kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis kain tenun Maumere mulai mendatangkan peruntungan (bagian 2)


Sabtu, 09 November 2019 / 13:40 WIB
Bisnis kain tenun Maumere mulai mendatangkan peruntungan (bagian 2)


Reporter: Ratih Waseso, Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kain tenun Maumere, dari Nusa Tenggara Timur (NTT) secara perlahan mulai menjadi perhatian banyak pihak, laiknya kain tenun tradisional lainnya. Lantaran punya motif yang khas serta bahan baku yang hampir seluruhnya dari daerah setempat.

Tak heran jika kain tenun Maumere mulai banyak dipakai oleh ragam masyarakat hingga desainer maupun turis asing. Respon ini tercermin dari setiap pameran yang diikuti oleh para perajin tenun Maumere. Salah satunya adalah Cletus Beru yang sudah menggeluti kerajinan tenun Maumere sejak duduk di bangku sekolah dasar di Maumere.

Menurut Ketua Sanggar Doka Tawa Tana, tempat workshop bagi para perajin tenun Maumere, setiap kali mengikuti pameran, terutama kerajinan tradisional, sambutannya positif terhadap kain tenun Maumere. Malah, belum lama ini, ia sanggup menjual semua produk tenun Maumere yang berjumlah 200 item di pameran kerajinan akhir bulan lalu di Jakarta.

Ternyata, selain kain tenun Maumere, dirinya juga sudah membuat ragam produk fesyen berbahan dasar tenun Maumere. Misalnya saja baju atasan, bawahan, hingga baju koko. "Saya juga membuat baju modern, seperti baju koko bagi saudara kami  kaum muslim. Saya mendesain berkolaborasi dengan tukang jahit kami," katanya kepada KONTAN.

Baca Juga: Koleksi ulos tua dan langka akan dipamerkan di Museum Tekstil Jakarta

Rata-rata ia membanderol baju koko tenun Maumere sekitar Rp 1,5 juta per potong. Selain itu ada juga sarung tenun Maumere yang dihargai Rp 3 juta per lembar.
Untuk produk tersebut, ia tidak memproduksi secara masal. Lantaran produk terlaris dari tenun Maumere ini masih tetap kain tenun Maumere. "Lebih banyak yang suka kain tenun Maumere," kata Cletus yang punya omzet hingga Rp 200 juta per bulan.

Produk turunan dari kain Maumere juga digarap oleh perajin lainnya. Salah satunya Maria Fransiska Yanti Surat. Kali ini, Fransiska memanfaatkan kain perca bekas sisa-sisa dari kain tenun Maumere untuk dibuat ragam produk aksesori fesyen. Misalnya saja anting serta kalung. "Inspirasi bisa dari media, karena saya suka yang unik dan etnik," tuturnya ke KONTAN.

Kegiatan yang baru ia lakoni selama dua bulan lebih ini sudah memberi hasil. Lewat sanggar yang didirikanya di Kampung Dokar, Maumere, ia bersama dengan 50 perajin aksesori tenun Maumere sudah membuat hingga 200 produk aksesori fesyen seperti anting dan kalung.

Baca Juga: Festival tenun ikat Sumba tengah berlangsung

Dengan pendapatan sudah mencapai Rp 5 juta per bulan, Fransiska pun berupaya memperluas lagi pasar dari produk aksesori fesyen tenun Maumere. Mulai November ini, ia siap memanfaatkan teknologi digital untuk pemasaran secara online lewat media sosial.

Sedangkan Cleteus Beru di sanggarnya mulai menyediakan jasa penyewaan kain tenun untuk tarian adat dan jasa tarian adat setempat.       

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×