kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis kedai kopi tetap harum


Senin, 15 Juli 2013 / 14:42 WIB
Bisnis kedai kopi tetap harum
ILUSTRASI. Drama Korea romantis?Our Beloved Summer bisa menjadi salah satu inspirasi konsep foto pre-wedding yang manis dan menggemaskan.


Reporter: Noor Muhammad Falih, Pravita Kusumaningtias, Marantina, Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Menikmati segelas kopi sudah menjadi rutinitas bagi sebagian besar masyarakat kita. Bahkan, kedai kopi bisa menjadi tempat kongko-kongko, terutama bagi anak muda dan orang dewasa. Tak heran, tempat berjualan kopi seduh terus bermunculan. Bentuknya beragam, mulai dari warung pinggir jalan, gerobak atau booth, kedai, hingga kelas mini cafe.

Lantaran pemainnya sangat banyak, pemilik usaha warung kopi harus pandai-pandai bersaing dan mengelola bisnisnya supaya bisa berkembang. Jenis dan besaran paket investasi juga memengaruhi perkembangan usaha ini.

Nah, jika Anda tertarik terjun ke bisnis ini, ada baiknya mencermati perkembangan usaha sejenis yang sudah lebih dulu beroperasi. Sebagai gambaran, kali ini, KONTAN menyajikan hasil ulasan tiga kemitraan usaha kopi, yaitu On The Spot Coffee, Streetbooth Cofee, hingga Zodiac Resto.

Streetbooth Coffee

Gerai perdana Streetbooth Coffee didirikan di Semarang, Jawa Tengah pada 2008 silam. Kemudian, pada 2010, pemiliknya, Wesley Hermawan dan Yasa April menawarkan kerjasama kemitraan. Ternyata, peminatnya banyak, sehingga jumlah gerainya bertumbuh pesat.

Ketika tahun lalu, KONTAN menulis tawaran kemitraan ini, tercatat sudah sudah ada 64 gerai Streetbooth Coffee yang tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan.

Sekarang, jumlahnya bertambah menjadi 96 gerai. Artinya, dalam waktu setahun, ada tambahan 32 gerai baru. Kini, jangkauan gerai Streetbooth Coffer sudah mencapai seluruh wilayah Indonesia, kecuali Papua.

Meski belum semua wilayah terjamah, Wesley bilang, pihaknya tidak akan fokus untuk menambah mitra baru. Pasalnya, tahun ini, pihak pusat akan lebih fokus memperkuat distribusi dan penjualan bahan baku kopi.

Maklum, penjualan bahan baku kopi ternyata sangat menguntungkan dan pasarnya bagus. Untuk wilayah Jakarta saja, pihak pusat mendistribusikan hingga setengah ton per bulan. Harganya Rp 70.000 per kg, belum termasuk ongkos kirim. Sekali pesan minimal seberat 3 kg.

Kata Wesley, kini mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan bahan baku kopi di dalam negeri, tapi hingga Filipina. Bahkan, sekarang ada pesanan dari China. "Yang dari Filipina sudah berjalan, sedangkan China sedang dalam proses," bebernya.

Meski akan fokus ke penjualan bahan baku kopi, namun pihak pusat akan tetap melayani, jika ada yang ingin membeli paket kemitraan. Streetbooth Coffee masih menawarkan paket kemitraan senilai Rp 2,5 juta.

Besaran investasi itu lebih murah ketimbang sebelumnya, yaitu mencapai Rp 3,5 juta. Wajar, pihak pusat tidak lagi menyediakan booth seperti sebelumnya. Mitra bebas membuat booth sendiri.
Mitra akan mendapatkan merek dagang Streetbooth Coffe, bahan baku kopi, gelas, banner booth, X-banner, kontrak kerjasama, dan petunjuk pembuatan resep.

On The Spot Coffee

Kedai kopi ini dirintis Eko Junaedi sejak 2006 di Bekasi. Lalu, empat tahun kemudian, pemiliknya mulai menawarkan peluang kemitraan.

Hingga saat ini, On The Spot Coffee masih menunjukkan pertumbuhan usaha. Terakhir kali KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini pada 2011 silam, tercatat ada 18 mitra yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Pulau Jawa, hingga Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dua tahun berselang, Eko berhasil menggaet lima mitra baru, sehingga kini ada total 23 gerai mitra. Lokasinya meluas hingga ke Bandung, Tasikmalaya, dan Binjai di Sumatera Utara. "Memang pertambahan gerai tidak terlalu pesat, lantaran kini semakin banyak  pesaing," klaimnya.

Nah, supaya bisa terus bersaing dengan banyaknya kopetitor, Eko pasang strategi. Ia berupaya mengikuti selera atau kebutuhan pasar. Cara ini sekaligus bisa memfokuskan usahanya.

Salah satunya, dengan merampingkan tawaran paket kemitraan. Saat ini, paket investasinya tak sebanyak tahun sebelumnya. Tahun lalu, masih terdapat tiga paket kemitraan, yaitu paket bazar senilai Rp 4,9 juta, paket mini booth sebesar Rp 10 juta, dan paket mini kafe Rp 50 juta.

Sekarang, hanya tersisa satu paket kemitraan, yaitu mini booth, dengan besaran investasi Rp 10 juta. “Kami melihat, permintaan kopi pada paket mini kafe  tidak terlalu tinggi, makanya ditutup. Sedangkan, paket bazar juga terlalu kecil. Jadi, pilihan yang paling pas adalah mini booth,” paparnya.

Selain itu, ia juga mengurangi varian rasa kopi yang ditawarkan. Jika dulu, On The Spot Coffee menyajikan 15 varian rasa, kini tersisa 9 varian. "Kami tidak lagi memproduksi varian rasa yang kurang digemari masyarakat, seperti peppermint. Ini bisa menekan biaya produksi," ungkapnya.

Tahun ini, juga terjadi perubahan pada harga jual produk, lantaran inflasi. Satu cup kopi dibanderol Rp 9.000, dari sebelumnya hanya Rp 7.000 per cup.

Eko mengaku, tidak memasang target terlalu muluk untuk penambahan jumlah gerai. Ia hanya membidik 10 gerai baru hingga penghujung tahun ini.

Menurutnya, sekarang, ia akan lebih selektif mencari mitra. Pasalnya, berdasarkan pengalaman sebelumnya, banyak calon mitra yang tidak memiliki niat kuat untuk memajukan usaha On The Spot Coffee. Targetnya, gerai-gerai milik mitra bisa balik modal dalam waktu tiga bulan.

Zodiac Resto

Sejak menawarkan kemitraan pada Agustus 2012, Zodiac Resto belum mampu menambah gerai. Padahal, usaha ini sudah didirikan sejak 2010 silam di Bandung, Jawa Barat.

Bahkan, pemilik Zodiac Resto, Ahmad Ramdeni terpaksa menutup salah satu gerainya yang berlokasi di kawasan Dago, Bandung. Jadi, sekarang, ia hanya mengoperasikan satu gerai yang berdiri di Jalan Raya Cibereum, Bandung.

Ahmad beralasan, bisnisnya sulit berkembang lantaran usaha kuliner khususnya kedai kopi punya banyak pesaing. "Apalagi di Bandung, kedai kopi dengan konsep yang unik sudah sangat banyak. Makanya, kami kesulitan bersaing dengan kompetitor," tuturnya.
 
Padahal, ia sudah mendesain konsep Zodiac Resto seunik mungkin. Misalnya, menyajikan menu kopi sesuai karakter zodiak si pembeli. Dekorasi ruangan pun dibuat menarik dengan menonjolkan karakteristik 12 zodiac.  

Asal tahu saja, Zodiac Resto menawarkan aneka minuman kopi, seperti latte, capuccino, dan caramel macchiato. Ada pula menu makanan dan camilan, seperti iga bakar, ayam bakar taliwang, nasi goreng, pancake, dan pizza. Berbagai menu itu dibanderol mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 50.000 per porsi.

Namun, sepertinya keunikan konsep kedai kopi besutan Ahmad ini mulai membuahkan hasil. Ia mengklaim, saat ini, sudah punya satu calon mitra, yang bersiap membuka gerai pada akhir tahun ini. “Sebenarnya, sudah ada dua calon mitra, yaitu di Jakarta dan Bangka Belitung. Tapi, saya masih tahan dan baru akan memrosesnya sehabis Lebaran,” ucapnya.

Seusai Lebaran, Ahmad bilang, pihaknya akan kembali gencar berpromosi. Paket investasi yang ditawarkan Zodiac Resto masih sama seperti sebelumnya. Ada tiga pilihan paket kemitraan, yaitu senilai Rp 85 juta, Rp 95 juta, dan Rp 155 juta.

Ahmad menjanjikan, mitra bisa menghasilkan omzet minimal Rp 30 juta sebulan, dengan laba bersih 30%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×