Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Menjalani hidup yang sehat dan bugar menjadi impian banyak orang. Namun bagi sebagian kalangan, berolah raga secara teratur di area terbuka mustahil dilakukan dengan alasan sibuk. Alhasil pusat kebugaran atau fitness center menjadi solusi yang dipilih.
Para pelaku usaha tempat kebugaran, baik waralaba ataupun nonwaralaba mengakui, nge-gym telah menjadi gaya hidup masyarakat, mulai dari kalangan mahasiswa hingga profesional maupun pengusaha. Namun perkembangan mitra dan cabang mereka melambat.
Berikut ulasan dan perkembangan terbaru dari waralaba fitness center yang pernah diulas KONTAN, yakni Sinergi Fitness Center (SFC) di Jakarta dan Rebel Gym di Bandung, serta fitness center nonwaralaba, Fitness First. Ini sebagai gambaran mengenai bisnis fitness secara keseluruhan.
• Sinergi Fitness Center (SFC) Jakarta
Pada Mei 2009 lalu, KONTAN pernah mengulas tentang waralaba yang berdiri sejak tahun 1999 ini. Kala itu waralaba yang memiliki nama resmi Sinergi Fitness Center (SFC) ini telah memiliki delapan mitra dan saat ini jumlahnya menjadi sembilan mitra.
Iwan Kumara, General Manager SFC, mengatakan, perkembangan jumlah mitranya memang stagnan karena pasar di Jawa sudah jenuh. Bahkan beberapa mitranya di Jakarta, Bandung dan Semarang memilih menutup usahanya.
Selain itu, menurut Iwan, berkurangnya jumlah mitra di Jawa karena kesulitan mendapatkan pasar sesuai sasaran yakni kalangan menengah. "Rupanya kalangan menengah di wilayah itu belum sadar nge-gym," imbuh Iwan.
Maka itu, SFC kini memilih menyasar pasar luar Jawa terutama kawasan Indonesia timur. "Kami menyasar target yang lain," katanya.
Hasilnya, kini dia sudah mendapatkan mitra baru di Sumatra, Kalimantan dan Papua. Ia melihat, pasar di luar Jawa cukup cerah.
Apalagi saat ini tempat fitness di sana kerap menjadi arena bertemu kerabat. "Tempat fitness jadi gaya hidup. Tapi kami tetap berusaha menjaga ritme usaha kami sebagai tempat olah raga," kata Iwan.
Agar menarik bagi mitra, Iwan juga mengubah strategi bisnisnya. Bila 2009 lalu, SFC mewajibkan para mitra yang akan bergabung menyetorkan uang senilai Rp 99,5 juta, sekarang, calon mitra SFC bisa menginvestasikan dananya secara fleksibel. "Kami bisa memfasilitasi mitra yang ingin membuka tempat fitness dengan modal mulai dari Rp 100 juta hingga tak terbatas, jadi lebih fleksibel," ujarnya.
Nilai investasi itu menentukan jumlah peralatan yang akan diperoleh. Semakin tinggi nilai investasi yang dikucurkan, peralatan yang diperoleh semakin lengkap. Harapannya makin banyak konsumen yang akan datang. "Makin tinggi investasi, makin cepat balik modal," jelasnya.
Sebagai gambaran, dengan biaya keanggotaan fitness sekitar Rp 75.000-Rp 275.000 per bulan, mitra bisa meraup omzet mulai dari Rp 18 juta-Rp 40 juta per bulan. "Omzet sangat bergantung pada lokasi yang dipilih mitra, yakni area permukiman atau pusat perbelanjaan," ujar dia.
Iwan meyakini bahwa dengan omzet tersebut, mitra bisa balik modal antara 12 bulan-20 bulan. Persaingan bisnis fitness saat ini secara umum cukup ketat. "Kami bermain ke target konsumen kelas menengah," ungkapnya.
• Rebel Gym
Rebel Gym telah berdiri sejak tahun 2000, namun waralaba fitness yang bermarkas di Bandung ini baru melirik pasar waralaba tahun 2008 lalu.
Saat KONTAN mengulas waralaba milik Khrisna Murti ini pada 2009, Rebel Gym baru memiliki satu mitra. Tiga tahun kemudian, jumlah mitranya sudah bertambah menjadi empat mitra. "Tiga di Bandung dan satu di Jakarta," ujar Khrisna.
Menurut Khrisna, penambahan jumlah mitranya memang terkesan lamban. Ini karena perubahan konsep usahanya, yakni menjadi functional trainer yang membidik pasar korporat ketimbang personal trainer yang membidik konsumen individu. Alasan lain, karena saat ini Khrisna lebih fokus membesarkan merek Rebel Gym yang sudah ada.
Jadi tidak asal menambah mitra. "Saya juga tidak gencar promosi," katanya. Krishna menambahkan, kini ia lebih memilih berpromosi ke luar negeri sebab dirinya kerap menjadi functional trainer di Singapura dan Malaysia.
Seperti halnya SFC, Rebel Gym juga membuat paket investasi fleksibel yang disesuaikan dengan isi kantong calon mitranya. "Kami mulai membuka paket investasi dari harga Rp 150 juta ke atas," imbuhnya.
Padahal tiga tahun lalu, Rebel Gym membuka empat paket yakni Silver sebesar Rp 100 juta-Rp 150 juta, lalu paket Gold sebesar Rp 150 juta-Rp 350 juta. Sementara, untuk paket Platinum dan Core, investasinya di atas Rp 350 juta. "Kami berusaha untuk tidak membatasi usaha fitness ini lewat paket investasi," kata Khrisna.
Kendati begitu, Khrisna optimistis, bisnis pusat kebugaran masih potensial. Jika lokasi bagus, mitra bisa meraup omzet Rp 50 juta per bulan dengan balik modal tercepat delapan bulan.
• Fitness First
Julia Nurdin, Manajer Pemasaran PT Fitness First Indonesia mengatakan, dalam sebuah klub kebugaran, inovasi menjadi harga mati yang harus dilakukan. Cara itu guna menghindari kejenuhan para member. "Kami senantiasa membuat program-program yang menarik," ujar Julia.
Jika tiga tahun lalu, Fitness First sedang fokus mengembangkan personal training, kini pihaknya melakukan evolusi dengan meluncurkan program free style yakni program latihan kebugaran yang tidak hanya memakai alat. Misal, jongkok atau berdiri dalam waktu tertentu. "Ini juga kami dijadikan sebagai program latihan," kata Julia.
Ada juga program Moi Thai yakni program olah raga bela diri khas Thailand. Menurutnya, para member bisa mengikuti Moi Thai dengan personal trainer yang telah mengantongi sertifikasi. "Cara bertahan adalah memberikan hal yang baru bagi member," ungkap dia.
Julia bilang, ada delapan cabang Fitness First yang berdiri. Tahun ini, dia belum berpikir menambah cabang. Ia memilih menjaga anggotanya yang kini mencapai 25.000 orang. "Biaya untuk menjadi member Fitness First ialah Rp 440.000-Rp 630.000 per bulan," katanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News