan. Dus, ketika dikonsumsi, makanan masih segar. Banyak cara yang bisa digunakan untuk membekukan makanan. Salah satu jurus membekukan makanan yang populer adalah menggunakan dry ice atau es kering.

Penggunaan es kering bisa menurunkan suhu secara tidak langsung di ruangan penyimpanan. Proses ini membuat suhu makanan juga berkurang hingga makanan bisa awet. Es kering dipercaya lebih ampuh dibandingkan dengan es batu. Pasalnya, es batu hanya mampu membuat suhu turun sekitar minus 3º Celsius (C). Sementara dengan es kering, suhu bisa diturunkan hingga minus 78º C.

Berbeda dengan es batu yang terbuat dari air, es kering dibuat dari bahan baku karbondioksida (CO2) yang dipadatkan. Pengawetan dengan es kering lazim dilakukan terutama pada ikan karena rentan membusuk. “Setelah ditangkap nelayan, ikan-ikan yang akan diekspor harus disimpan bersamaan dengan dry ice jadi bisa tetap segar ketika sampai di luar negeri,” ujar Fanny Iskandar, Direktur PT Padang Kencana.

Fanny mengatakan, pembekuan dengan es kering kerap digunakan pada ikan tuna yang diekspor segar alias belum dipotong-potong. Di dalam insang ikan dimasukkan sebongkah es kering. Dengan begitu, ketika ikan tuna tiba di Jepang, ikan masih utuh dan segar.

Padang Kencana memproduksi es kering sejak awal 2004. Fanny menceritakan, dia mengambil alih perusahaan pembuat es kering lalu dilanjutkan dengan bendera Padang Kencana. Dengan demikian, secara otomatis, Fanny pun sudah mendapatkan pasar dari perusahaan sebelumnya. “Kami lanjutkan memproduksi es kering karena memang permintaannya bagus,” ujar Fanny.

Ia menuturkan, dulunya hanya ada dua produsen es kering di Jakarta. Dus, persaingan tak terlalu ketat. Di sisi lain, permintaan pasar sangat bagus.

Kini, sudah ada beberapa pemain baru sehingga persaingan jadi ketat. Namun, pasar untuk bisnis ini pun semakin besar. “Peluang untuk pemain baru pun masih ada,” ucap dia.

Saban tahun, permintaan es kering bisa bertumbuh hingga 20%. Akan tetapi, Fanny mengakui, pasar terbesar untuk es kering masih terbatas di Jabodetabek. Pasalnya, ekspor ikan masih terpusat di daerah ini. “Sejauh ini yang menggunakan dry ice untuk mengawetkan ikan baru di Jabodetabek dan Bali, selain itu belum ada permintaan,” katanya. Namun, di samping untuk mengawetkan ikan, es kering juga kerap digunakan pada industri makanan lain, seperti es krim.

Fanny mengemas es kering dalam kotak styrofoam dan poliuretan (polyurethane)  dalam berbagai ukuran, mulai 50 kg, 100 kg, sampai 250 kg. Adapun bentuknya berupa es kering balok dan pelet atau butiran.

Biasanya, es kering dengan bentuk balok digunakan untuk membekukan makanan, khususnya ikan. Padang Kencana membanderol es kering balok dengan kisaran harga Rp 8.000–Rp 12.000 per kg. Sementara, harga es butiran ada di kisaran Rp 10.000–Rp 15.000 per kg. “Es kering berbentuk pelet biasanya untuk pembersihan atau cleaning,” cetus Fanny.

Fanny menyebutkan persentase permintaan es butiran dan balok di Padang Kencana sebanyak 75% dan 25%. “Lantaran kami yang mempelopori es kering pelet jadi sekarang permintaan terbanyak jatuh pada produk tersebut,” ungkapnya.

Kapasitas produksi es kering di Padang Kencana kini pada kisaran 2 ton–2,5 ton per hari. Dari usaha ini, PT Padang Kencana bisa meraup omzet
Rp 1 miliar–Rp 1,2 miliar saban bulan. Sementara, margin keuntungan usaha es kering, kata Fanny, bisa dua kali hingga tiga kali lipat dari harga bahan baku.

Dry ice blasting

Ternyata es kering tak hanya bisa dimanfaatkan untuk mengawetkan makanan. Selama beberapa tahun terakhir, es kering juga digunakan untuk membersihkan mesin dari kotoran atau karat. Es kering disemprotkan pada mesin yang kotor atau berkarat. Metode ini efektif karena bisa menjangkau celah yang sulit dijangkau jika dibersihkan dengan cara lain.

Fanny mengatakan, dulunya proses pembersihkan yang juga akrab dengan nama peledakan (blasting) ini menggunakan pasir. Akan tetapi, pasir justru merepotkan karena setelah peledakan dilakukan, pasir harus dibersihkan juga. “Sementara kalau menggunakan es kering, tidak perlu dibersihkan dua kali karena es menguap,” jelasnya.

Dus, sejak 2010, Fanny menambah lini bisnis dry ice blasting. Proses peledakan ini menggunakan es kering butiran. Untuk peledakan ini dipakai mesin blasting dan kompresor.

Prosesnya sederhana saja. Es kering dihantamkan pada permukaan mesin yang ingin dibersihkan. Dry ice yang menempel secara bersamaan mengangkat kontaminan atau kotoran dari permukaan mesin. Suhu yang rendah juga membuat es kering lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri pada mesin.

Fanny menceritakan, permintaan untuk es kering butiran muncul pada 2006. Saat itu, ia baru mengetahui bahwa salah satu konsumennya memakai es kering untuk membersihkan mesin. Lantaran es kering hanya berbentuk balok, si pembeli pun harus menyerut es kering hingga berbentuk butiran. “Metode dry ice blasting ini sudah lama ditemukan di luar negeri, tapi di Indonesia baru ada pada 2006,” kata Fanny.

Dari situ, Fanny melihat peluang untuk memproduksi es kering butiran. Dia juga menyediakan jasa membersihkan mesin dengan es kering. Jadi, Padang Kencana menyediakan es kering dan jasa dry ice blasting.

Dari satu customer, akhirnya banyak pemakai jasa ini. Hanya, Fanny bilang, konsumen rutin jasa dry ice blasting baru ada di Jabodetabek. “Yang tidak rutin ada banyak di luar Jawa, tapi kami hanya mengirimkan es kering dan tim pembersih untuk datang ke lokasi,” ujarnya.

Berikut tarif yang dikenakan Padang Kencana untuk klien yang membutuhkan jasa dry ice blasting. Sewa mesin blasting per hari berkisar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta, sementara tenaga kerja per sif Rp 2 juta–Rp 3 juta, serta penggunaan mesin kompresor Rp 5 juta sampai Rp 8 juta per hari.

Kebutuhan es kering untuk proses ini beragam, tergantung dari kondisi mesin yang harus dibersihkan. Biasanya, tiap jam, es kering yang digunakan sekitar butuh 30 kg–60 kg. Semakin besar mesin yang dibersihkan, area yang dibersihkan pun semakin luas. Dengan kata lain, kebutuhan es keringnya juga tambah banyak.

Investasi besar

Anda juga ingin menggeluti usaha ini? Fanny menuturkan saat ini Padang Kencana tak lagi menemui kesulitan pada proses produksi es kering. Namun, ia masih terkendala bahan baku pembuatan es kering, yakni karbondioksida likuid.

Saat ini harga bahan baku karbondioksida likuid sekitar Rp 4.000 per kg. Akan tetapi, jika bahan baku tengah langka, harganya bisa naik hingga dua kali lipat. “Di Indonesia sering terjadi kelangkaan bahan baku, jadi terkadang saya harus impor,” ungkap dia.

Fanny bilang, sejatinya tidak ada ilmu khusus dalam usaha pembuatan es kering. Namun, yang harus jadi perhatian ialah manajemen bahan baku dan produk jadi. Karena terbuat dari karbondioksida, es kering rentan menguap. Dengan kata lain, produk ini tidak bisa disimpan dalam jangka lama. “Produk ini tidak bisa distok. Kebutuhan esok hari dibuat hari ini, lalu langsung dikirim semua besok,” tuturnya.

Manajemen harus rapi karena produk yang tak laku pasti habis menguap. Alhasil, laba akan ikut menguap. Adapun bahan baku berupa CO2 likuid pun tak bisa disimpan terlalu lama. Bahan baku hanya bisa disimpan sekitar sebulan.

Dari supplier, bahan baku dikirimkan di dalam tangki. Lalu CO2 likuid ditransfer ke tangki (storage tank) milik Padang Kencana. Selanjutnya, bahan baku langsung diolah menjadi es kering melalui mesin dry ice. Selanjutnya, ada juga bahan baku yang dibelokkan ke mesin recovery. Mesin ini mengolah lagi CO2 likuid agar semua bahan baku bisa diubah menjadi es kering.

Fanny mengatakan, semua mesin yang digunakan untuk membuat es kering harus diimpor. Salah satu mesin yang bagus berasal dari Jerman. Akan tetapi, untuk harga yang lebih murah, mesin bisa diimpor dari China. “Setahu saya, mesin dari China lebih murah saat beli, tapi butuh biaya cukup besar untuk merawatnya,” kata dia.

Dari semua peralatan yang digunakan, mesin recovery merupakan mesin yang paling mahal. Bahkan, 70% dari investasi awal jatuh pada pembelian mesin ini. Harganya sekitar Rp 5 miliar. Namun, mesin ini memang sangat berjasa untuk mendongkrak produksi.

Bayangkan, tanpa mesin recovery, untuk membuat 1 kg es kering butuh 2,5 kg bahan baku. “Dengan mesin ini, saya hanya butuh 1,1 kg CO2 likuid untuk produksi 1 kg dry ice. Jadi, hemat bahan baku,” ungkapnya.

Dus, menurut hitungan Fanny, modal yang diperlukan untuk merintis usaha ini Rp 10 miliar–Rp 15 miliar. Sebagian besar modal itu digunakan untuk membeli mesin dan peralatan. Sisanya untuk membangun pabrik. Padang Kencana dibangun di lahan seluas 600 m2. “Luas lahan ini sudah mencukupi karena mesin untuk membuat es kering tak terlalu besar juga,” ucap Fanny.

Bisa sebagai agen distributor

Es kering sangat berguna dalam pengawetan makanan. Dry ice lebih tahan lama dibanding dengan es biasa. Keunggulan lain es kering adalah tidak mengubah citarasa produk makanan. Dengan berbagai kelebihan tersebut, tak heran jika permintaan es kering tak pernah berhenti.

Direktur PT Padang Kencana Fanny Iskandar menuturkan, tak mudah jadi produsen es kering di Indonesia. Jika tak punya pasokan bahan baku yang konsisten, akan sulit jadi produsen. Tak heran jika produsen es kering di dalam negeri bisa dihitung dengan jari tangan.

Namun jangan patah semangat dulu. Bila masih tertarik menggeluti usaha ini, Anda bisa memulai sebagai agen. Ahmad Azhar sudah terjun sebagai distributor es kering sejak 1999. Ia memasok es kering dari PT Samator Group dan PT Petrokimia Gresik. Sayangnya, dua perusahaan itu sudah tak lagi menambah jaringan distributor. Akan tetapi, masih ada potensi untuk menjadi agen dari produsen lain. Ahmad bilang, banyak industri makanan yang masih bergantung pada es kering. Misalnya saja kafe atau restoran di kota-kota besar.

Dalam sehari, Ahmad mengirimkan satu ton es kering pada customer. Ia membanderol es kering Rp 13.000 per kg. Dalam sebulan, ia bisa menjual 40 ton es kering. Dus, ia bisa mengantongi omzet Rp 50 juta dari usaha ini. Adapun laba bersihnya di bawah 20%. “Permintaannya masih banyak, tapi kalau mau mulai usaha ini harus kerja sama produsen langsung atau pemasok bahan baku yang sudah konsisten,” ungkapnya.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×