kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis es krim potong terus menebal


Minggu, 22 Februari 2015 / 16:55 WIB
Bisnis es krim potong terus menebal
ILUSTRASI. KarirLab kembali menggelar Program Beasiswa KarirLab (PBKL) Batch 4 bagi mahasiswa.


Reporter: Izzatul Mazidah, Rani Nossar, Tri Sulistiowati, Yuthi Fatimah | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Produk makanan pencuci mulut seperti es krim selalu diminati banyak orang di negeri ini. Maklum saja, iklim tropis membuat masyarakat menggemari kudapan yang menyegarkan kala cuaca sedang panas. Salah satu kudapan es krim yang sedang naik daun belakangan ini adalah jenis es krim potong Singapura.

Kekhasan es krim ini terletak pada penyajiannya dibungkus dengan roti. Isian es krim pun makin hari kian beragam. Permintaannya yang tinggi membuat banyak usaha es krim potong singapura yang muncul sekaligus menawarkan kemitraan usaha dalam beberapa tahun terakhir.  

Kali ini KONTAN akan mengulas perkembangan beberapa merek es krim potong yang pernah dibahas seperti Sweety Freezy, Tiny Bite, dan Fruitzee. Secara umum, usaha es krim potong ini terus berkembang, seiring penambahan jumlah mitra usaha. Simak ulasan lengkapnya sebagai berikut:

Pesatnya usaha es krim potong Singapura ini terlihat dari bertambahnya jumlah gerai dari setiap merek usaha yang sebelumnya pernah KONTAN ulas. Untuk dapat bertahan, banyak cara yang dilakukan oleh para pelaku usaha tersebut. Mulai dari menawarkan harga promo investasi dan menambah varian rasa.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perkembangan usaha kemitraan es krim potong ala Singapura, KONTAN akan mengulas tiga pemain yang pernah di tulis sebelumnya, yakni Sweety Freezy, Tiny Bite, dan Fruitzee.

Sweety Freezy

Usaha ini didirikan pada November 2014 oleh Parvez Ghomann di Jakarta. Saat KONTAN mengulas tawaran usaha Sweety Freezy pada awal Januari 2015, Parvez sudah mendapatkan empat mitra usaha.

Dua bulan berselang,  jumlah gerai Sweety Freezy milik mitra masih sama yang berlokasi di Jakarta, Depok, Bogor, dan Bandung. Namun, gerai milik pusat bertambah satu.  

Sementara untuk paket investasi, Parvez bilang, belum ada perubahan, masih sama seharga Rp 40 juta. Namun, sejak awal Februari ini, dia menawarkan harga promo investasi sebesar Rp 25 juta dan Rp 15 juta. Harga promo tersebut berlaku hingga April tahun ini.

Fasilitas yang diperoleh mitra dari investasi sebesar Rp 25 juta sama dengan jumlah investasi dari paket normal yang seharga Rp 40 juta. Mitra akan mendapatkan booth, freezer, seragam pegawai, peralatan, banner, sticker, dan bahan baku awal es krim. Fasilitas yang diperoleh untuk investasi senilai Rp 15 juta juga hampir sama. Hanya saja, mitra tidak memperoleh bahan baku es krim beserta pelengkapnya.   

Harga jual produk saat ini masih sama di kisaran Rp 13.000−Rp 15.000 per porsi. Varian yang dijual juga masih sekitar 20 varian rasa, seperti rasa nangka, taro, alpukat, cookies and cream, matcha green tea, coconut, mint, dan banyak lagi.

Parvez  bilang, bisnis ini cukup menguntungkan karena mitra dapat mengantongi laba bersih mencapai 50% dari omzet. Meskipun demikian, kendala yang dia alami saat ini adalah mengakomodir calon mitra yang berada di jauh di luar kota Jakarta. "Saat ini belum memungkinkan untuk mengirimkan produk kami ke daerah seperti Sulawesi, NTT, Pekanbaru karena bahan baku yang tidak bisa tahan lama untuk pengiriman," ujarnya. Selain itu, di musim penghujan seperti sekarang membuat penjualan sedikit menurun.

Tiny Bite

Gerai es krim potong besutan dua bersaudara Rony Wijaya dan Tommy Wijaya ini berdiri pada Mei 2014 lalu. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraannya pada September 2014 lalu, sudah ada 10 gerai mitra yang tersebar di Jabodetabek. Kini, mitra Tiny Bite bertambah hingga mencapai 20 gerai.

Tommy sengaja tidak membuka gerai sendiri, namun hanya fokus memproduksi bahan baku di tempat usahanya di Jembatan Lima, Jakarta Barat.
Untuk paket investasi, ada sedikit perubahan. Sebelumnya dia menawarkan paket investasi senilai Rp 5 juta tanpa booth dan Rp 6 juta dengan booth. Namun kini Tommy mengubah paket kedua menjadi Rp 12 juta. Kenaikan ini disebabkan karena dia mengubah desain booth menjadi lebih menarik daripada sebelumnya.

Sementara untuk fasilitas lainnya masih sama. Mitra akan mendapatkan gerobak, peralatan, dan perlengkapan pendukung seperti freezer box, peralatan usaha, bahan baku awal serta pelatihan karyawan.

Harga jual produk Tiny Bite berkisaran Rp 7.000−Rp 10.000 per porsi. Dalam seharinya, Tommy menargetkan  satu gerai dapat menjual 50 sampai 100 potong es per hari. Dengan omzet Rp 12 juta per bulan, mitra diprediksi bisa balik modal dalam waktu sekitar tiga bulan.  

Kendala selama ini yang dia hadapi adalah pengiriman bahan baku ke lokasi mitra yang jauh dari pusat. Sebab, bahan baku tidak  bisa tahan lama di perjalanan. "Maka untuk sementara, ini kami masih fokus untuk mitra yang lokasinya tidak terlalu jauh dengan pusat," kata Tommy.

Hingga akhir Desember 2015, Tommy menargetkan bisa menambah jumlah gerai hingga 50 unit.

Fruitzee

Salah satu merek es krim potong lainnya adalah Fruitzee besutan Yona Adiprasetya. Wanita asal Yogyakarta ini mendirikan Fruitzee sejak Juni 2013 dan mulai menawarkan kemitraan pada April 2014 lalu.

Saat KONTAN mengulas tawaran kemitraan usaha pada Oktober 2014 lalu, sudah ada delapan mitra usaha yang begabung. Beberapa mitra berlokasi di Jakarta, Palembang, Magelang, dan Balikpapan. Kini, gerainya sudah berkembang menjadi 30 unit, yaitu lima gerai milik pribadi dan sisa sebanyak 25 gerai merupakan milik mitra. Gerai-gerai tersebut tersebar di Yogyakarta, Palembang, Padang, Jambi, Pontianak, Palangkaraya, Samarinda dan Makassar.

Fruitzee awalnya menawarkan 16 varian rasa es krim, di antaranya chocolate favorite, vanila chocolate, durian mania, dan lainnya. Namun sejak awal tahun ini, Fruitzee menambah empat varian rasa baru yaitu rasa vanilla red bean, avocado coffee, manggo dan taro.

Meski harga bahan baku sudah mengalami kenaikan, namun Yona tetap membanderol harga es krim potong jualannya di kisaran Rp 11.000 hingga Rp 13.000 per potong. "Belum akan menaikkan harga agar tetap bisa kompetitif dengan lainnya," ujarnya.

Nilai paket investasi pun tetap tidak berubah, tetap di harga Rp 95 juta. Dengan modal sebesar itu, mitra mendapatkan bahan baku awal, branding, booth permanen dan booth keliling, serta perlengkapan usaha lainnya.

Untuk menjaga kualitas rasa dan produk, Fruitzee mewajibkan seluruh mitranya membeli bahan baku dari pusat. Lalu untuk target mitra, Yona mengaku tidak memiliki target khusus. Dia bilang, yang terpenting adalah menjaga mitra yang sudah ada agar tetap konsisten dan selalu menjaga kualitas rasa sesuai standar.

Agar terus berkembang, promosi yang gencar dilakukan Yona adalah berpromosi lewat situs dan media sosial. Namun ada juga mitra yang memasarkan dari mulut ke mulut. Setelah sukses berjualan es potong Fruitzee, mitra usaha yang datang sebagian besar datang dari para rekanan mitra yang sebelumnya sudah bergabung. Yona beranggapan, prospek bisnis es potong Singapura saat ini masih bagus. Dia mengaku belum merasakan kendala berarti dalam usahannya.     

Konsultan usaha Proverb Consulting, Erwin Halim menilai, potensi bisnis es potong masih bagus. Usaha makanan penutup ini juga cocok untuk bisnis jangka panjang.  Eksistensi usaha ini didukung dengan kualitas produk yang diterima masyarakat  dan konsisten. Meski prospek pasarnya bagus, namun persaingan usaha kini sudah makin  ketat karena makin banyak pelaku usaha baru yang bermunculan.

Oleh sebab itu, para pemilik usaha harus terus melakukan inovasi produk untuk menarik perhatian konsumen. Sehingga produk yang jual tidak hanya laris ketika sedang naik daun, tapi juga bisa bertahan setelah booming berakhir. Selain itu, mereka juga  harus membuat produk yang berbeda dengan lainnya.
Tidak hanya itu, para mitra usaha dan pemilik merek harus melakukan upaya branding yang gencar. Salah satu cara misalnya  melakukan bundling produk dengan restoran yang cukup populer.

Usaha es potong ini tidak hanya cocok untuk dibuka di kota besar tetapi juga cocok untuk dibuka di daerah-daerah sepert Solo, Kalimantan, Sulawesi, dan wilayah lainnya.

Asalkan produk es potong disesuaikan dengan cita rasa daerah masing-masing sehingga, dapat dengan mudah diterima oleh konsumen.
Untuk kendala pendistribusian bahan baku yang cukup sulit lantaran sifat bahan baku yang tidak tahan lama, Erwin menyarankan para pemilik waralaba membuka cabang atau master franchise untuk memudahkan pengaturan kebutuhan bahan baku mitra yang berada di wilayah sekitarnya.  n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×