kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis kecantikan tetap menawan


Sabtu, 02 Juni 2018 / 10:05 WIB
Bisnis kecantikan tetap menawan


Reporter: Elisabeth Adventa, Maizal Walfajri, Nur Pehatul Janna, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Memiliki wajah dan kulit yang sehat dan rupawan merupakan idaman semua wanita. Sehingga merawat wajah dan tubuh kini sudah menjadi kebutuhan dan bagian dari gaya hidup. Kondisi inilah yang membuat bisnis klinik kecantikan kian berseri.

Tak jarang, para pemain sampai ada yang berani menawarkan kemitraan usaha untuk bisa berkembang lebih jauh. Apalagi pernak-pernik bisnis khusus wanita ini juga tumbuh, seperti produk kecantikan, hingga teknologi kecantikan yang dipergunakan setiap klinik kecantikan.

Untuk bisa mengulas lebih lanjut soal bisnis kecantikan ini. KONTAN melakukan review atas potensi bisnis kemitraan klinik kecantikan yang pernah diulas lebih dari satu tahun lalu. Apakah memang bisnis ini masih menjanjikan atau justru sebaliknya perlu ada perbaikan.

Berikut ulasan singkat tiga kemitraan klinik kecantikan yang pernah KONTAN ulas.

Emdee Skin Clinic

Salah satu pebisnis yang berkecimpung di bisnis ini adalah Johannes Wibisono yang mengusung merk The Emdee Skin Clinic. Mulai beroperasi April 2013 di bawah bendera PT Maju Dinamika Indovestama, ia menawarkan kemitraan awal tahun 2014.

Saat KONTAN ulas tahun lalu, Emdee memiliki tujuh gerai yang tersebar di Surabaya, Sidoarjo, dan Batam. Tiga gerai kepunyaan sendiri dan sisanya adalah milik mitra. Saat ini, semua gerai klinik Emde masih berjalan.  

Emdee sengaja tidak ekspansi masif lantaran ingin menjaga kualitas layanan. Kalaupun ada target tambahan mitra, paling dalam dua tahun baru ada satu tambahan mitra saja.  "Kami menekankan pada perkembangan bisnis, kontrol kualitas, dan memastikan bisnis berjalan dengan baik," ujar Johannes kepada KONTAN, Kamis (24/5).

Untuk tawaran kemitraan, ada perubahan tarif. Bila sebelumnya paket investasi Rp 3 miliar hingga Rp 3,5 miliar, kini Rp 3,5 miliar sampai Rp 4 miliar. Melalui paket investasi ini mitra mendapat 18 jenis peralatan estetika dan 50 teknik perawatan. Termasuk produk perawatan kecantikan, pemasaran, pelatihan karyawan serta survei lokasi.

Kerjasama kemitraan berlangsung selama lima tahun. Setelah itu, mitra yang memperpanjang kontrak dapat membayar franchise fee Rp 400 juta dan royalti 6% dari penjualan bersih. Ia klaim mitra dapat mengantongi omzet Rp 600 juta hingga Rp 700 juta per bulan.

Sedangkan tarif perawatan yang dipatok Emdee juga naik imbas kenaikan bahan baku dan peningkatan produk. Semula dari Rp  200.000 hingga Rp 5 juta, kini termurah Rp 300.000 sampai Rp 5 juta.

Layanan perawatan di klinik ini mencakup facial, chemical peeling, injeksi botok kosmetik, injeksi dermal filler, dan lainya. Tak lupa ragam Emdee juga menjual ragam produk kecantikan.  "Sekarang kami lebih banyak ke pembentukan wajah atau face capture," sebut Johannes.

Meski usaha klinik kecantikan kian marak, ia optimistis  bisa menambah mitra. Apalagi tahun ini pihaknya berharap misa membuka satu cabang mitra Emdee di Jakarta.

DNI Skin Care

Pemain lainnya yakni DNI Skin Care. Usaha besutan I Gusti Nyoman Darmaputra ini menampakkan perkembangan usaha yang cukup baik. Pasalnya, sudah ada 20 gerai DNI Skin Care yang tersebar di berbagai daerah seperti Bali, Lombok, Malang, dan Jakarta.

Sebelumnya, KONTAN sempat mengulas usaha klinik kecantikan asal Bali ini pada tahun lalu. Saat itu tercatat ada 11 gerai yang telah dibuka. Selang setahun ada sembilan mitra yang bergabung.

Darma mengaku optimistis dapat menjaring lima mitra baru sampai akhir tahun 2018. Caranya dengan ikut dalam ajang pameran waralaba yang bakal di gelar sesuai Lebaran tahun ini.

Dia pun menyiapkan paket kemitraan baru senilai Rp 900 juta dengan sistem full management. Artinya, mitra cukup menanamkan modalnya saja dan pemilik merek yang bakal menjalankan usaha. Dengan ketentuan bagi hasil 20% untuk manajemen dan 80% untuk mitra. "Paket ini untuk mitra yang tidak mau repot berbisnis klinik kecantikan," katanya ke KONTAN (25/5).

Sebelumnya, DNI Skin Care membuka kemitraan dengan investasi Rp 375 juta serta mengenakan biaya royalti sebesar 7% paska enam bulan usaha mitra berjalan. Dengan  paket investasi tersebut, Darmaputra menargetkan mitra bisa meraup omzet hingga Rp 8 juta per hari. Dengan asumsi pendapatan itu, ia kalkulasi mitra sudah bisa balik modal sekitar dua tahun.

Proyeksi tersebut berdasarkan pada kondisi tarif yang sudah naik 10% dari tarif sebelumnya, mulai dari Rp 100.000 per layanan dan Rp 300.000 per produk. Beberapa layanan  dan produk yang ditawarkan adalah lightening special, DNI sunscreen cream, DNI whitening serum, DNI night whitening, DNI loose powder, dan lainnya.  

Elty Clinic

Pemain lain yakni Elty Clinic juga masih menawarkan kemitraan. Bisnis yang berdiri sejak 2009 tersebut tetap eksis dan makin berkembang.
Saat KONTAN ulas Maret 2017, tercatat ada enam gerai.  Dua gerai milik pusat dan empat gerai milik mitra.

Kini, total gerai Elty Clinic menjadi delapan  yang tersebar di Jakarta, Bandar Lampung, Batam, Alam Sutera, Bekasi, Bandung dan Cibubur. "Ada dua gerai baru milik mitra di Cibubur dan Jakarta," kata Veronica Sendi Anistarini, Manager Pemasaran Elty Clinc ke KONTAN.

Ia tak menampik jika persaingan di bisnis kecantikan makin ketat dengan kemunculan pemain baru di kota besar. Tapi pihaknya tidak gentar dan terus berinovasi dengan teknologi baru setiap ada pembukaan cabang baru. Langkah lainnya adalah menambah produk dan layanan terbaru

Adapun paket investasi yang ditawarkan Elty Clinic masih sama, mulai dari Rp 1,93 miliar hingga Rp 3,67 miliar.  Perbedaan nilai investasi  terletak pada kelengkapan mesin untuk mendukung layanan perawatan kecantikan.

Bila ada mitra yang ingin menambah fasilitas peralatan kecantikan bisa dilakukan. Adapun saat ini pihaknya menawarkan layanan berupa perawatan gigi, pelangsing badan sampai tindakan bedah plastik. Lantaran klinik ini sudah dilengkapi dokter spesialis kecantikan.

Sama seperti yang lain, tarif layanan di klinik ini juga sedikit mengalami kenaikan. Adapun rentan tarif berkisar ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Salah satu tarif yang naik adalah sulam alis yang masih tren. Kalau sebelumnya jasa tersebut Rp 1,5 juta, kini menjadi Rp 3 juta.

Kalaupun ada kendala di bisnis ini, ia katakan adalah persoalan lokasi usaha. Lantaran bisnis ini menyasar segmen menengah ke atas, maka faktor lokasi usaha yang strategis, dalam arti berada di daerah yang sesuai segmen pasar amat penting. Terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan yang sejenis.

Dengan upaya tersebut, Elty Clinic memasang target bisa menambah hingga 15 klinik kecantikan lagi sampai akhir tahun ini. Tak cuma itu, ia juga berharap omzet yang didapat para mitra bisa bertambah. Dari sebelumnya rata-rata Rp 300 juta sampai Rp 400 juta per bulan menjadi Rp 500 juta per bulan.

Ke depan Elty Clinic akan terus memperbarui jasa kecantikan lewat tenaga dokter spesialis. Bahkan para dokter tersebut akan mendapatkan pelatihan sampai ke luar negeri.  Maklum, klinik ini punya kiblat kecantikan ala Korea dan Jepang dan mengikut tren di sana.                    

 

Harus jeli memilih pasar yang dituju

Konsultan usaha Djoko Kurniawan, menilai bisnis klinik kecantikan masih punya potensi untuk berkembang pada tahun-tahun mendatang. Mengingat bisnis ini merupakan bisnis gaya hidup yang sudah menjadi kebutuhan bagi kaum hawa.  

Meski begitu, para pebisnis tetap harus memperhatikan faktor lainnya. Seperti pemilihan target pasar yang tepat supaya bisnis ini bisa bertahan dan terus berkembang. Maka, syarat ini harus menjadi perhatian para pebisnis serta mitra bisnis.

Setelah mendapat target dan sudah pasti lokasi yang tepat, ia menyarankan agar mitra memperhatikan betul tawaran kemitraan klinik kecantikan yang ada. Jangan cuma si mitra hanya diberi merek klinik kecantikan saja, tapi tidak disertai dengan ragam proses pendirian usaha. Seperti menyediakan produk dan layanan kecantikan yang komplit dan tentu sudah berizin, mulai dari produk, dokter, perawat dan lainnya. "Ada klinik kecantikan yang cuma sekedar menawarkan merek saja," katanya ke KONTAN.

Selain itu, kerap terjadi pengelola bisnis klinik kecantikan tidak memiliki dan menerapkan kurikulum training kepada para pegawai. Padahal pelatihan karyawan adalah hal penting di bisnis klinik kecantikan yang memerlukan keahlian khusus. "Nanti malah bisa salah treatment," tukasnya.  

Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian dari para mitra bisnis adalah melihat pasar klinik kecantikan di lokasi yang bakal dibidik. Cari tahu, produk dan layanan apa saja yang sudah tersedia dan mana yang belum. Ini bisa menentukan arah layanan ke pasar yang di sasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×